Presiden Afghanistan Tandatangani Dekrit Pembebasan Tahanan Taliban
loading...
A
A
A
KABUL - Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menandatangani dekrit pembebasan tahanan Taliban “garis keras” yang diinginkan militan.
Dekrit itu akan membuka jalan untuk perundingan damai yang akan dimulai di Qatar. “Ini telah ditandatangani,” ungkap sumber istana kepresidenan, dilansir Reuters.
Majelis Afghanistan atau Loya Jirga menyetujui pembebasan tahanan Taliban itu setelah mendapat tekanan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk memungkinkan dia memulangkah pasukan AS.
Perang terus terjadi sejak pasukan Afghanistan yang didukung AS menggulingkan pemerintahan Taliban pada akhir 2001.
“Kami siap untuk duduk berunding dalam sepekan sejak saat kami melihat tahanan kami bebas. Kami siap,” kata juru bicara Taliban Suhail Shaheen.
Belum jelas kapan pembebasan itu akan dilakukan. “Rencana awal ialah ke Doha pada Rabu dan perundingan akan dimulai pada Minggu,” papar sumber pemerintah sebelum dekrit itu ditandatangani.
Utusan Khusus AS Zalmay Khalilzad mencapai kesepakatan dengan Taliban pada Februari untuk penarikan pasukan AS. Dia menyambut perkembangan ini setelah beberapa bulan berupaya membawa Taliban ke meja perundingan dengan pemerintah.
“Dalam beberapa hari mendatang, kami perkirakan selesainya pembebasan tahanan, lalu perjalanan tim ke Doha dan dari sana segera dimulai negosiasi antar-Afghan,” ujar dia di Twitter. (Baca Juga: Rudal Taiwan Lacak dan Usir Jet-jet Tempur China)
Taliban telah menuntut pembebasan 400 tahanan terakhir dari total 5.000 tahanan sebagai syarat bergabung perundingan damai. (Baca Infografis: Prototipe Radar AESA Jet Tempur KF-X korsel resmi diluncurkan)
Namun pemerintah ragu karena para tahanan itu terlibat dalam beberapa kekerasan terburuk, termasuk bom truk 2017 dekat Kedutaan Besar Jerman di Kabul yang menewaskan lebih dari 150 orang. (Lihat Video: Seorang Nenek di Tangerang Gagalkan Aksi Penjambretan)
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
Dekrit itu akan membuka jalan untuk perundingan damai yang akan dimulai di Qatar. “Ini telah ditandatangani,” ungkap sumber istana kepresidenan, dilansir Reuters.
Majelis Afghanistan atau Loya Jirga menyetujui pembebasan tahanan Taliban itu setelah mendapat tekanan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk memungkinkan dia memulangkah pasukan AS.
Perang terus terjadi sejak pasukan Afghanistan yang didukung AS menggulingkan pemerintahan Taliban pada akhir 2001.
“Kami siap untuk duduk berunding dalam sepekan sejak saat kami melihat tahanan kami bebas. Kami siap,” kata juru bicara Taliban Suhail Shaheen.
Belum jelas kapan pembebasan itu akan dilakukan. “Rencana awal ialah ke Doha pada Rabu dan perundingan akan dimulai pada Minggu,” papar sumber pemerintah sebelum dekrit itu ditandatangani.
Utusan Khusus AS Zalmay Khalilzad mencapai kesepakatan dengan Taliban pada Februari untuk penarikan pasukan AS. Dia menyambut perkembangan ini setelah beberapa bulan berupaya membawa Taliban ke meja perundingan dengan pemerintah.
“Dalam beberapa hari mendatang, kami perkirakan selesainya pembebasan tahanan, lalu perjalanan tim ke Doha dan dari sana segera dimulai negosiasi antar-Afghan,” ujar dia di Twitter. (Baca Juga: Rudal Taiwan Lacak dan Usir Jet-jet Tempur China)
Taliban telah menuntut pembebasan 400 tahanan terakhir dari total 5.000 tahanan sebagai syarat bergabung perundingan damai. (Baca Infografis: Prototipe Radar AESA Jet Tempur KF-X korsel resmi diluncurkan)
Namun pemerintah ragu karena para tahanan itu terlibat dalam beberapa kekerasan terburuk, termasuk bom truk 2017 dekat Kedutaan Besar Jerman di Kabul yang menewaskan lebih dari 150 orang. (Lihat Video: Seorang Nenek di Tangerang Gagalkan Aksi Penjambretan)
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
(sya)