PM Malaysia Anwar Ibrahim: Masalahnya Bukan Houthi, tapi Agresi Israel di Gaza

Minggu, 04 Februari 2024 - 07:30 WIB
loading...
PM Malaysia Anwar Ibrahim:...
Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim. Foto/AP
A A A
KUALA LUMPUR - Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim mengkonfirmasi bahwa dia berdiskusi dengan para pejabat Mesir tentang cara membawa bantuan ke Gaza melalui penyeberangan Rafah.

Anwar Ibrahim menekankan perlunya fokus pada tragedi kemanusiaan yang dialami warga Palestina di Jalur Gaza dan bukan pada hubungan dengan Hamas.

Mengomentari serangan Houthi di Laut Merah, Anwar Ibrahim menambahkan dalam pernyataannya kepada Al Jazeera bahwa masalahnya tidak dimulai dengan operasi yang dilancarkan kelompok Yaman melainkan dengan agresi pendudukan Israel terhadap Gaza.

Pejabat Malaysia tersebut menegaskan, dinas keamanan di negaranya berada pada tingkat kewaspadaan tertinggi dalam mengantisipasi setiap operasi pembunuhan terhadap warga Palestina, dan menekankan negaranya tidak akan mentolerir segala upaya membunuh warga Palestina di wilayahnya.

Malaysia Dukung Gaza


Pada Desember 2023, Malaysia mengumumkan dalam pernyataan yang dikeluarkan Kantor Perdana Menteri bahwa mereka melarang kapal yang membawa bendera Israel dan mencegah kapal yang menuju ke Israel memuat barang di pelabuhan.

“Langkah-langkah ini dilakukan sebagai tanggapan atas tindakan Israel yang mengabaikan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan dan melanggar hukum internasional dengan terus melakukan pembantaian dan kekejaman terhadap warga Palestina,” papar pernyataan kantor PM Malaysia.

Dalam pernyataan terakhirnya, Perdana Menteri Malaysia memuji gugatan Afrika Selatan terhadap Israel di Mahkamah Internasional (ICJ), dan membuktikan dukungan penuh negaranya terhadap langkah tersebut.

Anwar Ibrahim menekankan, “Malaysia dengan tegas menegaskan posisinya dalam mendukung penuh upaya Afrika Selatan di Mahkamah Internasional untuk menentang tirani dan mendukung keadilan.”

Perdana Menteri Malaysia mengkritik negara-negara Barat karena mengabaikan dan terus diam mengenai “kekejaman yang dilakukan pendudukan Israel di Palestina sejak 7 Oktober 2023.”

Ibrahim juga memposting pernyataan di X, “Negara-negara Barat terus menutup mata terhadap kekejaman yang dilakukan oleh Israel, dan secara efektif terlibat dalam tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan yang berbahaya. Sampai saat ini, sejak tanggal 7 Oktober, Israel telah membunuh 24.100 nyawa tak berdosa tanpa mendapat hukuman, bahkan ketika sebagian besar komunitas internasional dengan keras mengutuk tindakan keji dan genosida mereka.”



Rezim kolonial apartheid Israel hingga sekarang belum mendapat sanksi internasional karena dilindungi Amerika Serikat. Washington menjadi salah satu pemasok utama persenjataan Zionis yang digunakan untuk membantai warga sipil Palestina.

“Serangan pembantaian brutal terhadap warga Palestina yang tidak bersalah baru-baru ini hanyalah perpanjangan dari penindasan dan tirani yang telah berlangsung selama tujuh dekade, yang jelas-jelas merupakan perwujudan kebencian, rasa jijik dan antagonisme rezim Israel terhadap rakyat Palestina,” papar PM Malaysia.

Hal ini terjadi ketika Kementerian Kesehatan di Gaza mengumumkan jumlah korban perang Israel di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 27.019 martir Palestina dan 66.139 orang sejak 7 Oktober 2023.

Adapun situs web tentara Israel melaporkan lima tentara terluka dalam 24 jam terakhir.
(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1306 seconds (0.1#10.140)