Trump-Putin Bertemu, 5 Topik Ini Mungkin Dibahas

Senin, 16 Juli 2018 - 08:21 WIB
Trump-Putin Bertemu, 5 Topik Ini Mungkin Dibahas
Trump-Putin Bertemu, 5 Topik Ini Mungkin Dibahas
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin hari ini (16/7/2018) di Helsinki, Finlandia. Ada lima topik penting yang berpotensi jadi pembahasan kedua pemimpin ini.

Kelima topik penting yang berpotensi jadi pembahasan keduanya antara lain; tuduhan campur tangan pemilu AS oleh Rusia, krisis Suriah, perjanjian kontrol senjata nuklir, aneksasi Crimea dari Ukraina oleh Rusia dan sanksi washington terhadap Moskow.

Trump saat ini telah tiba di Helsinki. Dia sebelumnya mengaku memiliki "harapan kecil", namun "mungkin beberapa hal baik" akan dihasilkan dari pertemuan.

Presiden Trump tidak menjawab pertanyaan dari wartawan saat dia berjalan dari Air Force One setelah mendarat di Helsinki.

Pertemuan kedua pemimpin negara adidaya ini merupakan yang pertama kali sejak keduanya bertemu singkat di KTT ekonomi di Vietnam pada November 2017.

1. Rusia Dituduh Ikut Campur Pemilu AS

Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein mengumumkan bahwa pengacara khusus telah menuntut 12 perwira intelijen Rusia atas tuduhan meretas jaringan komputer Demokrat selama pemilihan presiden AS 2016.

Serangan siber mata-mata Rusia ini dianggap berkontribusi atas kemenangan Trump sebagai presiden dalam pemilu. Trump yang diusung Partai Republik mengalahkan Hillary Clinton, calon presiden Partai Demokrat.

Departemen Kehakiman secara resmi merilis daftar dakwaan terhadap belasan perwira intelijen Rusia tersebut. "Campur tangan Putin dalam pemilu 2016 kami dan pemilu kami yang akan datang adalah ancaman serius bagi demokrasi kami. Bagi Presiden Trump bertemu dengan Presiden Putin tanpa mengekspresikan kemarahan rakyat Amerika dan menjamin kemajuan nyata akan sangat buruk bagi Amerika Serikat dan keamanan sistem pemilu kami," kata Chuck Schumer, pemimpin Senat AS.

Trump mengatakan kepada CBS News dalam sebuah wawancara pada Sabtu lalu bahwa dia "tidak berpikir" untuk meminta Putin mengekstradisi orang-orang Rusia yang didakwa melakukan peretasan.

AS tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Rusia sehingga tidak dapat memaksa Moskow untuk menyerahkan warganya yang dikenai dakwaan oleh pengadilan Amerika. Konstitusi Rusia juga melarang mengekstradisi warganya ke luar negeri.

Putin sendiri telah berulang kali membantah ikut campur pemilu AS 2016. Menurutnya, serangan siber oleh para hacker dari Moskow sekalipun tidak mengatasnamakan pemerintah Rusia.

2. Aneksasi Crimea

Berbicara di "Fox News Sunday", Duta Besar AS untuk Rusia Jon Huntsman mengatakan Trump sangat tidak mungkin untuk mengakui aneksasi Putin terhadap Crimea dari Ukraina. Namun, Trump menolak untuk mengesampingkan kemungkinan itu.

Trump sendiri tidak membuat komitmen tentang masalah ini saat konferensi pers dengan Perdana Menteri Inggris Theresa May.

Presiden Trump mengklaim bahwa Presiden Putin tidak akan menyerang Crimea seandainya dia berkuasa kala itu. Trump menyebutnya sebagai "bencana Obama",

3. Sanksi AS terhadap Rusia

Putin telah memberi isyarat bahwa dia ingin Trump memperlunak sanksi yang dikenakan Washington atas aneksasi Crimea, tuduhan bahwa Moskow mendukung separatis di timur Ukraina, keterlibatan Rusia dalam perang sipil Suriah dan tuduhan campur tangan Rusia dalam pemilu AS.

Trump menandatangani undang-undang pada Agustus 2017 yang memberlakukan sanksi tambahan terhadap Rusia. Atas tekanan Kongres, undang-undang itu melarang Trump mengurangi sanksi AS terhadap Rusia.

Hampir 700 orang dan perusahaan Rusia berada di bawah sanksi AS. Selain pembekuan aset, orang-orang yang terkena sanksi dilarang bepergian ke AS.

4. Perang Suriah

Kedua pemimpin ini diperkirakan akan membahas satu perjanjian tentatif untuk memindahkan pasukan Iran lebih jauh dari perbatasan Israel dengan Suriah dan Yordania. Sebagai imbalannya, AS tak akan mengusik akses pasukan Rusia di Suriah untuk mendukung pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Para pejabat AS khawatir tentang bahaya konflik baru di Suriah antara Israel dan Iran atau pun milisi yang didukung Iran.

Seorang pejabat Dewan Keamanan Nasional AS mengatakan kepada Fox News bahwa Trump berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu selama akhir pekan untuk mempersiapkan pertemuannya dengan Putin.

"Kemarin saya berbicara dengan Presiden AS Donald Trump," kata Netanyahu di Israel. "Kami membahas masalah keamanan dan diplomatik yang timbul dari perkembangan regional, yang paling utama di antara mereka, tentu saja, Suriah dan Iran," ujarnya.

"Saya mengucapkan terima kasih kepada Presiden Trump atas kebijakan kerasnya terhadap Iran karena sejak kebijakan ini diambil, kami telah melihat pengaruh yang besar terhadap Iran dan di dalam negeri Iran," imbuh Netanyahu.

"Presiden Trump menegaskan kembali dengan kejelasan yang tajam komitmennya pada keamanan Israel dan kesediaannya untuk membantu Israel di berbagai bidang dan, tentu saja, saya berterima kasih kepadanya untuk itu."

5. Perjanjian Kontrol Senjata Nuklir

Perjanjian senjata besar terakhir antara Rusia dan AS adalah "2010 New START Treaty" (Perjanjian START Baru 2010) yang berakhir pada 2021. Kemungkinan perpanjangan perjanjian itu akan dibahas.

AS telah menuduh Rusia menguji dan menyebarkan rudal jelajah yang diluncurkan ke darat (GLCMs) yang melanggar "1987 Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) Treaty". Perjanjian itu, yang sebagian dinegosiasikan oleh Presiden Ronald Reagan dan yang masih berlaku, melarang AS, Rusia, dan 11 negara pecahan Soviet lainnya untuk menguji dan mengerahkan semua rudal balistik dan kapal penjelajah yang diluncurkan dengan hulu ledak nuklir dan konvensional dengan kisaran 500 sampai 5.500 kilometer.

Ketegangan antara Amerika Serikat dan Rusia berubah menjadi lebih buruk pada Maret 2018 setelah Putin mengklaim memiliki beberapa sistem senjata nuklir Rusia generasi mendatang.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4663 seconds (0.1#10.140)