AS Ingin Hidupkan Lagi 'NATO Arab' untuk Melawan Iran

Sabtu, 28 Juli 2018 - 06:05 WIB
AS Ingin Hidupkan Lagi NATO Arab untuk Melawan Iran
AS Ingin Hidupkan Lagi 'NATO Arab' untuk Melawan Iran
A A A
WASHINGTON - Pemerintah Amerika Serikat (AS) diam-diam berupaya untuk menghidupkan kembali aliansi keamanan dan politik dengan enam negara Arab yang dikenal dengan sebutan "NATO Arab". Washington ingin menghidupkan aliansi itu untuk melawan ekspansi Iran di kawasan Timur Tengah dan sekitarnya.

Aliansi itu pernah ada dengan nama resmi Middle East Strategic Alliance (MESA). Anggota utamanya antara lain Arab Saudi, Mesir dan Yordania. Empat sumber dari AS dan Arab mengungkap upaya pemerintah Trump dalam menghidupkan kembali MESA.

Menurut sumber-sumber tersebut, Gedung Putih ingin melihat kerja sama yang lebih dalam antara negara-negara MESA, termasuk kerja sama pertahanan rudal, pelatihan militer, kontra-terorisme dan isu-isu lain seperti memperkuat hubungan ekonomi dan diplomatik regional.

Laporan tentang upaya pemerintah Trump menghidupkan kembali "NATO Arab" itu muncul di saat ketegangan antara AS dan Iran sedang memanas. Upaya pemerintah Trump itu rencananya akan dibahas dalam pertemuan puncak yang dijadwalkan oleh Washington pada 12-13 Oktober.

Gedung Putih mengakui bahwa mereka memang sedang mengerjakan konsep aliansi dengan mitra regional selama beberapa bulan terakhir.

Seorang sumber AS mengatakan, para pejabat Saudi mengangkat gagasan penciptaan kembali pakta keamanan itu menjelang kunjungan Trump ke Riyadh pada tahun lalu.

Sedangkan sumber dari beberapa negara Arab yang terlibat dalam upaya menghidupkan "NATO Arab" mengatakan bahwa mereka sadar akan upaya baru untuk mengaktifkan aliansi itu.

"MESA akan berfungsi sebagai benteng melawan agresi Iran, terorisme, ekstremisme, dan akan membawa stabilitas untuk Timur Tengah," kata Dewan Keamanan Nasional (NSC) Gedung Putih melalui seorang juru bicara, dikutip Reuters, Sabtu (28/7/2018).

Juru bicara NSC tersebut menolak untuk mengonfirmasi bahwa Trump akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak "NATO Arab" pada 12-13 Oktober nanti.

Washington, Riyadh dan Abu Dhabi menuduh Iran mendestabilisasi kawasan Timur Tengah, mengobarkan kerusuhan di beberapa negara Arab melalui kelompok proxy dan semakin mengancam Israel.

Sementara itu, seorang pejabat senior Iran mengatakan kepada Reuters bahwa dengan dalih mengamankan stabilitas di Timur Tengah, Amerika dan sekutu regionalnya mengobarkan ketegangan di kawasan tersebut.

"Pendekatan itu akan tidak menghasilkan, memperdalam kesenjangan antara Iran, sekutu regionalnya dan negara-negara Arab yang didukung AS," kata pejabat Teheran yang berbicara dalam kondisi anonim.

Potensi hambatan besar bagi pembentukan "NATO Arab" yang direncanakan adalah keretakan antara Qatar dengan Arab Saudi dan Uni Emirat. Padahal, Qatar merupakan rumah bagi pangkalan udara AS terbesar di Timur Tengah.

Seperti diketahui, negara-negara Arab memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar atas tuduhan Doha mendukung terorisme. Tuduhan itu telah berkali-kali dibantah.

Salah satu dari empat sumber mengatakan, pemerintah AS khawatir pertikaian Qatar dengan para tetangga Arab-nya bisa menjadi penghambat inisiatif pembentukan "NATO Arab".

Namun, seorang pejabat Arab mengatakan Riyadh dan Abu Dhabi telah meyakinkan Washington bahwa keretakan itu tidak akan menimbulkan masalah bagi aliansi. Pihak NSC Gedung Putih juga menyangkal keretakan itu merupakan rintangan.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5201 seconds (0.1#10.140)