Konflik Gaza Ungkap Kelemahan China di Timur Tengah

Jum'at, 02 Februari 2024 - 13:32 WIB
loading...
Konflik Gaza Ungkap...
Konflik di Gaza telah mengungkap kelemahan China di Timur Tengah. Foto/REUTERS
A A A
BEIJING - China menyatakan diri sebagai pemain global yang bertanggung jawab. Kenyataannya, meski berulang kali menyerukan netralitasnya, Beijing cenderung bias dalam kaitannya dengan berbagai krisis global, termasuk perang Israel-Hamas di Gaza saat ini.

Mengutip dari laman ANI, Jumat (2/2/2024), perang di Jalur Gaza, Palestina, telah memperlihatkan sifat mementingkan diri sendiri China dalam hubungan luar negerinya.

Dalam perang di Gaza, China mengambil langkah hati-hati sekaligus berupaya melemahkan Amerika Serikat (AS) serta “menjilat” negara-negara Arab. Strategi penghindaran risikonya mungkin bisa digambarkan sebagai netralitas anti-Barat.

Sekitar 1 juta warga China bekerja di Timur Tengah, sementara sebagian besar impor minyaknya berasal dari kawasan tersebut—87,5 juta ton pada tahun 2022, dengan Arab Saudi menjadi pemasok minyak mentah terbesar.



Pada 26-27 Januari 2024, Menteri Luar Negeri China Wang Yi bertemu Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan di Bangkok. Transkrip pertemuan yang dirilis China menyebutkan bahwa isu-isu regional seperti Timur Tengah telah dibahas tanpa mengelaborasi. China tidak menyebutkan apa-apa mengenai krisis Laut Merah atau pun Gaza.

Sebaliknya, AS mengatakan pihaknya berusaha membujuk Beijing untuk menekan Iran agar menghentikan serangan pemberontak Houthi terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah. Menurut seorang pejabat Gedung Putih, China setuju untuk mengungkapkan masalah ini kepada Iran.

Meski demikian, seorang pejabat AS merenungkan, “Apakah China akan memilih untuk menggunakan pengaruhnya dengan cara seperti itu, saya pikir hal itu masih harus dilihat lagi."

China tidak melakukan apa pun untuk mengekang aspirasi nuklir Korea Utara. Ditambah lagi, Beijing telah menawarkan dukungan diam-diam terhadap invasi Rusia ke Ukraina.

Mengandalkan China untuk hal-hal substantif adalah harapan yang sia-sia. China memediasi kesepakatan diplomatik antara Arab Saudi dan Iran pada Maret 2023, namun Beijing tidak memiliki pengaruh nyata atas Teheran dan tentu saja tidak bisa membuat Teheran menentang Hamas.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1881 seconds (0.1#10.140)