Sniper Israel Tembak Mati Nenek Gaza yang Cucunya Kibarkan Bendera Putih
loading...
A
A
A
Menurut Khres, begitu mereka berjalan ke tengah jalan, dia melihat ibunya terjatuh ke tanah disertai suara tembakan.
“Ibu saya sedang menggendong cucunya (putra saudara perempuan saya) yang terjatuh ke tanah saat dia dibunuh,” katanya.
“Saya berteriak memanggil ibu saya...rasanya seperti kami merasakan kematian ribuan kali setiap menitnya,” imbuh dia.
Adik perempuan Khres, Heba, ibu dua anak berusia 28 tahun, mengatakan kepada MEE bahwa keluarga mereka berulang kali diberitahu oleh penduduk setempat lainnya bahwa mereka akan pergi bersama karena mungkin lebih aman.
“Instruksi yang diberikan kepada kami berdasarkan informasi dari Palang Merah. Kami diberitahu akan ada koridor aman di selatan Gaza. Ibu saya sedang menggendong putra saya; Taim,” katanya.
“Saya sedang berada di pintu keluar rumah menunggu suami saya ketika saya mendengar suara tembakan dan jeritan saudara perempuan dan sepupu saya. Mereka terus berteriak 'kembali dan kembali', lalu saya melihat tubuh ibu saya yang sudah tak bernyawa," paparnya.
“Saudara laki-laki saya Mohammed, berusia 22 tahun, mempertaruhkan nyawanya untuk mengambil jenazah ibu saya dari jalan dan membawanya pulang.”
Heba mengatakan bahwa ketika ibunya dibunuh, dia membawa tas roti dan minyak zaitun karena dia tidak yakin berapa lama mereka akan berada jauh dari rumah dan apakah mereka akan menerima makanan dan kebutuhan pokok lainnya.
Menurut Heba, pembunuhan tersebut telah memisahkan dia dan suaminya Yousef dari putra mereka; Taim, sehingga menambah rasa sakit dan penderitaan yang tak terukur pada nasib mereka.
“Saya sedang mengumpulkan barang-barang di rumah kami dan bersiap untuk pergi ketika saya mendengar teriakan di luar,” kata Yousef kepada MEE.
“Ibu saya sedang menggendong cucunya (putra saudara perempuan saya) yang terjatuh ke tanah saat dia dibunuh,” katanya.
“Saya berteriak memanggil ibu saya...rasanya seperti kami merasakan kematian ribuan kali setiap menitnya,” imbuh dia.
Adik perempuan Khres, Heba, ibu dua anak berusia 28 tahun, mengatakan kepada MEE bahwa keluarga mereka berulang kali diberitahu oleh penduduk setempat lainnya bahwa mereka akan pergi bersama karena mungkin lebih aman.
“Instruksi yang diberikan kepada kami berdasarkan informasi dari Palang Merah. Kami diberitahu akan ada koridor aman di selatan Gaza. Ibu saya sedang menggendong putra saya; Taim,” katanya.
“Saya sedang berada di pintu keluar rumah menunggu suami saya ketika saya mendengar suara tembakan dan jeritan saudara perempuan dan sepupu saya. Mereka terus berteriak 'kembali dan kembali', lalu saya melihat tubuh ibu saya yang sudah tak bernyawa," paparnya.
“Saudara laki-laki saya Mohammed, berusia 22 tahun, mempertaruhkan nyawanya untuk mengambil jenazah ibu saya dari jalan dan membawanya pulang.”
Heba mengatakan bahwa ketika ibunya dibunuh, dia membawa tas roti dan minyak zaitun karena dia tidak yakin berapa lama mereka akan berada jauh dari rumah dan apakah mereka akan menerima makanan dan kebutuhan pokok lainnya.
Menurut Heba, pembunuhan tersebut telah memisahkan dia dan suaminya Yousef dari putra mereka; Taim, sehingga menambah rasa sakit dan penderitaan yang tak terukur pada nasib mereka.
“Saya sedang mengumpulkan barang-barang di rumah kami dan bersiap untuk pergi ketika saya mendengar teriakan di luar,” kata Yousef kepada MEE.