Dorong Reformasi, Macron Rombak Kabinet

Rabu, 05 September 2018 - 13:30 WIB
Dorong Reformasi, Macron Rombak Kabinet
Dorong Reformasi, Macron Rombak Kabinet
A A A
PARIS - Presiden Prancis Emmanuel Macron berharap bisa mengatasi berbagai masalah yang muncul dalam 16 bulan pemerintahannya.
Dia pun kembali mendorong reformasi ekonomi dengan merombak kabinet, kemarin. Macron terpaksa melakukan perombakan kabinet setelah mundurnya Nicolas Hulot dari posisi menteri ekologi karena tidak yakin dengan komitmen pemerintah pada kebijakan lingkungan.

Pengunduran diri Hulot itu ditayangkan langsung di televisi dan menjadi pukulan bagi pemimpin Prancis berusia 40 tahun itu. Setelah pulang dari liburan musim panas, Macron pun menyiapkan langkah reformasi baru untuk sektor ekonomi.

Juru Bicara Pemerintah Prancis Benjamin Griveaux menjelaskan kabinet agar menggelar rapat pada Rabu (5/9) pagi. Beberapa jam sebelum pengumuman, Menteri Olahraga Prancis Laura Flessel menyatakan mundur dari pemerintahan untuk alasan pribadi.

”Saya akan terus menjadi pasangan tim presiden dan perdana menteri (PM), yang tekadnya saya kagumi dan nilai-nilai serta patriotismenya saya bagi,” kata Flessel yang merupakan salah satu menteri paling populer dalam kabinet Macron.

Selama tahun pertama kekuasaan Macron, popularitasnya merosot saat dia mendorong reformasi ramah investor dengan efisiensi yang disukai sektor bisnis. Barubaru ini Macron justru tampak lebih rentan.

Pertumbuhan ekonomi lebih lambat dibandingkan proyeksi, memperburuk defisit. Macron pun tampak ragu pada target pengumpulan pajak. Adapun para pemilih semakin tidak sabar dengan gaya kepemimpinannya dan pernyataannya yang tegas.

”Seharusnya ini tidak terjadi pada Presiden ini. Dia berjanji berani dalam reformasinya, efisien dalam pengelolaan kekuasaan, dan memperkuat martabat. Dalam beberapa bulan pertamanya, janji itu dipenuhi, tapi sekarang semuanya berjalan salah,” ungkap tajuk surat kabar berhaluan kanan, Le Figaro, kemarin.

Macron telah menjual reformasi probisnis dengan janji akan mendorong pertumbuhan dan lapangan kerja, tapi para pemilih dari kalangan pensiunan konservatif hingga pekerja berpendapatan rendah mengeluhkan kebijakan Presiden yang dianggap lebih menguntungkan bisnis besar dan orang kaya.

Kini tugas pemerintahannya adalah menangani masalah belanja sosial saat pertumbuhan ekonomi melemah sehingga menekan defisit anggaran dan popularitas Macron merosot. Kemenangan Macron dalam pemilu sempat memberi harapan bagi bisnis dan pemilih liberal di perkotaan.

Meski demikian, dalam perjalanannya Macron kesulitan mengaitkan dirinya pada masyarakat umum. Survei IFOP-Fiducial menunjukkan hanya 31% responden senang dengan kinerjanya saat dukungan padanya merosot.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6255 seconds (0.1#10.140)