Kolombia Berhenti Beli Senjata Israel, Ngeri Lihat 112 Warga Palestina Ditembak Mati
loading...
A
A
A
BOGOTA - Presiden Kolombia Gustavo Petro mengumumkan bahwa pemerintahnya menghentikan pembelian senjata dari Israel.
Keputusan itu diambil setelah dia merasa ngeri melihat tentara Zionis menembak mati 112 warga Palestina saat menanti bantuan kemanusiaan di Kota Gaza pada Kamis. Serangan itu juga menyebabkan lebih dari 700 orang lainnya terluka.
Menggambarkan penembakan massal tersebut sebagai genosida, Petro menyalahkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas kekerasan di sekitar konvoi bantuan kemanusiaan di Kota Gaza.
Pejabat kesehatan di Gaza mengatakan 112 orang tewas dalam penembakan massal tersebut, sehingga jumlah korban tewas akibat perang brutal Israel menjadi lebih dari 30.000 orang.
Israel berdalih banyak korban tewas di sekitar konvoi bantuan kemanusiaan itu akibat terinjak-injak dalam perebutan makanan.
Pernyataan Petro muncul beberapa bulan setelah Israel menghentikan ekspor peralatan keamanan ke Kolombia dalam perselisihan diplomatik mengenai pesan online presiden Kolombia yang membandingkan pengepungan Israel di Gaza dengan tindakan Nazi Jerman.
“Saat meminta makanan, lebih dari 100 warga Palestina dibunuh oleh Netanyahu,” kata Petro dalam sebuah posting-an di X, seperti dikutip AP, Jumat (1/3/2024).
“Ini disebut genosida dan mengingatkan kita pada Holocaust meskipun negara-negara besar tidak mau mengakuinya. Dunia harus memblokir Netanyahu. Kolombia menangguhkan semua pembelian senjata dari Israel," lanjut dia.
Kolombia telah menjadi sekutu utama AS selama bertahun-tahun dan salah satu mitra terdekat Israel di Amerika Latin.
Hubungan dengan Israel dan AS telah mendingin sejak Petro terpilih sebagai presiden sayap kiri pertama negara itu pada tahun 2022, meskipun hubungan Bogota dan Washington relatif di tengah perbedaan pendapat mengenai kebijakan tentang narkoba dan Venezuela.
Kolombia selama ini menggunakan pesawat tempur dan senapan mesin buatan Israel untuk melawan kartel narkoba dan kelompok pemberontak, dan kedua negara menandatangani perjanjian perdagangan bebas pada tahun 2020.
Kolombia memperdalam hubungan militernya dengan Israel pada akhir tahun 1980-an dengan membeli sekelompok jet tempur Kfir yang mampu menggunakan bom berpemandu laser.
Peralatan itu digunakan oleh Angkatan Udara Kolombia dalam berbagai serangan terhadap kamp gerilyawan terpencil yang melemahkan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia, membantu mendorong kelompok tersebut ke dalam perundingan damai yang menghasilkan pelucutan senjata pada tahun 2016.
Beberapa minggu setelah serangan Hamas terhadap Israel selatan pada 7 Oktober yang memicu perang saat ini di Gaza dan menewaskan sekitar 1.200 orang, Petro juga memanggil pulang duta besar Kolombia untuk Israel karena dia mengkritik serangan brutal militer Zionis di Gaza.
Sejak perang Gaza pecah, Kolombia telah memulangkan lebih dari 300 warganya melalui penerbangan kemanusiaan. Salah satu pesawat Angkatan Udara-nya juga membawa bantuan kemanusiaan ke Mesir untuk disalurkan kepada penduduk Palestina.
Lihat Juga: 3 Alasan Hamas Ingin Menghentikan Perang di Gaza, Nomor 2 Sikap Negara Islam Mengecewakan
Keputusan itu diambil setelah dia merasa ngeri melihat tentara Zionis menembak mati 112 warga Palestina saat menanti bantuan kemanusiaan di Kota Gaza pada Kamis. Serangan itu juga menyebabkan lebih dari 700 orang lainnya terluka.
Menggambarkan penembakan massal tersebut sebagai genosida, Petro menyalahkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas kekerasan di sekitar konvoi bantuan kemanusiaan di Kota Gaza.
Pejabat kesehatan di Gaza mengatakan 112 orang tewas dalam penembakan massal tersebut, sehingga jumlah korban tewas akibat perang brutal Israel menjadi lebih dari 30.000 orang.
Baca Juga
Israel berdalih banyak korban tewas di sekitar konvoi bantuan kemanusiaan itu akibat terinjak-injak dalam perebutan makanan.
Pernyataan Petro muncul beberapa bulan setelah Israel menghentikan ekspor peralatan keamanan ke Kolombia dalam perselisihan diplomatik mengenai pesan online presiden Kolombia yang membandingkan pengepungan Israel di Gaza dengan tindakan Nazi Jerman.
“Saat meminta makanan, lebih dari 100 warga Palestina dibunuh oleh Netanyahu,” kata Petro dalam sebuah posting-an di X, seperti dikutip AP, Jumat (1/3/2024).
“Ini disebut genosida dan mengingatkan kita pada Holocaust meskipun negara-negara besar tidak mau mengakuinya. Dunia harus memblokir Netanyahu. Kolombia menangguhkan semua pembelian senjata dari Israel," lanjut dia.
Kolombia telah menjadi sekutu utama AS selama bertahun-tahun dan salah satu mitra terdekat Israel di Amerika Latin.
Hubungan dengan Israel dan AS telah mendingin sejak Petro terpilih sebagai presiden sayap kiri pertama negara itu pada tahun 2022, meskipun hubungan Bogota dan Washington relatif di tengah perbedaan pendapat mengenai kebijakan tentang narkoba dan Venezuela.
Kolombia selama ini menggunakan pesawat tempur dan senapan mesin buatan Israel untuk melawan kartel narkoba dan kelompok pemberontak, dan kedua negara menandatangani perjanjian perdagangan bebas pada tahun 2020.
Kolombia memperdalam hubungan militernya dengan Israel pada akhir tahun 1980-an dengan membeli sekelompok jet tempur Kfir yang mampu menggunakan bom berpemandu laser.
Peralatan itu digunakan oleh Angkatan Udara Kolombia dalam berbagai serangan terhadap kamp gerilyawan terpencil yang melemahkan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia, membantu mendorong kelompok tersebut ke dalam perundingan damai yang menghasilkan pelucutan senjata pada tahun 2016.
Beberapa minggu setelah serangan Hamas terhadap Israel selatan pada 7 Oktober yang memicu perang saat ini di Gaza dan menewaskan sekitar 1.200 orang, Petro juga memanggil pulang duta besar Kolombia untuk Israel karena dia mengkritik serangan brutal militer Zionis di Gaza.
Sejak perang Gaza pecah, Kolombia telah memulangkan lebih dari 300 warganya melalui penerbangan kemanusiaan. Salah satu pesawat Angkatan Udara-nya juga membawa bantuan kemanusiaan ke Mesir untuk disalurkan kepada penduduk Palestina.
Lihat Juga: 3 Alasan Hamas Ingin Menghentikan Perang di Gaza, Nomor 2 Sikap Negara Islam Mengecewakan
(mas)