Ancam Veto Resolusi Gencatan Senjata PBB, AS Restui Israel Melakukan Genosida
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Serangan Israel di Gaza menewaskan sedikitnya 18 orang pada Minggu (18/2/2024) di saat Amerika Serikat mengatakan akan memveto rancangan resolusi gencatan senjata PBB lainnya.
AS, yang merupakan sekutu utama Israel, malah berharap menjadi perantara perjanjian gencatan senjata dan pembebasan sandera antara Israel dan Hamas, dan membayangkan resolusi konflik Israel-Palestina yang lebih luas. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak tuntutan tersebut dan menyebut tuntutan Hamas sebagai “delusi” dan menolak seruan AS dan internasional mengenai jalan menuju negara Palestina.
Kabinetnya mengadopsi sebuah deklarasi pada hari Minggu yang mengatakan bahwa Israel “dengan tegas menolak keputusan internasional mengenai perjanjian permanen dengan Palestina” dan menentang pengakuan sepihak atas negara Palestina, yang dikatakan akan “memberikan hadiah besar kepada teror” setelah serangan 7 Oktober yang terjadi di Israel.
Netanyahu telah berjanji untuk melanjutkan serangan sampai “kemenangan total” atas Hamas dan memperluasnya ke kota Rafah di Gaza paling selatan, di mana lebih dari separuh penduduk Palestina yang berjumlah 2,3 juta jiwa mencari perlindungan dari pertempuran di tempat lain.
Sementara itu, Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Rumah Sakit Nasser, pusat medis utama yang melayani Gaza selatan, “tidak berfungsi lagi” setelah pasukan Israel menggerebek fasilitas tersebut di kota selatan Khan Younis pekan lalu.
Serangan udara di Rafah semalam menewaskan enam orang, termasuk seorang wanita dan tiga anak-anak, dan serangan lainnya menewaskan lima pria di Khan Younis, target utama serangan selama dua bulan terakhir. Jurnalis Associated Press melihat jenazah tersebut tiba di sebuah rumah sakit di Rafah.
Di Kota Gaza, yang terisolasi, sebagian besar dievakuasi dan mengalami kehancuran luas pada minggu-minggu awal perang, sebuah serangan udara meratakan sebuah rumah keluarga, menewaskan tujuh orang, termasuk tiga wanita, menurut Sayed Al-Afifi, kerabat korban yang meninggal.
Militer Israel jarang mengomentari serangan individu dan menyalahkan Hamas atas korban sipil karena militan beroperasi di daerah pemukiman padat.
Sementara itu, Aljazair, perwakilan Arab di Dewan Keamanan PBB, telah mengedarkan rancangan resolusi yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera dan akses kemanusiaan tanpa hambatan, serta menolak pemindahan paksa warga sipil Palestina.
AS, yang merupakan sekutu utama Israel, malah berharap menjadi perantara perjanjian gencatan senjata dan pembebasan sandera antara Israel dan Hamas, dan membayangkan resolusi konflik Israel-Palestina yang lebih luas. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak tuntutan tersebut dan menyebut tuntutan Hamas sebagai “delusi” dan menolak seruan AS dan internasional mengenai jalan menuju negara Palestina.
Kabinetnya mengadopsi sebuah deklarasi pada hari Minggu yang mengatakan bahwa Israel “dengan tegas menolak keputusan internasional mengenai perjanjian permanen dengan Palestina” dan menentang pengakuan sepihak atas negara Palestina, yang dikatakan akan “memberikan hadiah besar kepada teror” setelah serangan 7 Oktober yang terjadi di Israel.
Netanyahu telah berjanji untuk melanjutkan serangan sampai “kemenangan total” atas Hamas dan memperluasnya ke kota Rafah di Gaza paling selatan, di mana lebih dari separuh penduduk Palestina yang berjumlah 2,3 juta jiwa mencari perlindungan dari pertempuran di tempat lain.
Sementara itu, Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Rumah Sakit Nasser, pusat medis utama yang melayani Gaza selatan, “tidak berfungsi lagi” setelah pasukan Israel menggerebek fasilitas tersebut di kota selatan Khan Younis pekan lalu.
Serangan udara di Rafah semalam menewaskan enam orang, termasuk seorang wanita dan tiga anak-anak, dan serangan lainnya menewaskan lima pria di Khan Younis, target utama serangan selama dua bulan terakhir. Jurnalis Associated Press melihat jenazah tersebut tiba di sebuah rumah sakit di Rafah.
Di Kota Gaza, yang terisolasi, sebagian besar dievakuasi dan mengalami kehancuran luas pada minggu-minggu awal perang, sebuah serangan udara meratakan sebuah rumah keluarga, menewaskan tujuh orang, termasuk tiga wanita, menurut Sayed Al-Afifi, kerabat korban yang meninggal.
Militer Israel jarang mengomentari serangan individu dan menyalahkan Hamas atas korban sipil karena militan beroperasi di daerah pemukiman padat.
Sementara itu, Aljazair, perwakilan Arab di Dewan Keamanan PBB, telah mengedarkan rancangan resolusi yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera dan akses kemanusiaan tanpa hambatan, serta menolak pemindahan paksa warga sipil Palestina.