Ancam Veto Resolusi Gencatan Senjata PBB, AS Restui Israel Melakukan Genosida

Senin, 19 Februari 2024 - 16:50 WIB
loading...
Ancam Veto Resolusi...
AS merestui Israel melakukan genosida di Gaza. Foto/Reuters
A A A
WASHINGTON - Serangan Israel di Gaza menewaskan sedikitnya 18 orang pada Minggu (18/2/2024) di saat Amerika Serikat mengatakan akan memveto rancangan resolusi gencatan senjata PBB lainnya.

AS, yang merupakan sekutu utama Israel, malah berharap menjadi perantara perjanjian gencatan senjata dan pembebasan sandera antara Israel dan Hamas, dan membayangkan resolusi konflik Israel-Palestina yang lebih luas. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak tuntutan tersebut dan menyebut tuntutan Hamas sebagai “delusi” dan menolak seruan AS dan internasional mengenai jalan menuju negara Palestina.

Kabinetnya mengadopsi sebuah deklarasi pada hari Minggu yang mengatakan bahwa Israel “dengan tegas menolak keputusan internasional mengenai perjanjian permanen dengan Palestina” dan menentang pengakuan sepihak atas negara Palestina, yang dikatakan akan “memberikan hadiah besar kepada teror” setelah serangan 7 Oktober yang terjadi di Israel.

Netanyahu telah berjanji untuk melanjutkan serangan sampai “kemenangan total” atas Hamas dan memperluasnya ke kota Rafah di Gaza paling selatan, di mana lebih dari separuh penduduk Palestina yang berjumlah 2,3 juta jiwa mencari perlindungan dari pertempuran di tempat lain.

Sementara itu, Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Rumah Sakit Nasser, pusat medis utama yang melayani Gaza selatan, “tidak berfungsi lagi” setelah pasukan Israel menggerebek fasilitas tersebut di kota selatan Khan Younis pekan lalu.



Serangan udara di Rafah semalam menewaskan enam orang, termasuk seorang wanita dan tiga anak-anak, dan serangan lainnya menewaskan lima pria di Khan Younis, target utama serangan selama dua bulan terakhir. Jurnalis Associated Press melihat jenazah tersebut tiba di sebuah rumah sakit di Rafah.

Di Kota Gaza, yang terisolasi, sebagian besar dievakuasi dan mengalami kehancuran luas pada minggu-minggu awal perang, sebuah serangan udara meratakan sebuah rumah keluarga, menewaskan tujuh orang, termasuk tiga wanita, menurut Sayed Al-Afifi, kerabat korban yang meninggal.

Militer Israel jarang mengomentari serangan individu dan menyalahkan Hamas atas korban sipil karena militan beroperasi di daerah pemukiman padat.

Sementara itu, Aljazair, perwakilan Arab di Dewan Keamanan PBB, telah mengedarkan rancangan resolusi yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera dan akses kemanusiaan tanpa hambatan, serta menolak pemindahan paksa warga sipil Palestina.

Duta Besar AS Linda Thomas-Greenfield mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Sabtu malam bahwa rancangan resolusi tersebut bertentangan dengan upaya Washington sendiri untuk mengakhiri pertempuran dan “tidak akan diadopsi.”

“Sangat penting bagi pihak-pihak lain untuk memberikan kesempatan terbaik bagi keberhasilan proses ini, daripada memaksakan tindakan yang justru menempatkannya – dan peluang bagi resolusi permusuhan yang berkelanjutan – dalam bahaya,” katanya.

AS telah menggunakan hak vetonya terhadap resolusi serupa sebelumnya dengan dukungan internasional yang luas, dan Presiden Joe Biden telah mengabaikan Kongres untuk mengirim senjata ke Israel sambil mendesak Israel mengambil tindakan lebih besar untuk menyelamatkan warga sipil dan memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan.

AS, Qatar dan Mesir telah menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk mencoba menengahi gencatan senjata dan pembebasan sandera, namun terdapat kesenjangan besar antara tuntutan Israel dan Hamas dan Qatar mengatakan pada hari Sabtu bahwa perundingan “belum berjalan seperti yang diharapkan.”

Hamas mengatakan pihaknya tidak akan melepaskan seluruh sandera yang tersisa tanpa Israel mengakhiri perang dan menarik diri dari Gaza. Mereka juga menuntut pembebasan ratusan warga Palestina yang dipenjarakan oleh Israel, termasuk para petinggi militan.

Netanyahu secara terbuka menolak tuntutan dan skenario apa pun yang memungkinkan Hamas membangun kembali kemampuan militer dan pemerintahannya. Dia mengatakan dia mengirim delegasi untuk melakukan perundingan gencatan senjata di Kairo pekan lalu atas permintaan Biden tetapi tidak melihat ada gunanya mengirim mereka lagi.

Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Kan Israel pada hari Sabtu, penasihat keamanan nasional Netanyahu mengatakan bahwa tekanan militer dan keteguhan dalam negosiasi dapat menyebabkan Hamas membatalkan “tuntutan tidak masuk akal yang tidak dapat diterima oleh siapa pun.”

Melansir Arab News, Tzachi Hanegbi mengatakan AS mendukung kampanye Israel untuk menghancurkan kemampuan Hamas dan tidak menekan Israel untuk mengakhiri perang atau menarik pasukan dari Gaza.

Netanyahu telah menolak kekhawatiran internasional mengenai rencana serangan darat Israel di Rafah, dengan mengatakan penduduk akan dievakuasi ke daerah yang lebih aman. Ke mana mereka akan pergi di Gaza yang sebagian besar hancur masih belum jelas.

(ahm)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0687 seconds (0.1#10.140)