5 Alasan Israel Menolak Two State Solution dengan Pembentukan Negara Palestina
loading...
A
A
A
JAKARTA - Israel telah berkali-kali menolak two state solution (solusi dua negara) untuk konflik berkepanjangan dengan Palestina.
Solusi dua negara ini berarti berdirinya Negara Israel dan Negara Palestina secara berdampingan.
Solusi dua negara telah didukung komunitas internasional termasuk sekutu utama Israel; Amerika Serikat (AS). Indonesia juga mendukung solusi tersebut.
AS, dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, mendorong solusi dua negara, dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken berpendapat bahwa jalan Israel menuju “keamanan sejati” terletak pada pembentukan Negara Palestina.
“Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Anda melihat negara-negara di kawasan ini siap untuk mengambil langkah maju dan berintegrasi lebih jauh dengan Israel serta memberikan jaminan keamanan nyata kepada Israel dan Amerika Serikat juga siap memainkan perannya, tapi mereka semua harus mempunyai mitra yang bersedia di sisi lain,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller, menyebutnya sebagai “peluang bersejarah” bagi Israel.
Namun Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu secara terbuka menentang seruan Amerika tersebut.
“Israel harus mempertahankan kendali keamanan atas seluruh wilayah di sebelah barat Sungai Yordan,” katanya.
“Untuk memastikan tidak ada teror yang dilancarkan terhadap rakyat Israel,” lanjut dia.
“Kami tidak akan puas dengan kemenangan mutlak [dalam perang di Gaza]. Hal ini bertentangan dengan gagasan kedaulatan [Palestina]. Apa yang bisa kita lakukan?" paparnya.
“Saya telah menjelaskan kebenaran ini kepada teman-teman Amerika kami, dan saya menghentikan upaya untuk memaksa kami melakukan kenyataan yang akan membahayakan Negara Israel.”
Ada lima alasan umum yang kerap disuarakan Israel dalam menolak two state solution, solusi yang mewujudkan pembentukan Negara Palestina merdeka.
Beberapa pihak di Israel khawatir bahwa pembentukan Negara Palestina yang merdeka dapat meningkatkan risiko keamanan bagi Israel.
Mereka memandang bahwa tanah untuk berdirinya Negara Palestina bisa digunakan sebagai pangkalan untuk serangan terhadap Israel.
Sebagian orang di Israel mengkhawatirkan ketidakpastian dan ketidakamanan perbatasan yang mungkin muncul dengan pembentukan Negara Palestina.
Mereka merasa bahwa solusi dua negara mungkin tidak menjamin kestabilan dan keamanan perbatasan yang cukup.
Beberapa kelompok di Israel mendukung perluasan atau pemeliharaan pemukiman Yahudi di Tepi Barat—wilayah Palestina yang diduduki setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967.
Mereka percaya bahwa pemukiman tersebut merupakan bagian integral dari keberlanjutan keberadaan Negara Israel.
Beberapa pihak di Israel khawatir bahwa pembentukan Negara Palestina yang merdeka mungkin menghadapi tantangan internal dan berpotensi menjadi negara yang tidak stabil, yang pada gilirannya dapat membahayakan keamanan Negara Israel.
Beberapa pihak di Israel mendasarkan penentangan mereka terhadap solusi dua negara pada dasar-dasar sejarah dan agama.
Mereka meyakini klaim sejarah atau keberadaan sejarah Yahudi di tanah tersebut sebagai dasar untuk menolak pembentukan Negara Palestina.
Solusi dua negara ini berarti berdirinya Negara Israel dan Negara Palestina secara berdampingan.
Solusi dua negara telah didukung komunitas internasional termasuk sekutu utama Israel; Amerika Serikat (AS). Indonesia juga mendukung solusi tersebut.
AS, dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, mendorong solusi dua negara, dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken berpendapat bahwa jalan Israel menuju “keamanan sejati” terletak pada pembentukan Negara Palestina.
“Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Anda melihat negara-negara di kawasan ini siap untuk mengambil langkah maju dan berintegrasi lebih jauh dengan Israel serta memberikan jaminan keamanan nyata kepada Israel dan Amerika Serikat juga siap memainkan perannya, tapi mereka semua harus mempunyai mitra yang bersedia di sisi lain,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller, menyebutnya sebagai “peluang bersejarah” bagi Israel.
Namun Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu secara terbuka menentang seruan Amerika tersebut.
“Israel harus mempertahankan kendali keamanan atas seluruh wilayah di sebelah barat Sungai Yordan,” katanya.
“Untuk memastikan tidak ada teror yang dilancarkan terhadap rakyat Israel,” lanjut dia.
“Kami tidak akan puas dengan kemenangan mutlak [dalam perang di Gaza]. Hal ini bertentangan dengan gagasan kedaulatan [Palestina]. Apa yang bisa kita lakukan?" paparnya.
“Saya telah menjelaskan kebenaran ini kepada teman-teman Amerika kami, dan saya menghentikan upaya untuk memaksa kami melakukan kenyataan yang akan membahayakan Negara Israel.”
5 Alasan Israel Menolak Two State Solution
Ada lima alasan umum yang kerap disuarakan Israel dalam menolak two state solution, solusi yang mewujudkan pembentukan Negara Palestina merdeka.
1. Keamanan
Beberapa pihak di Israel khawatir bahwa pembentukan Negara Palestina yang merdeka dapat meningkatkan risiko keamanan bagi Israel.
Mereka memandang bahwa tanah untuk berdirinya Negara Palestina bisa digunakan sebagai pangkalan untuk serangan terhadap Israel.
2. Perbatasan yang Tidak Aman
Sebagian orang di Israel mengkhawatirkan ketidakpastian dan ketidakamanan perbatasan yang mungkin muncul dengan pembentukan Negara Palestina.
Mereka merasa bahwa solusi dua negara mungkin tidak menjamin kestabilan dan keamanan perbatasan yang cukup.
3. Pemukiman Yahudi di Tepi Barat
Beberapa kelompok di Israel mendukung perluasan atau pemeliharaan pemukiman Yahudi di Tepi Barat—wilayah Palestina yang diduduki setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967.
Mereka percaya bahwa pemukiman tersebut merupakan bagian integral dari keberlanjutan keberadaan Negara Israel.
4. Kekhawatiran Ketidakstabilan Internal Palestina
Beberapa pihak di Israel khawatir bahwa pembentukan Negara Palestina yang merdeka mungkin menghadapi tantangan internal dan berpotensi menjadi negara yang tidak stabil, yang pada gilirannya dapat membahayakan keamanan Negara Israel.
5. Perspektif Sejarah dan Agama
Beberapa pihak di Israel mendasarkan penentangan mereka terhadap solusi dua negara pada dasar-dasar sejarah dan agama.
Mereka meyakini klaim sejarah atau keberadaan sejarah Yahudi di tanah tersebut sebagai dasar untuk menolak pembentukan Negara Palestina.
(mas)