Zelensky Resmi Pecat Jenderal Tertinggi Ukraina Valery Zaluzhny
loading...
A
A
A
KYIV - Presiden Volodymyr Zelensky telah resmi memecat Jenderal Valery Zaluzhny sebagai Panglima Militer Ukraina, Kamis malam. Sang jenderal tertinggi dipecat di tengah perang melawan invasi Rusia.
Langkah pemecatan ini diambil menyusul ketegangan antara Zelensky dan panglima militernya yang sangat populer setelah kegagalan serangan balasan Kyiv terhadap pasukan Moskow.
Itu juga terjadi ketika Ukraina menghadapi serangan baru dari Rusia, kekurangan personel dan amunisi, serta bantuan Amerika Serikat (AS) yang terhenti akibat tekanan Kongres.
Dalam posting-an Telegram yang dikirim sesaat sebelum pengumuman resmi, Zelensky mengatakan dia mengadakan pertemuan dengan Jenderal Zaluzhny. "Membahas pembaruan seperti apa yang dibutuhkan Angkatan Bersenjata Ukraina," tulis Zelensky, seperti dikutip CNN, Jumat (9/2/2024).
“Saatnya untuk pembaruan seperti itu adalah sekarang,” lanjut posting-an Zelensky.
Pengganti Zaluzhny adalah Oleksandr Syrskyi, yang sejak 2019 menjabat sebagai komandan Angkatan Darat Ukraina.
Zaluzhny menulis di saluran Telegramnya pada hari Kamis bahwa tugas tahun 2022 berbeda dengan tugas tahun 2024.
“Oleh karena itu, setiap orang harus berubah dan beradaptasi dengan kenyataan baru juga. [Kami] baru saja bertemu dengan Panglima Tertinggi. Itu adalah percakapan yang penting dan serius. Diputuskan bahwa kami perlu mengubah pendekatan dan strategi kami," tulis sang jenderal.
Desas-desus pemecatan Zaluzhny mulai beredar di Kyiv pekan lalu setelah dia dipanggil ke pertemuan di kantor presiden dan diberi tahu bahwa dia dipecat. Itu diungkap dua sumber yang mengetahui masalah tersebut kepada CNN.
Kantor Zelensky awalnya membantah rumor tersebut, namun langkah tersebut dikonfirmasi pada hari Kamis.
Menurut salah satu sumber, Zaluzhny—yang ditunjuk sebagai Panglima Militer Ukraina oleh Zelensky pada Juli 2021—ditawari posisi baru oleh presiden, namun dia menolaknya.
Masih belum jelas apakah Zaluzhny memutuskan untuk tetap terlibat dengan militer dalam kapasitas tertentu.
Perseteruan antara kedua tokoh penting Ukraina tersebut telah berkobar selama berbulan-bulan namun tampaknya semakin melebar menjelang akhir tahun lalu, setelah Zaluzhny mengatakan perang telah mencapai jalan buntu dalam sebuah esai panjang dan wawancara di majalah The Economist pada bulan November.
Ketika menulis setelah serangan balik Ukraina yang sebagian besar digagalkan oleh pertahanan Rusia yang sangat kuat, dia memperingatkan bahwa tanpa lompatan teknologi yang besar, kemungkinan besar tidak akan ada terobosan yang dalam dan indah, melainkan keseimbangan antara kerugian dan kehancuran yang sangat besar.
Pernyataannya langsung menuai kritik dari kantor Zelensky, yang mengatakan bahwa komentar seperti itu tentang perang hanya menguntungkan Rusia.
Baru-baru ini, kedua pemimpin itu berselisih mengenai apakah Ukraina memerlukan upaya mobilisasi massa. Zaluzhny telah menyarankan agar diperlukan setengah juta wajib militer, namun Zelensky menolaknya.
Langkah pemecatan ini diambil menyusul ketegangan antara Zelensky dan panglima militernya yang sangat populer setelah kegagalan serangan balasan Kyiv terhadap pasukan Moskow.
Itu juga terjadi ketika Ukraina menghadapi serangan baru dari Rusia, kekurangan personel dan amunisi, serta bantuan Amerika Serikat (AS) yang terhenti akibat tekanan Kongres.
Dalam posting-an Telegram yang dikirim sesaat sebelum pengumuman resmi, Zelensky mengatakan dia mengadakan pertemuan dengan Jenderal Zaluzhny. "Membahas pembaruan seperti apa yang dibutuhkan Angkatan Bersenjata Ukraina," tulis Zelensky, seperti dikutip CNN, Jumat (9/2/2024).
“Saatnya untuk pembaruan seperti itu adalah sekarang,” lanjut posting-an Zelensky.
Pengganti Zaluzhny adalah Oleksandr Syrskyi, yang sejak 2019 menjabat sebagai komandan Angkatan Darat Ukraina.
Zaluzhny menulis di saluran Telegramnya pada hari Kamis bahwa tugas tahun 2022 berbeda dengan tugas tahun 2024.
“Oleh karena itu, setiap orang harus berubah dan beradaptasi dengan kenyataan baru juga. [Kami] baru saja bertemu dengan Panglima Tertinggi. Itu adalah percakapan yang penting dan serius. Diputuskan bahwa kami perlu mengubah pendekatan dan strategi kami," tulis sang jenderal.
Desas-desus pemecatan Zaluzhny mulai beredar di Kyiv pekan lalu setelah dia dipanggil ke pertemuan di kantor presiden dan diberi tahu bahwa dia dipecat. Itu diungkap dua sumber yang mengetahui masalah tersebut kepada CNN.
Kantor Zelensky awalnya membantah rumor tersebut, namun langkah tersebut dikonfirmasi pada hari Kamis.
Menurut salah satu sumber, Zaluzhny—yang ditunjuk sebagai Panglima Militer Ukraina oleh Zelensky pada Juli 2021—ditawari posisi baru oleh presiden, namun dia menolaknya.
Masih belum jelas apakah Zaluzhny memutuskan untuk tetap terlibat dengan militer dalam kapasitas tertentu.
Perseteruan antara kedua tokoh penting Ukraina tersebut telah berkobar selama berbulan-bulan namun tampaknya semakin melebar menjelang akhir tahun lalu, setelah Zaluzhny mengatakan perang telah mencapai jalan buntu dalam sebuah esai panjang dan wawancara di majalah The Economist pada bulan November.
Ketika menulis setelah serangan balik Ukraina yang sebagian besar digagalkan oleh pertahanan Rusia yang sangat kuat, dia memperingatkan bahwa tanpa lompatan teknologi yang besar, kemungkinan besar tidak akan ada terobosan yang dalam dan indah, melainkan keseimbangan antara kerugian dan kehancuran yang sangat besar.
Pernyataannya langsung menuai kritik dari kantor Zelensky, yang mengatakan bahwa komentar seperti itu tentang perang hanya menguntungkan Rusia.
Baru-baru ini, kedua pemimpin itu berselisih mengenai apakah Ukraina memerlukan upaya mobilisasi massa. Zaluzhny telah menyarankan agar diperlukan setengah juta wajib militer, namun Zelensky menolaknya.
(mas)