AS Untung Besar dengan Picu Konflik? Senjata Apa Saja yang Laris Manis?

Rabu, 31 Januari 2024 - 08:14 WIB
loading...
A A A
Jerman menghabiskan USD8,5 miliar untuk membeli helikopter Chinook sementara Bulgaria membayar USD1,5 miliar untuk kendaraan lapis baja Stryker dan Norwegia membeli helikopter multi-misi senilai USD1 miliar.

Republik Ceko membeli jet F-35 dan amunisi senilai USD5,6 miliar.

Di luar Eropa, data Departemen Luar Negeri menunjukkan Korea Selatan membayar USD5 miliar untuk jet tempur F-35 dan Australia menghabiskan USD6,3 miliar untuk pesawat Super Hercules C130J-30.

Selain itu, Jepang mencapai kesepakatan senilai USD1 miliar untuk pesawat pengintai E-2D Hawkeye.

Kontrak DCS


Contoh Notifikasi Kongres DCS tahun lalu mencakup perjanjian besar dengan Kementerian Pertahanan Ukraina untuk memasok National Advanced Surface to Air Missile System (NASAMS) senilai USD1,2 miliar.

Perjanjian lain yang bernilai kira-kira sebesar jumlah yang disebutkan di atas berkaitan dengan Italia, India, Arab Saudi, Singapura, Korea Selatan, dan Norwegia, menurut Departemen Luar Negeri.

Memicu Konflik di Seluruh Dunia?


Dapat diasumsikan bahwa komersialisasi perang telah menjadi tren dalam kebijakan AS.

Senada dengan itu, dalam laporan ekstensif tahun 2022 yang dibuat lembaga pemikir Quincy Institute for Responsible Statecraft yang berbasis di Washington, para penulis mendesak pemerintahan Presiden AS Joe Biden “untuk mengatasi sejumlah masalah utama jika kebijakan AS mengenai penjualan senjata ingin dibuat konsisten dengan kepentingan jangka panjang AS."

“Pertimbangan utama kebijakannya adalah bagaimana membatasi penjualan kapal selam yang akan membantu sekutu mempertahankan diri tanpa memicu perlombaan senjata atau meningkatkan prospek konflik,” ungkap laporan itu, mengacu pada kesepakatan kapal selam AUKUS, yang “akan menguntungkan kontraktor AS tetapi berisiko memicu persaingan senjata dan meningkatkan ketegangan dengan China."

Mengenai bantuan militer AS yang “cepat” kepada Ukraina, laporan tersebut menggarisbawahi, “Amerika Serikat telah gagal menawarkan strategi diplomatik yang bertujuan mengakhiri perang sebelum perang tersebut berkembang menjadi konflik yang panjang dan berkepanjangan atau meningkat menjadi konfrontasi langsung AS-Rusia.”
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1051 seconds (0.1#10.140)