Dituduh Coba Ubah Konstitusi, Presiden Marcos Jr Terancam Digulingkan
loading...
A
A
A
Ayah Marcos Jr, mendiang diktator Ferdinand Marcos Sr, memerintah Filipina selama lebih dari dua dekade hingga dia digulingkan oleh Revolusi Kekuatan Rakyat atau People Power Revolution yang damai pada bulan Februari 1986. Keluarga Marcos terpaksa meninggalkan negara itu, dan mencari pengasingan di Hawaii.
Konstitusi tahun 1987, yang mulai berlaku setahun setelah Marcos Sr digulingkan, menyatakan bahwa presiden hanya dapat menjabat satu kali masa jabatan enam tahun, sebagai perlindungan terhadap kediktatoran.
Marcos Jr mendukung perubahan konstitusi untuk memungkinkan promosi investasi asing. Namun, Duterte mengeklaim sekutu presiden menyuap pejabat lokal untuk menghapus aturan batasan masa jabatan.
Namun Duterte tidak memberikan bukti apa pun untuk mendukung klaimnya.
Duterte juga berulang kali menuduh Marcos Jr, yang dikenal sebagai Bongbong, menggunakan narkoba, dengan mengatakan: “Bongbong Marcos sedang mabuk saat itu. Sekarang dia presiden, dia masih mabuk. Kita punya presiden yang kecanduan narkoba! Bajingan itu!” katanya, yang dilansir situs berita Rappler.
Duterte mengatakan nama Marcos Jr masuk dalam daftar yang dibuat oleh badan penegakan narkoba Filipina. Namun agensi telah membantah klaim Duterte.
Duterte, yang dilarang oleh konstitusi untuk mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua pada tahun 2022, selalu memiliki hubungan yang tidak nyaman dengan Marcos Jr, dan sebelumnya menyebutnya sebagai anak manja dan pemimpin yang lemah.
Dia tidak mendukungnya pada pemilu lalu, dan secara terbuka mengungkapkan rasa frustrasinya karena putrinya tidak mencalonkan diri untuk jabatan puncak.
Ada spekulasi luas bahwa Sara Duterte akan ikut serta dalam pemilihan presiden tahun 2028, namun hal ini menempatkan kedua keluarga tersebut pada jalur yang bertentangan.
Marcos Jr menerapkan kebijakan luar negeri yang berbeda dengan Duterte, mengambil sikap yang lebih keras terhadap China di Laut China Selatan yang disengketakan dan memperkuat hubungan dengan Amerika Serikat.
Konstitusi tahun 1987, yang mulai berlaku setahun setelah Marcos Sr digulingkan, menyatakan bahwa presiden hanya dapat menjabat satu kali masa jabatan enam tahun, sebagai perlindungan terhadap kediktatoran.
Marcos Jr mendukung perubahan konstitusi untuk memungkinkan promosi investasi asing. Namun, Duterte mengeklaim sekutu presiden menyuap pejabat lokal untuk menghapus aturan batasan masa jabatan.
Namun Duterte tidak memberikan bukti apa pun untuk mendukung klaimnya.
Duterte juga berulang kali menuduh Marcos Jr, yang dikenal sebagai Bongbong, menggunakan narkoba, dengan mengatakan: “Bongbong Marcos sedang mabuk saat itu. Sekarang dia presiden, dia masih mabuk. Kita punya presiden yang kecanduan narkoba! Bajingan itu!” katanya, yang dilansir situs berita Rappler.
Duterte mengatakan nama Marcos Jr masuk dalam daftar yang dibuat oleh badan penegakan narkoba Filipina. Namun agensi telah membantah klaim Duterte.
Duterte, yang dilarang oleh konstitusi untuk mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua pada tahun 2022, selalu memiliki hubungan yang tidak nyaman dengan Marcos Jr, dan sebelumnya menyebutnya sebagai anak manja dan pemimpin yang lemah.
Dia tidak mendukungnya pada pemilu lalu, dan secara terbuka mengungkapkan rasa frustrasinya karena putrinya tidak mencalonkan diri untuk jabatan puncak.
Ada spekulasi luas bahwa Sara Duterte akan ikut serta dalam pemilihan presiden tahun 2028, namun hal ini menempatkan kedua keluarga tersebut pada jalur yang bertentangan.
Marcos Jr menerapkan kebijakan luar negeri yang berbeda dengan Duterte, mengambil sikap yang lebih keras terhadap China di Laut China Selatan yang disengketakan dan memperkuat hubungan dengan Amerika Serikat.