Bahrain Tangkap 116 Teroris Bentukan Iran
A
A
A
MANAMA - Sebanyak 116 anggota jaringan bersenjata yang didirikan dan didukung oleh Garda Revolusi Iran (IRGC) ditangkap otoritas keamanan Bahrain. Mereka diduga merencanakan serangan terhadap pejabat pemerintah Bahrain dan pasukan keamanan.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Dalam Negeri Bahrain mengatakan, penyidik menemukan lokasi yang digunakan oleh militan untuk memproduksi dan menyimpan bahan peledak. Nantinya bahan peledak itu akan digunakan untuk serangan teroris.
"Penyelidikan menyeluruh mengungkapkan tersangka teroris adalah anggota jaringan yang dibentuk dan didukung oleh Garda Revolusi Iran (IRGC)," bunyi pernyataan kementerian Bahrain.
"Jaringan tersebut berencana untuk menargetkan pejabat Bahrain, anggota otoritas keamanan dan instalasi minyak vital, dengan tujuan untuk mengganggu keamanan publik dan merugikan ekonomi nasional," sambung pernyataan itu seperti dikutip dari Reuters, Minggu (4/3/2018).
Pernyataan tersebut mengatakan bahwa 48 dari 116 orang yang ditangkap telah menerima pelatihan di fasilitas IRGC di Iran dan lokasi mereka yang berafiliasi di Irak dan Lebanon.
"Item yang ditemukan termasuk bahan peledak, senjata otomatis, pistol dan bom magnetik dan granat," demikian pernyataan tersebut.
Kementerian luar negeri Iran tidak bisa segera dihubungi untuk dimintai komentar. Namun Iran menolak tuduhan serupa di masa lalu.
Bahrain berhasil meredam aksi demonstrasi Arab Spring yang dipimpin oleh kelompok Syiah yang menuntut reformasi. Namun, kerajaan sekutu Barat ini menghadapi gelombang serangan bom oleh militan. Para militan ini dituding dilatih dan didukung oleh Iran. Teheran pun membantah tuduhan tersebut.
Kerajaan pulau ini berlokasi sangat strategis di Teluk karena berada di antara saingan berat regional Arab Saudi dan Iran. Bahrain juga merupakan rumah bagi Armada Kelima AS.
Bahrain telah meningkatkan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat sejak 2016, membubarkan partai oposisi utama, memenjarakan atau melucuti kewarganegaraan para pembangkang dan menempatkan pemimpin spiritual Syiah dalam tahanan rumah secara de facto.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Dalam Negeri Bahrain mengatakan, penyidik menemukan lokasi yang digunakan oleh militan untuk memproduksi dan menyimpan bahan peledak. Nantinya bahan peledak itu akan digunakan untuk serangan teroris.
"Penyelidikan menyeluruh mengungkapkan tersangka teroris adalah anggota jaringan yang dibentuk dan didukung oleh Garda Revolusi Iran (IRGC)," bunyi pernyataan kementerian Bahrain.
"Jaringan tersebut berencana untuk menargetkan pejabat Bahrain, anggota otoritas keamanan dan instalasi minyak vital, dengan tujuan untuk mengganggu keamanan publik dan merugikan ekonomi nasional," sambung pernyataan itu seperti dikutip dari Reuters, Minggu (4/3/2018).
Pernyataan tersebut mengatakan bahwa 48 dari 116 orang yang ditangkap telah menerima pelatihan di fasilitas IRGC di Iran dan lokasi mereka yang berafiliasi di Irak dan Lebanon.
"Item yang ditemukan termasuk bahan peledak, senjata otomatis, pistol dan bom magnetik dan granat," demikian pernyataan tersebut.
Kementerian luar negeri Iran tidak bisa segera dihubungi untuk dimintai komentar. Namun Iran menolak tuduhan serupa di masa lalu.
Bahrain berhasil meredam aksi demonstrasi Arab Spring yang dipimpin oleh kelompok Syiah yang menuntut reformasi. Namun, kerajaan sekutu Barat ini menghadapi gelombang serangan bom oleh militan. Para militan ini dituding dilatih dan didukung oleh Iran. Teheran pun membantah tuduhan tersebut.
Kerajaan pulau ini berlokasi sangat strategis di Teluk karena berada di antara saingan berat regional Arab Saudi dan Iran. Bahrain juga merupakan rumah bagi Armada Kelima AS.
Bahrain telah meningkatkan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat sejak 2016, membubarkan partai oposisi utama, memenjarakan atau melucuti kewarganegaraan para pembangkang dan menempatkan pemimpin spiritual Syiah dalam tahanan rumah secara de facto.
(ian)