Standar Ganda Hillary Clinton Dikritik Pekerja Film, 'Kamu Penjahat Perang!'
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Protes yang sedang berlangsung di Berlin terhadap perang di Gaza – konflik yang dipicu oleh serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober – sampai ke tangan mantan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton.
Seorang aktivis perempuan dalam forum diskusi dengan Hillary, mengatakan, serangan Israel bukan membela diri, tetapi genosida. "Itu yang harus menjadi perhatian, kemudian Anda berbicara tentang hak asasi perempuan? Apakah kamu serius? Hak perempuan seperti apa yang kamu bicarakan? Itu genosida yang didukung AS," teriak perempuan itu dengan lantang, dalam video yang dirilis oleh TRT World.
Perempuan itu menuding bahwa Hillary melakukan hal yang melakukan. "Kamu bukan seorang perempuan," ujar perempuan tersebut.
Selanjutnya, seorang lelaki berdiri dan mengkritik Hillary. Dia mengkritik Hillary berbicara tentang pembunuhan luar biasa. Dia mengkritik Hillary membuat kebijakan membunuh warga Pakistan, mendukung perang di Afghanistan dan Irak. Genosida di seluruh Timur Tengah. Kamu adalah penjahat perang," tuturnya.
Clinton, yang berada di kota tersebut untuk menghadiri acara Forum Dunia pada 19 Februari 2023 lalu yang diselenggarakan oleh Cinema for Peace, disambut dengan protes keras, mengkritik dukungan AS terhadap Israel, ketika ia mulai berbicara di atas panggung. Penyelenggara Cinema for Peace menolak tindakan tersebut, dengan mengatakan: “Tujuh dari 1.000 tamu menyatakan pendapat yang berbeda, bukan kejadian khusus untuk dikomentari dalam demokrasi dengan kebebasan berpendapat.”
Peristiwa ini terjadi setelah protes pada tanggal 18 Februari di EFM, di mana para aktivis berbaring di tangga depan Gropius Bau dengan bersimbah darah palsu dan sebuah tanda bertuliskan, “Selamat datang di Karpet Merah.” Di dalam gedung, orang lain membentangkan spanduk pro-Palestina dari lantai atas.
Dalam sebuah pernyataan, direktur EFM Dennis Ruh mengatakan 20 orang yang mengambil bagian dalam aksi tersebut semuanya terakreditasi dan sah berada di gedung tersebut. Para peserta EFM mengungkapkan “simpatinya dengan secara spontan bernyanyi bersama para pengunjuk rasa,” tambahnya.
“Penyelenggara memberi tahu tim keliling dinas keamanan dan mereka tiba di lokasi dalam waktu sekitar delapan menit. Tidak ada tindakan kriminal yang dapat dilakukan oleh para pengunjuk rasa.” Rapat umum yang bubar setelah sekitar 15 menit itu berlangsung sesuai dengan konsep keamanan yang telah disetujui secara resmi dan tidak membahayakan peserta pameran, tegas Ruh. “Kami menghormati nilai-nilai demokrasi dan hak atas kebebasan berekspresi dan berbicara, asalkan hal tersebut tidak melanggar kode etik kami.”
Pada minggu berikutnya, sebuah poster besar dari organisasi promosi Film Jerman di luar EFM ditutupi dengan tanda-tanda Pro-Palestina.
Pada bulan Januari, inisiatif Strike Germany diluncurkan sebagai respons terhadap dugaan pembatasan ekspresi solidaritas terhadap Palestina yang dilakukan negara tersebut, yang telah menyebabkan pembatasan demonstrasi, pembatalan pameran dan acara, serta pemecatan dan pengunduran diri lembaga-lembaga kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Seorang aktivis perempuan dalam forum diskusi dengan Hillary, mengatakan, serangan Israel bukan membela diri, tetapi genosida. "Itu yang harus menjadi perhatian, kemudian Anda berbicara tentang hak asasi perempuan? Apakah kamu serius? Hak perempuan seperti apa yang kamu bicarakan? Itu genosida yang didukung AS," teriak perempuan itu dengan lantang, dalam video yang dirilis oleh TRT World.
Perempuan itu menuding bahwa Hillary melakukan hal yang melakukan. "Kamu bukan seorang perempuan," ujar perempuan tersebut.
Selanjutnya, seorang lelaki berdiri dan mengkritik Hillary. Dia mengkritik Hillary berbicara tentang pembunuhan luar biasa. Dia mengkritik Hillary membuat kebijakan membunuh warga Pakistan, mendukung perang di Afghanistan dan Irak. Genosida di seluruh Timur Tengah. Kamu adalah penjahat perang," tuturnya.
Clinton, yang berada di kota tersebut untuk menghadiri acara Forum Dunia pada 19 Februari 2023 lalu yang diselenggarakan oleh Cinema for Peace, disambut dengan protes keras, mengkritik dukungan AS terhadap Israel, ketika ia mulai berbicara di atas panggung. Penyelenggara Cinema for Peace menolak tindakan tersebut, dengan mengatakan: “Tujuh dari 1.000 tamu menyatakan pendapat yang berbeda, bukan kejadian khusus untuk dikomentari dalam demokrasi dengan kebebasan berpendapat.”
Peristiwa ini terjadi setelah protes pada tanggal 18 Februari di EFM, di mana para aktivis berbaring di tangga depan Gropius Bau dengan bersimbah darah palsu dan sebuah tanda bertuliskan, “Selamat datang di Karpet Merah.” Di dalam gedung, orang lain membentangkan spanduk pro-Palestina dari lantai atas.
Dalam sebuah pernyataan, direktur EFM Dennis Ruh mengatakan 20 orang yang mengambil bagian dalam aksi tersebut semuanya terakreditasi dan sah berada di gedung tersebut. Para peserta EFM mengungkapkan “simpatinya dengan secara spontan bernyanyi bersama para pengunjuk rasa,” tambahnya.
“Penyelenggara memberi tahu tim keliling dinas keamanan dan mereka tiba di lokasi dalam waktu sekitar delapan menit. Tidak ada tindakan kriminal yang dapat dilakukan oleh para pengunjuk rasa.” Rapat umum yang bubar setelah sekitar 15 menit itu berlangsung sesuai dengan konsep keamanan yang telah disetujui secara resmi dan tidak membahayakan peserta pameran, tegas Ruh. “Kami menghormati nilai-nilai demokrasi dan hak atas kebebasan berekspresi dan berbicara, asalkan hal tersebut tidak melanggar kode etik kami.”
Pada minggu berikutnya, sebuah poster besar dari organisasi promosi Film Jerman di luar EFM ditutupi dengan tanda-tanda Pro-Palestina.
Pada bulan Januari, inisiatif Strike Germany diluncurkan sebagai respons terhadap dugaan pembatasan ekspresi solidaritas terhadap Palestina yang dilakukan negara tersebut, yang telah menyebabkan pembatasan demonstrasi, pembatalan pameran dan acara, serta pemecatan dan pengunduran diri lembaga-lembaga kebudayaan dan ilmu pengetahuan.