Indonesia Berani Angkat Isu Rohingnya di Forum ASEAN

Sabtu, 17 Maret 2018 - 11:38 WIB
Indonesia Berani Angkat Isu Rohingnya di Forum ASEAN
Indonesia Berani Angkat Isu Rohingnya di Forum ASEAN
A A A
SYDNEY - Australia yang jadi tuan rumah forum ASEAN di Sydney menahan diri untuk tidak mengangkat isu krisis Rohingya yang terjadi di Myanmar. Namun, Indonesia justru berani mengangkat masalah itu dengan tujuan agar bisa diselesaikan.

Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa dia akan mengangkat krisis yang dialami etnis Rohingya—yang menurut pejabat PBB terindikasi masuk kategori genosida—dengan para pemimpin ASEAN. Forum ini akan berlangsung pekan ini.

Myanmar adalah anggota kelompok 10 negara ASEAN. Belum diketahui, siapa pemimpin negara itu yang akan datang dalam forum tersebut.

"Ya, kami ingin menyelesaikan masalah ini bersama, tentu saja dengan Myanmar dan juga dengan yang lain dan juga dengan rekan kami di ASEAN serta dengan Australia," kata Jokowi kepada Fairfax Media dalam sebuah wawancara menjelang KTT ASEAN-Australia.

"Ya, saya ingin berbicara dengan para pemimpin lainnya di Sydney," katanya lagi, yang dilansir Sabtu (17/3/2018).

Isu krisis Rohingya tidak disukai oleh pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi, dan para pemimpin ASEAN lain yang merasa tidak nyaman untuk membahas masalah HAM di forum karena khawatir masalah HAM di negara mereka juga diusik.

Sekitar 700.000 warga etnis Rohingya, yang sebagian besar beragama Islam, telah meninggalkan negara bagian Rakhine, Myanmar sejak Agustus dan September tahun lalu. Mereka eksodus untuk menghindari kekerasan sistematis oleh militer Myanmar yang melakukan tindakan keras sebagai respons atas serangan kelompok militan Rohingya yang menewaskan belasan polisi.

Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull menahan diri untuk tidak membahas krisis Rohingya ketika melakukan pembicaraan bilateral dengan Suu Kyi. Dia bahkan berhati-hati untuk tidak menggunakan istilah "Rohingya" dalam sambutannya pada hari Jumat.

Pemerintah Myanmar menolak istilah tersebut karena Rohingya tidak terdaftar sebagai satu dari 135 kelompok etnis yang diakui di negara tersebut. Mereka dianggap sebagai Bengali, yakni kelompok imigran ilegal asal Bangladesh.

Dalam sebuah wawancara dengan Fairfax Media, Turnbull mengatakan Australia telah memberikan bantuan sebesar 315 juta dollar Australia untuk mendukung para pengungsi yang telah melarikan diri ke Bangladesh dan membantu usaha Indonesia dalam perundingan rekonsiliasi di zona konflik.

Namun, dengan mengutamakan penghormatan terhadap sentralitas ASEAN dan penghormatan terhadap model konsensus ASEAN, Turnbull menolak untuk menempatkan subjek tema tersebut dalam agenda bersama kelompok ASEAN ketika bertemu di puncak forum pada hari Minggu (18/3/2018) besok.

Namun, Jokowi, bagaimanapun, tetap bersikap untuk mencoba mengatasi krisis Rohingya. "Saya telah berbicara dengan Turnbull tentang masalah ini. Ini rumit, tidak mudah, tapi kami ingin membicarakannya," katanya.

"Kami ingin membicarakan hal itu di Sydney, karena ketika saya berkunjung ke kamp pengungsi Cox's Bazar di Bangladesh, saya pergi untuk melihat situasinya dan saya juga berbicara dengan para pengungsi tersebut," ujar pemimpin Indonesia ini.

Pelapor khusus PBB untuk HAM di Myanmar, Yanghee Lee, awal pekan ini mengatakan bahwa dia semakin yakin bahwa kejadian yang terjadi di Myanmar dan Bangladesh merupakan genosida.

Direktur Amnesty International untuk Asia Tenggara dan Pasifik, James Gomez, pekan ini meminta para pemimpin ASEAN untuk bersikap menentang kekerasan dan pembersihan etnis Rohingya.

"Krisis HAM di negara bagian Rakhine, dan Myanmar secara keseluruhan, harus menjadi agenda utama akhir pekan ini di Sydney. ASEAN telah memalukan dengan bungkam mengenai apa yang terjadi di salah satu negara anggotanya selama ini," kata Gomez.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4981 seconds (0.1#10.140)