Kirim Peringatan, Iran Dilaporkan Pindahkan Misil ke Irak
A
A
A
TEHERAN - Iran telah memberikan rudal balistik ke proksi Syiah-nya di Iran. Iran juga mengembangkan kapasitas untuk membangun rudal balistik lebih banyak di sana untuk mencegah serangan terhadap kepentingannya di Timur Tengah dan memberikan sarana untuk memukul musuh regionalnya.
Menurut tiga pejabat Iran, dua sumber intelijen Irak dan dua sumber intelijen Barat, Iran telah mengirim rudal balistik jarak pendek ke sekutunya di Irak selama beberapa bulan terakhir. Lima dari pejabat mengatakan rudal itu untuk membantu kelompok-kelompok itu untuk mulai membuat sendiri.
"Logikanya adalah memiliki rencana cadangan jika Iran diserang," kata seorang pejabat senior Iran seperti dikutip dari Reuters, Jumat (31/8/2018).
"Jumlah misilnya tidak banyak, hanya beberapa lusin, tetapi bisa ditingkatkan jika diperlukan," imbuhnya.
Rudal Zelzal, Fateh-110 dan Zolfaqar yang misterius memiliki jangkauan sekitar 200 km hingga 700 km. Ini menempatkan Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh, atau Ibu Kota Israel Tel Aviv dalam jarak tembak jika senjata-senjata itu dikerahkan di Irak selatan atau barat.
"Pasukan Quds, pasukan luar negeri Iran yang kuat, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), memiliki basis di kedua wilayah tersebut. Komandan Angkatan Quds Qassem Soleimani mengawasi program tersebut," kata tiga sumber.
Sumber Barat mengatakan jumlah rudal di angka 10. Pemindahan itu dirancang untuk mengirim peringatan ke AS dan Israel, terutama setelah serangan udara terhadap pasukan Iran di Suriah. AS sendiri memiliki kehadiran militer yang signifikan di Irak.
"Tampaknya Iran telah mengubah Irak menjadi basis rudal terdepan," kata sumber Barat.
Sumber-sumber Iran dan satu sumber intelijen Irak mengatakan keputusan dibuat sekitar 18 bulan lalu untuk menggunakan milisi memproduksi rudal di Irak. Namun kegiatan itu telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, termasuk dengan kedatangan peluncur rudal.
"Kami memiliki basis seperti itu di banyak tempat dan Irak adalah salah satunya. Jika Amerika menyerang kami, teman-teman kami akan menyerang kepentingan Amerika dan sekutu-sekutunya di kawasan itu," kata seorang komandan senior IRGC yang bertugas selama perang Iran-Irak di Irak pada 1980-an.
Sumber Barat dan sumber Irak mengatakan pabrik-pabrik yang digunakan untuk mengembangkan rudal di Irak berada di al-Zafaraniya, timur Baghdad, dan Jurf al-Sakhar, sebelah utara Kerbala. Satu sumber Iran mengatakan ada juga sebuah pabrik di Kurdistan Irak.
Wilayah-wilayah tersebut dikendalikan oleh milisi Syiah, termasuk Kata'ib Hizbullah, salah satu yang paling dekat dengan Iran. Tiga sumber mengatakan sejumlah orang Irak telah dilatih di Iran sebagai operator rudal.
Sumber intelijen Irak mengatakan pabrik al-Zafaraniya memproduksi hulu ledak dan keramik cetakan rudal di bawah mantan Presiden Saddam Hussein. Pabrik itu diaktifkan kembali oleh kelompok-kelompok Syiah lokal pada tahun 2016 dengan bantuan Iran.
"Sebuah tim insinyur Syiah yang dulu bekerja di fasilitas di bawah Saddam dibawa masuk, setelah disaring, untuk membuatnya beroperasi," kata sumber itu. Dia juga mengatakan rudal telah diuji di dekat Jurf al-Sakhar.
Seorang pejabat AS, yang berbicara dengan syarat tidak disebutkan namanya, menegaskan bahwa Tehran selama beberapa bulan terakhir telah mengirim rudal ke kelompok-kelompok di Irak. Akan tetapi ia tidak dapat memastikan bahwa rudal tersebut memiliki kemampuan peluncuran dari posisi mereka saat ini.
Sumber intelijen regional juga mengatakan Iran menyimpan sejumlah rudal balistik di wilayah Irak yang berada di bawah kendali Syiah yang efektif dan memiliki kapasitas untuk meluncurkannya.
Sumber itu tidak dapat memastikan bahwa Iran memiliki kapasitas produksi rudal di Irak.
Pejabat intelijen Irak kedua mengatakan Baghdad telah menyadari aliran rudal Iran ke milisi Syiah untuk membantu memerangi militan Negara Islam. Tetapi pengiriman itu berlanjut setelah kelompok militan garis keras itu berhasil dikalahkan.
"Sudah jelas bagi intelijen Irak bahwa persenjataan rudal yang dikirim oleh Iran tidak dimaksudkan untuk memerangi militan Daesh (Negara Islam) tetapi sebagai kartu tekanan yang dapat digunakan Iran sekali terlibat dalam konflik regional," kata pejabat itu.
Sumber Irak mengatakan sulit bagi pemerintah Irak untuk menghentikan atau membujuk kelompok-kelompok itu untuk melawan Teheran.
"Kami tidak dapat menahan milisi dari menembakkan roket Iran karena hanya tombol tembak tidak ada di tangan kami, dengan Iran yang mengendalikan tombol," katanya.
"Iran pasti akan menggunakan rudal yang diserahkan kepada milisi Irak yang didukungnya untuk mengirimkan pesan yang kuat kepada musuh-musuhnya di kawasan itu dan Amerika Serikat bahwa negara itu memiliki kemampuan untuk menggunakan wilayah Irak sebagai landasan peluncuran bagi rudalnya untuk menyerang di mana saja dan kapan saja diputuskan," kata pejabat Irak.
Iran sebelumnya mengatakan kegiatan rudal balistiknya murni bersifat defensif. Pejabat Iran menolak berkomentar ketika ditanya tentang langkah terbaru ini.
Pemerintah Irak dan militernya juga menolak berkomentar.
Sikap yang sama juga ditunjukkan Badan Intelijen Pusat AS dan Pentagon.
Menurut tiga pejabat Iran, dua sumber intelijen Irak dan dua sumber intelijen Barat, Iran telah mengirim rudal balistik jarak pendek ke sekutunya di Irak selama beberapa bulan terakhir. Lima dari pejabat mengatakan rudal itu untuk membantu kelompok-kelompok itu untuk mulai membuat sendiri.
"Logikanya adalah memiliki rencana cadangan jika Iran diserang," kata seorang pejabat senior Iran seperti dikutip dari Reuters, Jumat (31/8/2018).
"Jumlah misilnya tidak banyak, hanya beberapa lusin, tetapi bisa ditingkatkan jika diperlukan," imbuhnya.
Rudal Zelzal, Fateh-110 dan Zolfaqar yang misterius memiliki jangkauan sekitar 200 km hingga 700 km. Ini menempatkan Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh, atau Ibu Kota Israel Tel Aviv dalam jarak tembak jika senjata-senjata itu dikerahkan di Irak selatan atau barat.
"Pasukan Quds, pasukan luar negeri Iran yang kuat, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), memiliki basis di kedua wilayah tersebut. Komandan Angkatan Quds Qassem Soleimani mengawasi program tersebut," kata tiga sumber.
Sumber Barat mengatakan jumlah rudal di angka 10. Pemindahan itu dirancang untuk mengirim peringatan ke AS dan Israel, terutama setelah serangan udara terhadap pasukan Iran di Suriah. AS sendiri memiliki kehadiran militer yang signifikan di Irak.
"Tampaknya Iran telah mengubah Irak menjadi basis rudal terdepan," kata sumber Barat.
Sumber-sumber Iran dan satu sumber intelijen Irak mengatakan keputusan dibuat sekitar 18 bulan lalu untuk menggunakan milisi memproduksi rudal di Irak. Namun kegiatan itu telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, termasuk dengan kedatangan peluncur rudal.
"Kami memiliki basis seperti itu di banyak tempat dan Irak adalah salah satunya. Jika Amerika menyerang kami, teman-teman kami akan menyerang kepentingan Amerika dan sekutu-sekutunya di kawasan itu," kata seorang komandan senior IRGC yang bertugas selama perang Iran-Irak di Irak pada 1980-an.
Sumber Barat dan sumber Irak mengatakan pabrik-pabrik yang digunakan untuk mengembangkan rudal di Irak berada di al-Zafaraniya, timur Baghdad, dan Jurf al-Sakhar, sebelah utara Kerbala. Satu sumber Iran mengatakan ada juga sebuah pabrik di Kurdistan Irak.
Wilayah-wilayah tersebut dikendalikan oleh milisi Syiah, termasuk Kata'ib Hizbullah, salah satu yang paling dekat dengan Iran. Tiga sumber mengatakan sejumlah orang Irak telah dilatih di Iran sebagai operator rudal.
Sumber intelijen Irak mengatakan pabrik al-Zafaraniya memproduksi hulu ledak dan keramik cetakan rudal di bawah mantan Presiden Saddam Hussein. Pabrik itu diaktifkan kembali oleh kelompok-kelompok Syiah lokal pada tahun 2016 dengan bantuan Iran.
"Sebuah tim insinyur Syiah yang dulu bekerja di fasilitas di bawah Saddam dibawa masuk, setelah disaring, untuk membuatnya beroperasi," kata sumber itu. Dia juga mengatakan rudal telah diuji di dekat Jurf al-Sakhar.
Seorang pejabat AS, yang berbicara dengan syarat tidak disebutkan namanya, menegaskan bahwa Tehran selama beberapa bulan terakhir telah mengirim rudal ke kelompok-kelompok di Irak. Akan tetapi ia tidak dapat memastikan bahwa rudal tersebut memiliki kemampuan peluncuran dari posisi mereka saat ini.
Sumber intelijen regional juga mengatakan Iran menyimpan sejumlah rudal balistik di wilayah Irak yang berada di bawah kendali Syiah yang efektif dan memiliki kapasitas untuk meluncurkannya.
Sumber itu tidak dapat memastikan bahwa Iran memiliki kapasitas produksi rudal di Irak.
Pejabat intelijen Irak kedua mengatakan Baghdad telah menyadari aliran rudal Iran ke milisi Syiah untuk membantu memerangi militan Negara Islam. Tetapi pengiriman itu berlanjut setelah kelompok militan garis keras itu berhasil dikalahkan.
"Sudah jelas bagi intelijen Irak bahwa persenjataan rudal yang dikirim oleh Iran tidak dimaksudkan untuk memerangi militan Daesh (Negara Islam) tetapi sebagai kartu tekanan yang dapat digunakan Iran sekali terlibat dalam konflik regional," kata pejabat itu.
Sumber Irak mengatakan sulit bagi pemerintah Irak untuk menghentikan atau membujuk kelompok-kelompok itu untuk melawan Teheran.
"Kami tidak dapat menahan milisi dari menembakkan roket Iran karena hanya tombol tembak tidak ada di tangan kami, dengan Iran yang mengendalikan tombol," katanya.
"Iran pasti akan menggunakan rudal yang diserahkan kepada milisi Irak yang didukungnya untuk mengirimkan pesan yang kuat kepada musuh-musuhnya di kawasan itu dan Amerika Serikat bahwa negara itu memiliki kemampuan untuk menggunakan wilayah Irak sebagai landasan peluncuran bagi rudalnya untuk menyerang di mana saja dan kapan saja diputuskan," kata pejabat Irak.
Iran sebelumnya mengatakan kegiatan rudal balistiknya murni bersifat defensif. Pejabat Iran menolak berkomentar ketika ditanya tentang langkah terbaru ini.
Pemerintah Irak dan militernya juga menolak berkomentar.
Sikap yang sama juga ditunjukkan Badan Intelijen Pusat AS dan Pentagon.
(ian)