Konflik Gaza Ungkap Kelemahan China di Timur Tengah
loading...
A
A
A
Palestina tidak akan tertipu oleh omongan China yang bertele-tele seperti halnya Israel. Bahkan negara-negara Arab tetangga Israel telah berbuat lebih banyak dibandingkan China dalam mengkritik serangan Hamas.
Beijing menolak menyalahkan Hamas atau bahkan menyebut nama organisasi ini dalam pernyataannya terkait perang 7 Oktober di Gaza. Intinya, China telah mengangkat Hamas ke tingkat yang sama dengan Otoritas Palestina. Dengan menyamakan Hamas dan isu perjuangan Palestina, China menunjukkan kurangnya pemahaman mereka terhadap dinamika yang rumit ini. Lebih jauh lagi, mereka secara keliru menyebutnya sebagai "konflik Palestina-Israel" dan bukan konflik "Hamas-Israel”.
Aboudouh menyimpulkan; "Puncak dari semua tantangan di atas menciptakan dilema yang tidak dapat dimitigasi bagi Beijing. Di satu sisi, jika China memilih mengubah kebijakannya di masa depan dan memainkan peran penting dalam konflik tersebut, tidak ada bukti bahwa China akan bersedia mengeluarkan modal politik dalam jumlah besar untuk menghadirkan solusi alternatif terhadap pandangan AS mengenai Solusi Dua Negara atau Inisiatif Perdamaian Arab."
"China tidak memiliki visi untuk penyelesaian politik, dan kemungkinan besar tidak akan menawarkannya dalam waktu dekat. Hal ini memperparah defisit kredibilitas yang mendominasi posisi China sejak konflik dimulai, yang diperkirakan akan meningkat selama tidak ada seorang pun di Israel dan Jalur Gaza, Tepi Barat, atau kawasan yang lebih luas yang menganggap serius usulan China," ucapnya.
"Meski China tertarik untuk tidak memberikan tekanan terhadap pendirian AS, China tidak mempunyai keinginan untuk secara langsung menentang peran historisnya sebagai satu-satunya lawan bicara dalam konflik tersebut," papar Aboudouh.
China telah mengeluarkan dokumen mengenai konflik Palestina-Israel pada 30 November 2023. Dokumen tersebut menekankan perlunya gencatan senjata segera dan mengakhiri pertempuran, memastikan bahwa koridor kemanusiaan aman dan tanpa hambatan, serta mencegah perluasan konflik.
Solusi yang dilakukan Beijing adalah menerapkan gencatan senjata komprehensif dan mengakhiri pertempuran, melindungi warga sipil secara efektif, memastikan bantuan kemanusiaan; meningkatkan mediasi diplomatic, dan mencari penyelesaian politik.
Tidak diragukan lagi, hal ini akan sama bergunanya seperti dokumen China yang berisi 12 poin mengenai perang Rusia-Ukraina, yang cepat dilupakan semua orang. China telah mendorong Solusi Dua Negara sejak awal, meski Hamas dengan tegas menolak apa pun kecuali penghancuran Israel.
Jajak pendapat publik yang dilakukan Universitas Tsinghua pada November 2022 menunjukkan bahwa hanya 3,3 persen responden China yang percaya bahwa perdamaian di Timur Tengah harus menjadi prioritas internasional utama China. Faktanya, isu ini merupakan isu dengan peringkat terendah setelah isu-isu seperti hubungan AS-China, pandemi Covid-19, dan sengketa wilayah.
Jelas terlihat kurangnya simpati terhadap penderitaan Israel dan kekhawatiran keamanan yang sah di pihak China. Empat warga negara China telah tewas, enam terluka dan dua orang masih hilang sejak konflik Gaza pecah pada 7 Oktober 2023. Namun yang mengejutkan, hal ini tidak diberitakan secara luas di media sosial China, dan oleh karena itu tidak ada dorongan kuat dari masyarakat agar pemerintah mengambil tindakan. Konflik di Gaza ini merupakan topik yang jauh dari kehidupan sebagian besar masyarakat China.
Beijing menolak menyalahkan Hamas atau bahkan menyebut nama organisasi ini dalam pernyataannya terkait perang 7 Oktober di Gaza. Intinya, China telah mengangkat Hamas ke tingkat yang sama dengan Otoritas Palestina. Dengan menyamakan Hamas dan isu perjuangan Palestina, China menunjukkan kurangnya pemahaman mereka terhadap dinamika yang rumit ini. Lebih jauh lagi, mereka secara keliru menyebutnya sebagai "konflik Palestina-Israel" dan bukan konflik "Hamas-Israel”.
Solusi Dua Negara
Aboudouh menyimpulkan; "Puncak dari semua tantangan di atas menciptakan dilema yang tidak dapat dimitigasi bagi Beijing. Di satu sisi, jika China memilih mengubah kebijakannya di masa depan dan memainkan peran penting dalam konflik tersebut, tidak ada bukti bahwa China akan bersedia mengeluarkan modal politik dalam jumlah besar untuk menghadirkan solusi alternatif terhadap pandangan AS mengenai Solusi Dua Negara atau Inisiatif Perdamaian Arab."
"China tidak memiliki visi untuk penyelesaian politik, dan kemungkinan besar tidak akan menawarkannya dalam waktu dekat. Hal ini memperparah defisit kredibilitas yang mendominasi posisi China sejak konflik dimulai, yang diperkirakan akan meningkat selama tidak ada seorang pun di Israel dan Jalur Gaza, Tepi Barat, atau kawasan yang lebih luas yang menganggap serius usulan China," ucapnya.
"Meski China tertarik untuk tidak memberikan tekanan terhadap pendirian AS, China tidak mempunyai keinginan untuk secara langsung menentang peran historisnya sebagai satu-satunya lawan bicara dalam konflik tersebut," papar Aboudouh.
China telah mengeluarkan dokumen mengenai konflik Palestina-Israel pada 30 November 2023. Dokumen tersebut menekankan perlunya gencatan senjata segera dan mengakhiri pertempuran, memastikan bahwa koridor kemanusiaan aman dan tanpa hambatan, serta mencegah perluasan konflik.
Solusi yang dilakukan Beijing adalah menerapkan gencatan senjata komprehensif dan mengakhiri pertempuran, melindungi warga sipil secara efektif, memastikan bantuan kemanusiaan; meningkatkan mediasi diplomatic, dan mencari penyelesaian politik.
Tidak diragukan lagi, hal ini akan sama bergunanya seperti dokumen China yang berisi 12 poin mengenai perang Rusia-Ukraina, yang cepat dilupakan semua orang. China telah mendorong Solusi Dua Negara sejak awal, meski Hamas dengan tegas menolak apa pun kecuali penghancuran Israel.
Jajak pendapat publik yang dilakukan Universitas Tsinghua pada November 2022 menunjukkan bahwa hanya 3,3 persen responden China yang percaya bahwa perdamaian di Timur Tengah harus menjadi prioritas internasional utama China. Faktanya, isu ini merupakan isu dengan peringkat terendah setelah isu-isu seperti hubungan AS-China, pandemi Covid-19, dan sengketa wilayah.
Jelas terlihat kurangnya simpati terhadap penderitaan Israel dan kekhawatiran keamanan yang sah di pihak China. Empat warga negara China telah tewas, enam terluka dan dua orang masih hilang sejak konflik Gaza pecah pada 7 Oktober 2023. Namun yang mengejutkan, hal ini tidak diberitakan secara luas di media sosial China, dan oleh karena itu tidak ada dorongan kuat dari masyarakat agar pemerintah mengambil tindakan. Konflik di Gaza ini merupakan topik yang jauh dari kehidupan sebagian besar masyarakat China.