Sentimen Anti-China dan Serangan terhadap Tionghoa Meningkat di Pakistan

Jum'at, 16 Februari 2024 - 17:47 WIB
loading...
Sentimen Anti-China dan Serangan terhadap Tionghoa Meningkat di Pakistan
Sentimen anti-China dan serangan terhadap Tionghoa meningkat di Pakistan. Foto/REUTERS
A A A
ISLAMABAD - Kemampuan China untuk memberikan pengaruh terhadap perekonomian Pakistan telah meningkat secara substansial dalam beberapa tahun terakhir, terutama karena fakta bahwa Beijing kini menjadi kreditor terbesar di Islamabad.

Namun, warga China di Pakistan telah menghadapi serangkaian serangan yang ditargetkan kepada mereka secara spesifik, sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi China dan Pakistan.

Mengutip dari The HK Post, Jumat (16/2/2024), insiden-insiden ini terjadi dalam konteks Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC), sebuah proyek infrastruktur besar yang diluncurkan pada tahun 2015 dengna nilai sekitar USD62 miliar.

Kehadiran China di kota pelabuhan Gwadar, yang merupakan titik akhir utama CPEC, telah menyebabkan keresahan sosial. Balochistan, tempat Gwadar berada, dilanda pemberontakan dengan kekerasan yang sudah berlangsung lama.

Penduduk lokal telah menyampaikan keluhan mereka terkait pembebasan lahan, pengungsian, dan kesenjangan ekonomi akibat proyek CPEC. Pada tahun-tahun sejak China diberikan hak sewa atas pelabuhan Gwadar, belum ada pekerjaan yang dimulai pada proyek semacam itu.



Sebaliknya, penduduk setempat mengatakan bahwa kehadiran China telah merusak mata pencaharian mereka dan menciptakan kekurangan pangan lokal dengan membiarkan kapal-kapal nelayan China menangkap ikan secara ilegal di perairan Pakistan di sekitar pelabuhan Gwadar.

Proyek-proyek China berisiko diserang berbagai kelompok di Pakistan. Ini termasuk kelompok separatis etno-nasionalis, terutama dari Balochistan, dan kelompok ekstremis seperti Tahrir-i-Taliban Pakistan (TTP).

Ada dua motif umum untuk menargetkan aset China. Pertama, berkaitan dengan keluhan terhadap CPEC itu sendiri. Masalah-masalah ini paling jelas terlihat di Balochistan, di mana akuisisi tanah untuk pelabuhan Gwadar, pengecualian perusahaan-perusahaan Baloch, dan dominasi pekerja China meningkatkan permusuhan.

Proyek CPEC


Kelompok-kelompok di Baloch merasa bahwa investasi China bersifat eksploitatif, di mana Beijing mengambil alih sumber daya di provinsi tersebut dan hanya memberikan sedikit keuntungan. Misalnya, kelompok Baloch menentang penetapan prioritas jalur kereta api yang memprioritaskan wilayah Punjab dan Sind, tidak termasuk banyak distrik di Balochistan.

Tentara Pembebasan Baloch (BLA) menentang proyek investasi China di provinsi Balochistan. Mereka memandang China terlibat dalam penindasan yang dilakukan pemerintah Pakistan terhadap rakyat Baloch. Kampanye anti-China yang dilakukan BLA bertujuan mengganggu dan melemahkan CPEC, yang mewakili sebagian besar investasi China di Pakistan.

Sejak tahun 2018, BLA telah melakukan beberapa serangan terhadap warga negara China (Tionghoa) dan instalasi CPEC. Pada Agustus 2023, BLA menyergap konvoi 23 insinyur China dan mengancam serangan lebih lanjut kecuali Beijing menarik diri sepenuhnya dari Balochistan. Pada 28 September 2022, seorang dokter gigi keturunan Tionghoa-Pakistan ditembak mati di Karachi.

Penyerang, yang menyamar sebagai pasien dokter gigi, melepaskan tembakan ke sebuah klinik, menewaskan satu orang dan melukai dua lainnya. Para korban diidentifikasi sebagai Ronald Chow, Richard Hu, dan istrinya Margaret.

Tentara Rakyat Sindhudesh, sebuah kelompok militan etno-nasionalis, mengaku bertanggung jawab atas serangan ini. Kelompok tersebut menyatakan keberatan mereka terhadap proyek ekstraksi sumber daya China di Sindh dan Balochistan.

Pada 20 Agustus 2021, iring-iringan mobil yang membawa personel China yang bekerja di proyek East Bay Expressway di Gwadar (tempat CPEC berakhir) menjadi sasaran seorang pelaku bom bunuh diri. Dua anak-anak setempat tewas, dan satu pekerja China terluka.

Awal tahun itu di bulan Juli, sembilan warga negara China dan tiga warga Pakistan tewas dalam serangan di lokasi terowongan yang sedang dibangun di proyek pembangkit listrik tenaga air CPEC Dasu di Khyber Pakhtunkhwa.

Sentimen Anti-China


Pada tanggal 22 April 2021, Duta Besar China untuk Pakistan, Nong Rong, lolos tanpa cedera, namun lima orang tewas dan 12 lainnya terluka dalam serangan bom bunuh diri yang dilancarkan oleh Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) di sebuah hotel mewah di Quetta, Pakistan.

Mir Sher Baz Khetran, peneliti senior di Institut Studi Strategis Islamabad, percaya bahwa aksi protes dan kekerasan semacam itu bisa sangat mengganggu stabilitas kehadiran China di Pakistan.

“Jika tidak ada proyek pembangunan yang dilakukan di bawah CPEC, hal ini akan memperkuat narasi pemberontak mengenai eksploitasi sumber daya di Balochistan,” ujar Khetran.

Sentimen anti-China di Pakistan bukanlah hal baru. Mungkin, kasus yang paling serius adalah penculikan tujuh pekerja panti pijat China (enam perempuan dan satu laki-laki) di dekat Masjid Lal Islamabad pada bulan Juni 2007. Penculikan dilakukan oleh mahasiswa dari dua seminari Islam yang berada di masjid tersebut.

Warga Tionghoa yang ditahan di kompleks masjid-madrasah selama beberapa hari itu akhirnya dibebaskan, namun terjadi drama menegangkan. Tentara Pakistan harus melancarkan operasi untuk membersihkan kompleks tersebut, yang menyebabkan kematian salah satu dari dua ulama yang mengelola madrasah yang berdekatan dengan masjid tersebut.

Serangan sporadis ini telah menciptakan ketidakpercayaan dan ketakutan di antara warga negara dan pihak berwenang China meski ada tindakan pengamanan.

Pada Juli 2020, protes besar-besaran pecah di Muzaffarabad di Kashmir yang diduduki Pakistan terhadap China, yang mengecam China atas pembangunan ilegal pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Neelum Jhelum dan Kohala. Para pengunjuk rasa menyoroti dampak lingkungan dari bendungan yang dibangun oleh China di bawah inisiatif CPEC.

Hubungan Bilateral China-Pakistan


Menanggapi serangkaian serangan ini, para pejabat China secara terbuka menyatakan keprihatinan atas serangan-serangan tersebut dan mendesak Pakistan untuk mengambil tindakan tegas terhadap kelompok-kelompok ekstremis yang menargetkan warga negara China. Pertemuan tingkat tinggi antara pejabat China dan Pakistan berfokus pada kerja sama keamanan dan pembagian intelijen.

China telah berulang kali memusatkan perhatian pada perlunya lingkungan yang aman untuk proyek-proyek CPEC. Hal ini termasuk mengerahkan personel keamanan tambahan, menerapkan kontrol akses yang lebih ketat, dan melakukan penilaian risiko secara berkala.

China bahkan telah mengembangkan rencana darurat untuk mengevakuasi warganya jika terjadi keadaan darurat. Rencana tersebut mencakup jalur evakuasi, protokol komunikasi, dan koordinasi dengan instansi terkait.

Mengingat tingginya nilai CPEC, Pakistan telah mengambil tindakan balasan terhadap kelompok-kelompok seperti Tentara Pembebasan Balochistan (BLA), yang telah melakukan serangan terhadap proyek-proyek ekonomi yang terkait dengan China. Upaya-upaya ini terkadang dikoordinasikan dengan China untuk melindungi warga negara dan kepentingan China.

Tim investigasi gabungan yang terdiri dari pejabat China dan Pakistan bekerja sama untuk mengidentifikasi pelaku dan mencegah insiden di masa depan.

Pakistan telah memperluas keamanan tingkat CPEC ke semua perusahaan China dan membatasi pergerakan warga negara China. Hal ini termasuk mengerahkan personel keamanan tambahan, menerapkan kontrol akses yang lebih ketat, dan melakukan penilaian risiko secara berkala.

Pakistan dan China telah sepakat untuk menggunakan kendaraan antipeluru untuk semua pergerakan luar ruangan warga negara China yang bekerja pada proyek CPEC. Langkah ini bertujuan untuk melindungi mereka dari serangan teroris. Namun, tantangannya di lapangan masih tetap ada.

Meski tidak disebutkan secara eksplisit, pengaruh ekonomi dan politik China di Pakistan memungkinkan China untuk memberikan tekanan secara tidak langsung. Keberhasilan CPEC sangat penting bagi kedua negara, dan gangguan apa pun terkait ancaman keamanan dapat berdampak pada hubungan bilateral.

Secara keseluruhan, situasi kerja sama China dan Pakistan rapuh, dan upaya terus dilakukan untuk memitigasi risiko serta memastikan lingkungan yang aman bagi semua pemangku kepentingan yang terlibat.

Meski Pakistan telah menjadi “ladang pembunuhan” bagi orang-orang China, Beijing tidak pernah mengkritik pemerintah Pakistan atau lembaga penegak hukumnya atas kegagalan mereka menghentikan serangan terhadap warga negara China di sana.
(mas)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1478 seconds (0.1#10.140)