Turki Sebut Buku Bolton Menyesatkan Soal Percakapan Erdogan-Trump

Kamis, 25 Juni 2020 - 10:16 WIB
loading...
Turki Sebut Buku Bolton Menyesatkan Soal Percakapan Erdogan-Trump
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Turki Tayyip Erdogan berada di Gedung Putih, Washington, AS, 13 November 2019. Foto/REUTERS
A A A
ANKARA - Turki menganggap buku yang ditulis mantan penasehat keamanan nasional Amerika Serikat (AS) John Bolton menyesatkan dan memanipulasi percakapan antara Presiden Turki Tayyip Erdogan dan Presiden AS Donald Trump.

Direktur komunikasi kepresidenan Turki Fahrettin Altun menyatakan Erdogan dan Trump telah melakukan upaya besar untuk memperkuat hubungan dua negara. "Trump telah lebih banyak mendengarkan pada aliansi NATO dibandingkan beberapa pemerintahan sebelumnya," ungkap Altun.

Dalam bukunya, Bolton menulis bahwa Erdogan memberi Trump memo yang menyatakan bank negara Turki, Halkbank, diinvestigasi kantor Kejaksaan Distrik Selatan New York karena melanggar sanksi Iran itu tidak bersalah.

"Trump kemudian mengatakan pada Erdogan bahwa dia akan menangani berbagai hal, menjelaskan bahwa kejaksaan Distrik Selatan bukan orangnya, tapi orang Obama, masalah yang akan diselesaikan saat mereka diganti dengan orangnya," tulis Bolton.

Geoffrey Berman dipaksa mundur dari Kejaksaan AS untuk distrik itu pada akhir pekan lalu. Kantor itu juga menyelidiki pengacara pribadi Trump, Rudolph Giuliani.

"Publikasi terbaru buku yang ditulis mantan pejabat tinggi AS termasuk penyesatan, penyajian satu pihak dan manipulatif tentang percakapan pemimpin kami Presiden Erdogan dengan Presiden AS Donald Trump," tweet Altun.

Kasus Halkbank menjadi salah satu isu antara Ankara dan Washington yang beberapa tahun terakhir bertikai untuk berbagai hal termasuk perbedaan kebijakan di Suriah dan pembelian sistem pertahanan rudal Rusia oleh Turki. (Lihat Video: Seorang Kepala Sekolah di Aceh Tewas Terbakar Demi Menyelamatkan Dokumen Penting)

Halkbank dituduh menggunakan layanan uang dan perusahaan di Iran, Turki, dan Uni Emirat Arab dari 2012 hingga 2016 untuk mengelak sanksi AS pada Iran. (Lihat Video: Rapid Test Reaktif, Warga Isolasi Diri di Tengah Pekuburan di Sragen)
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0956 seconds (0.1#10.140)