Orang di Negara Paling Bahagia di Dunia Ini Justru Paling Sering Mengidap Gangguan Kesehatan Mental, Apa Pemicunya?

Senin, 22 Januari 2024 - 17:29 WIB
loading...
Orang di Negara Paling Bahagia di Dunia Ini Justru Paling Sering Mengidap Gangguan Kesehatan Mental, Apa Pemicunya?
Banyak warga di Finlandia justru mengalami stres dan gangguan mental lainnya. Foto/Reuters
A A A
HELSINKI - Lebih dari 100.000 orang di Finlandia menerima perpanjangan cuti sakit dari bos mereka karena masalah kesehatan mental pada tahun 2023. Itu diungkap Lembaga Asuransi Sosial Finlandia (Kela).

Badan pemerintah mengatakan dalam siaran persnya bahwa hal itu adalah alasan paling umum untuk ketidakhadiran kerja terkait penyakit pada tahun lalu.

"Gangguan kesehatan mental seperti kecemasan atau depresi telah menjadi satu-satunya alasan paling umum untuk ketidakhadiran terkait penyakit," demikian keterangan Kela, dilansir RT. Mereka menambahkan bahwa datanya menunjukkan tren peningkatan sejak tahun 2016 – yang mencakup peningkatan 3% dalam ketidakhadiran kerja di bidang kesehatan mental pada tahun 2023 dibandingkan dengan tahun 2023. tahun sebelumnya.

“Jika kita ingin mengubah tren ini,” kata kepala penelitian Kela Jenni Blomgren. “Penting bagi kita untuk melakukan intervensi terhadap kondisi kerja dan struktur sosial yang menambah beban mental masyarakat.”



Blomgren menyatakan bahwa analisis Kela juga menunjukkan bahwa hampir separuh kasus melibatkan orang-orang yang telah didiagnosis menderita kecemasan. Dia juga mencatat bahwa peningkatan terbesar dalam gangguan tersebut terlihat pada orang-orang yang berusia di bawah 35 tahun.

Kela, yang menawarkan kompensasi untuk ketidakhadiran kerja jangka panjang setelah setidaknya sepuluh hari cuti sakit, mengatakan bahwa mereka membayar total sekitar 15 juta hari cuti sakit pada tahun 2023 – jumlah totalnya sekitar USD980 juta.

Badan pemerintah tersebut mengatakan bahwa, meskipun total jumlah kompensasi yang dibayarkan lebih tinggi tahun lalu, jumlah penerimanya hampir 10.000 lebih sedikit dibandingkan tahun 2022, sebuah penurunan yang menurut Kela disebabkan oleh penurunan angka Covid-19.

Pada tahun 2023, badan tersebut memberikan pembayaran kepada sekitar 4.000 orang yang didiagnosis mengidap Covid-19 yang kemudian tidak dapat bekerja. Pada tahun 2022, sekitar 18.000 orang mengklaim manfaat yang sama.

Blomgren menambahkan bahwa dampak Covid-19 terhadap masyarakat Finlandia saat ini tidak “terlihat secara signifikan” dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Berdasarkan skema tunjangan sakit Kela, lembaga tersebut akan memberikan kompensasi kepada pekerja yang kehilangan pendapatan karena masalah kesehatan. Surat keterangan dokter diperlukan untuk mengakses program manfaat, dan Kela akan membayar tunjangan sakit tidak lebih dari satu tahun. Jika seorang pekerja masih menerima upah selama sakit, pembayaran tunjangan akan diberikan kepada majikannya.

(ahm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0945 seconds (0.1#10.140)