Marah, Publik Desak Turki Usir Tentara AS dari Pangkalan Incirlik

Rabu, 22 Agustus 2018 - 04:35 WIB
Marah, Publik Desak Turki Usir Tentara AS dari Pangkalan Incirlik
Marah, Publik Desak Turki Usir Tentara AS dari Pangkalan Incirlik
A A A
ANKARA - Para warga dan politisi Turki mendesak pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan untuk mengusir pada tentara Amerika Serikat (AS) dari Pangkalan Udara Incirlik. Mereka minta pangkalan itu diserahkan kepada militer Ankara.

Desakan publik ini muncul sebagai protes atas tindakan Washington yang menjatuhkan sanksi terhadap Ankara. Saksi dijatuhkan setelah pemerintah Erdogan menolak membebaskan pastor Amerika, Andrew Brunson, yang ditahan di Turki atas tuduhan mendukung kudeta militer 2016 yang berakhir dengan kegagalan.

"Pasukan Amerika harus meninggalkan Pangkalan Udara Incirlik!," teriak seorang warga di distrik Yuregir, Adana, yang menolak diidentifikasi.

Para warga di sekitar pangkalan marah atas perilaku Washington terhadap Ankara yang sejatinya adalah sekutu di keanggotaan NATO.

"AS telah melancarkan perang terhadap Turki, menggunakan penangkapan pastor sebagai dalih," kata Mehmet Kaya, seorang warga kota Adana, mengacu pada pertikaian diplomatik yang sedang berlangsung atas nasib misionaris Injil Amerika, Andrew Brunson.

Pastor Brunson dituduh menjalin hubungan dengan kelompok pimpinan Fethullah Gulen, ulama Turki yang tinggal di pengasingan di AS.

"AS berada di belakang upaya kudeta pada 15 Juli (2016). Mereka tidak ingin negara-negara lain untuk berkembang; satu-satunya tujuan mereka adalah untuk menempatkan negara-negara lain dalam posisi ketergantungan pada Washington. Keputusan Turki untuk membeli S-400 (sistem rudal ) dari Rusia telah membuang keseimbangan AS, karena mereka ingin menguasai seluruh dunia," kata Kaya, seperti dikutip Sputnik, Rabu (22/8/2018).

Menurut Kaya, AS menaburkan perpecahan dan kehancuran di mana-mana."(Washington) memasuki Suriah, Irak, Tunisia dan Libya, dan wilayah-wilayah ini telah direduksi menjadi reruntuhan," kata warga Turki itu.

"Di Suriah, orang-orang dulu hidup dalam damai dan persatuan, tetapi ketika AS datang, pembantaian dimulai, saudara lelaki berpaling, dan kekacauan meletus."

Abuzer Tuncer yang diwawancarai Sputnik, menyatalam bahwa Presiden AS Donald Trump "sudah gila" ketika dia telah memilih Turki sebagai sasarannya.

"AS melancarkan perang melawan Turki dan seluruh ekonomi dunia. Mereka tidak ingin Turki berkembang dan makmur. Bahkan, mereka adalah musuh utama kami. AS tidak memberi kami senjata yang kami beli dari mereka untuk uang kami sendiri, tetapi pada saat yang sama menyuplai senjata kepada musuh kami, unit pertahanan diri Kurdi. Selain itu, mereka menentang pembelian S-400 (sistem rudal) dari Rusia," ujar Tuncer, mengutip skandal mengenai penundaan pengadaan F-35 oleh Turki.

Menurut Mehmet Erdem, seorang penduduk Adana, ada kebutuhan untuk membentuk front persatuan aktivis, partai politik, dan pergerakan wilayah untuk menutup basis Incirlik.

Warga Turki, Mehmet Celik dan Neziyet Sermin, ingat bahwa pangkalan itu telah menjadi pijakan utama dari komplotan kudeta militer Turki pada Juli 2016.

Selama percobaan kudeta 15 Juli 2016, sebuah tanker udara yang membawa bahan bakar untuk F-16 yang digunakan oleh komplotan militer turun ke darat di Pangkalan Udara Incirlik. Ini adalah pertama kalinya, ketika pangkalan itu telah menjadi rebutan antara Ankara dan Washington dan memicu protes besar-besaran di kawasan itu.

"Pangkalan Incirlik adalah sarang kejahatan," kata Celik, menekankan bahwa personel militer AS harus meninggalkan pangkalan udara itu.

Dia menekankan bahwa tidak hanya Turki yang menjadi mangsa tarif dan sanksi sanksi Washington, tetapi juga Rusia, China dan Iran. Selain itu, langkah-langkah AS terhadap Turki dan Iran akhirnya menjadi bumerang pada perusahaan-perusahaan Eropa.

Menurut Celik, apa yang dilakukan Washington sama dengan "bandit internasional."

Namun, lanjut dia, pada akhirnya AS akan mengisolasi diri. "AS sedang mencoba, melalui dolar, untuk memaksakan tekanan pada ekonomi negara lain, tetapi pada akhirnya akan kalah dalam perang ini." katanya.

Sermin, warga Turki yang tinggal di Incirlik, percaya bahwa negaranya akan membangun hubungan persahabatan dengan negara-negara tetangga, seperti Rusia, China, Iran dan lain-lain, tetapi tidak akan pernah menjadi negara klien Amerika.

Sementara itu, para politisi di kawasan itu juga menyuarakan protes terhadap kehadiran militer AS di Turki. "Kami tidak ingin militer negara manapun untuk hadir di wilayah Turki," kata Selver Kaplan, ketua cabang regional partai sayap kiri non-parlemen Vatan di Adana.

"Militer AS harus meninggalkan markas Incirlik; 95 persen penduduk Turki menentang kehadiran orang Amerika di Incirlik. Pangkalan militer harus diserahkan kepada militer Turki. Selain itu, Turki harus mundur dari NATO."

Sevil Araci, ketua cabang regional Partai Buruh (EMEP) di Adana, berpendapat bahwa Incirlik dan semua pangkalan Amerika lainnya yang terletak di wilayah ini diarahkan terhadap penduduk setempat.

"Pangkalan Incirlik tidak melindungi Turki, sebaliknya, itu menimbulkan ancaman serius bagi Turki. Jadi, kami meminta pangkalan ini harus ditutup. Kami telah lama berjuang untuk itu," kata Araci.

Pangkalan Udara Incirlik adalah rumah dari Air Base Wing ke-39 Angkatan Udara AS. Pangkalan ini digunakan pasukan AS untuk operasi militer terhadap ISIS di Timur Tengah.Pangkalan Incirlik dibangun pada awal tahun 1950-an. Pada 1954, Staf Umum Turki dan Angkatan Udara AS menandatangani perjanjian penggunaan bersama untuk pangkalan tersebut.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3714 seconds (0.1#10.140)