AS dan Thailand Latihan Perang Terbesar, Militer Myanmar Diundang
A
A
A
BANGKOK - Kekuatan terbesar Amerika Serikat (AS) di Asia bergabung dalam latihan militer tahunan di Thailand pada hari Selasa (13/2/2018). Namun, latihan perang terbesar di kawasan tersebut memicu kontroversi karena junta Thailand mengundang militer Myanmar yang sedang jadi sorotan dunia karena dituduh membantai etnis Rohingya.
AS pernah mengurangi kehadiran pasukannya dalam Cobra Gold, latihan militer multilateral terbesar di Asia, setelah kudeta militer Thailand tahun 2014. Namun, hubungan antara junta Thailand dan AS telah membaik di era Presiden Donald Trump.
Kehadiran 6.800 personel AS—yang hampir dua kali lipat dari jumlah tahun lalu dalam latihan perang Cobra Gold—adalah demonstrasi “otot” yang berkelanjutan oleh Amerika di kawasan Asia, di mana militer China juga telah tumbuh semakin kuat.
Latihan perang tahunan Cobra Gold telah berlangsung selama lebih dari tiga dekade. Latihan perang tahun ini akan dihadiri oleh sekitar 11.075 personel militer dari 29 negara.
”Latihan ini merupakan latihan multilateral terbesar di wilayah Indo-Pasifik, yang berbicara dengan komitmen AS di wilayah ini,” kata Steve Castonguay, juru bicara Kedutaan Besar AS di Bangkok, kepada Reuters.
Castonguay mengonfirmasi kehadiran personel militer Myanmar dalam jumlah besar pada upacara pembukaan latihan perang Cobra Gold. Namun, dia memastikan bahwa Myanmar tidak akan berpartisipasi dalam latihan perang apa pun.
AS telah mendorong pemulihan demokrasi di Thailand, sekutu regional tertua Washington.
Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha telah menjanjikan pemilu akan digelar pada bulan November tahun ini, namun junta Thailand pada bulan lalu mengumumkan bahwa pelaksanaan pemilu dapat ditunda sampai Februari 2019.
AS pernah mengurangi kehadiran pasukannya dalam Cobra Gold, latihan militer multilateral terbesar di Asia, setelah kudeta militer Thailand tahun 2014. Namun, hubungan antara junta Thailand dan AS telah membaik di era Presiden Donald Trump.
Kehadiran 6.800 personel AS—yang hampir dua kali lipat dari jumlah tahun lalu dalam latihan perang Cobra Gold—adalah demonstrasi “otot” yang berkelanjutan oleh Amerika di kawasan Asia, di mana militer China juga telah tumbuh semakin kuat.
Latihan perang tahunan Cobra Gold telah berlangsung selama lebih dari tiga dekade. Latihan perang tahun ini akan dihadiri oleh sekitar 11.075 personel militer dari 29 negara.
”Latihan ini merupakan latihan multilateral terbesar di wilayah Indo-Pasifik, yang berbicara dengan komitmen AS di wilayah ini,” kata Steve Castonguay, juru bicara Kedutaan Besar AS di Bangkok, kepada Reuters.
Castonguay mengonfirmasi kehadiran personel militer Myanmar dalam jumlah besar pada upacara pembukaan latihan perang Cobra Gold. Namun, dia memastikan bahwa Myanmar tidak akan berpartisipasi dalam latihan perang apa pun.
AS telah mendorong pemulihan demokrasi di Thailand, sekutu regional tertua Washington.
Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha telah menjanjikan pemilu akan digelar pada bulan November tahun ini, namun junta Thailand pada bulan lalu mengumumkan bahwa pelaksanaan pemilu dapat ditunda sampai Februari 2019.
(mas)