Dukungan AS pada Israel dan Ukraina Picu Krisis Bubuk Mesiu
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Kelangkaan bubuk mesiu di Amerika Serikat (AS) adalah hasil dari dukungan negara tersebut terhadap konflik yang sedang berlangsung di Israel dan Ukraina.
Tak hanya itu, serta elit Amerika dinilai hidup di “negeri fantasi” dengan pendanaan tak terbatas. Pendapat tersebut diungkap Karen Kwiatkowski, purnawirawan Letkol Angkatan Udara AS yang juga mantan analis Departemen Pertahanan dan aktivis kepada Sputnik.
“Kapasitas produksi, yang tadinya terfokus pada produksi bubuk mesiu untuk senjata ringan, termasuk bubuk sipil dan berburu, kini diubah menjadi produksi bubuk mesiu untuk artileri,” ujar Kwiatkowski kepada Sputnik.
Dia mencatat sebagian besar produksi bubuk mesiu di AS telah dipindahkan ke luar negeri.
“Kesehatan dan Keselamatan Kerja (OSHA), dan Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) tampaknya menjadi alasan utama mengapa sebagian besar produksi mesiu AS ditutup, atau dipindahkan ke luar negeri,” tambah Kwiatkowski.
Produsen mesiu lainnya, seperti General Dynamics, serta subkontraktornya, adalah pihak yang paling diuntungkan dari kenaikan harga tersebut, bersama dengan pemerintah yang ingin membatasi kepemilikan senjata di kalangan warganya.
Dan karena bubuk mesiu dan pupuk menggunakan bahan prekursor yang sama, hal ini juga membatasi pasokan makanan.
“Anehnya, negara-negara yang menciptakan dan mendorong perang justru menimbulkan lebih banyak kerusakan terhadap lingkungan dan pasokan pangan, sambil memastikan peningkatan keuntungan bagi industri pertahanan mereka yang disubsidi secara besar-besaran,” ungkap Kwiatkowski.
Meskipun sebagian besar tokoh politik Amerika bersikeras bahwa dukungan AS terhadap Ukraina tidak akan berkurang, dan perang proksi NATO belum hilang, Kwiatkowski mencatat para pengusaha Amerika tidaklah begitu naif.
Tak hanya itu, serta elit Amerika dinilai hidup di “negeri fantasi” dengan pendanaan tak terbatas. Pendapat tersebut diungkap Karen Kwiatkowski, purnawirawan Letkol Angkatan Udara AS yang juga mantan analis Departemen Pertahanan dan aktivis kepada Sputnik.
“Kapasitas produksi, yang tadinya terfokus pada produksi bubuk mesiu untuk senjata ringan, termasuk bubuk sipil dan berburu, kini diubah menjadi produksi bubuk mesiu untuk artileri,” ujar Kwiatkowski kepada Sputnik.
Dia mencatat sebagian besar produksi bubuk mesiu di AS telah dipindahkan ke luar negeri.
“Kesehatan dan Keselamatan Kerja (OSHA), dan Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) tampaknya menjadi alasan utama mengapa sebagian besar produksi mesiu AS ditutup, atau dipindahkan ke luar negeri,” tambah Kwiatkowski.
Produsen mesiu lainnya, seperti General Dynamics, serta subkontraktornya, adalah pihak yang paling diuntungkan dari kenaikan harga tersebut, bersama dengan pemerintah yang ingin membatasi kepemilikan senjata di kalangan warganya.
Dan karena bubuk mesiu dan pupuk menggunakan bahan prekursor yang sama, hal ini juga membatasi pasokan makanan.
“Anehnya, negara-negara yang menciptakan dan mendorong perang justru menimbulkan lebih banyak kerusakan terhadap lingkungan dan pasokan pangan, sambil memastikan peningkatan keuntungan bagi industri pertahanan mereka yang disubsidi secara besar-besaran,” ungkap Kwiatkowski.
Meskipun sebagian besar tokoh politik Amerika bersikeras bahwa dukungan AS terhadap Ukraina tidak akan berkurang, dan perang proksi NATO belum hilang, Kwiatkowski mencatat para pengusaha Amerika tidaklah begitu naif.