Israel Makin Berambisi Ratakan Khan Younis setelah AS Veto Resolusi PBB
loading...
A
A
A
GAZA - Israel memerintahkan warga keluar dari pusat kota utama di selatan Gaza, Khan Younis, pada Sabtu (9/12/2023). Rezim kolonial itu juga meningkatkan serangan di daerah kantong tersebut.
Aksi brutal Israel makin menggila setelah Amerika Serikat (AS) menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan PBB untuk melindungi rezim Zionis dari tuntutan gencatan senjata.
Sejak jeda kemanusiaan pekan lalu, Israel telah memperluas serangan daratnya ke bagian selatan Jalur Gaza dengan melancarkan gempuran terhadap Khan Younis.
Pada saat yang sama, kedua belah pihak melaporkan adanya peningkatan pertempuran di wilayah utara.
Juru bicara Israel berbahasa Arab memasang peta di X yang menyoroti enam blok bernomor di Khan Younis yang penduduknya diperintahkan untuk dievakuasi "segera".
Ini termasuk bagian dari pusat kota yang belum pernah terkena perintah seperti itu sebelumnya. Tidak ada penjelasan yang diberikan terkait perintah paksa untuk mengungsi tersebut.
Israel mengeluarkan peringatan serupa pada awal pekan ini sebelum menyerbu bagian timur kota tersebut. Warga mengatakan mereka khawatir perintah evakuasi baru akan memicu serangan lebih brutal.
"Mungkin hanya masalah waktu sebelum mereka bertindak terhadap wilayah kami juga. Kami telah mendengar ledakan bom sepanjang malam," ujar Zainab Khalil (57) yang mengungsi bersama 30 kerabat dan teman-temannya di Khan Younis dekat jalan Jalal di mana tentara memaksa warga segera mengungsi atau tewas terkena rudal Israel.
“Kami tidak tidur di malam hari, kami tetap terjaga, kami mencoba menidurkan anak-anak dan kami tetap terjaga karena takut tempat itu akan dibom dan kami harus lari membawa anak-anak keluar. Pada siang hari dimulailah tragedi lain, dan itu adalah: bagaimana memberi makan anak-anak?” papar dia.
Mayoritas dari 2,3 juta penduduk Gaza telah terpaksa meninggalkan rumah mereka, banyak di antara mereka yang melarikan diri beberapa kali.
Ketika serangan brutal Israel terjadi di seluruh wilayah tersebut, penduduk dan badan-badan PBB mengatakan saat ini tidak ada tempat yang aman untuk dikunjungi.
Rezim kolonial Israel telah memblokir warga Gaza melarikan diri di sepanjang rute utama utara-selatan melalui jalur sempit tersebut, dan malah mengarahkan mereka ke pantai Mediterania.
Di Khan Younis, korban tewas dan terluka tiba sepanjang malam di rumah sakit Nasser yang kewalahan menampung pasien.
Seorang petugas medis keluar dari ambulans dengan membawa tubuh lemas seorang gadis kecil yang mengenakan pakaian olahraga berwarna merah muda.
Di dalam rumah sakit, anak-anak yang terluka meratap dan menggeliat di lantai keramik sementara perawat berlomba menghibur mereka. Di luar, mayat-mayat dibariskan dalam kain kafan putih.
Aksi brutal Israel makin menggila setelah Amerika Serikat (AS) menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan PBB untuk melindungi rezim Zionis dari tuntutan gencatan senjata.
Sejak jeda kemanusiaan pekan lalu, Israel telah memperluas serangan daratnya ke bagian selatan Jalur Gaza dengan melancarkan gempuran terhadap Khan Younis.
Pada saat yang sama, kedua belah pihak melaporkan adanya peningkatan pertempuran di wilayah utara.
Juru bicara Israel berbahasa Arab memasang peta di X yang menyoroti enam blok bernomor di Khan Younis yang penduduknya diperintahkan untuk dievakuasi "segera".
Ini termasuk bagian dari pusat kota yang belum pernah terkena perintah seperti itu sebelumnya. Tidak ada penjelasan yang diberikan terkait perintah paksa untuk mengungsi tersebut.
Israel mengeluarkan peringatan serupa pada awal pekan ini sebelum menyerbu bagian timur kota tersebut. Warga mengatakan mereka khawatir perintah evakuasi baru akan memicu serangan lebih brutal.
"Mungkin hanya masalah waktu sebelum mereka bertindak terhadap wilayah kami juga. Kami telah mendengar ledakan bom sepanjang malam," ujar Zainab Khalil (57) yang mengungsi bersama 30 kerabat dan teman-temannya di Khan Younis dekat jalan Jalal di mana tentara memaksa warga segera mengungsi atau tewas terkena rudal Israel.
“Kami tidak tidur di malam hari, kami tetap terjaga, kami mencoba menidurkan anak-anak dan kami tetap terjaga karena takut tempat itu akan dibom dan kami harus lari membawa anak-anak keluar. Pada siang hari dimulailah tragedi lain, dan itu adalah: bagaimana memberi makan anak-anak?” papar dia.
Mayoritas dari 2,3 juta penduduk Gaza telah terpaksa meninggalkan rumah mereka, banyak di antara mereka yang melarikan diri beberapa kali.
Ketika serangan brutal Israel terjadi di seluruh wilayah tersebut, penduduk dan badan-badan PBB mengatakan saat ini tidak ada tempat yang aman untuk dikunjungi.
Rezim kolonial Israel telah memblokir warga Gaza melarikan diri di sepanjang rute utama utara-selatan melalui jalur sempit tersebut, dan malah mengarahkan mereka ke pantai Mediterania.
Di Khan Younis, korban tewas dan terluka tiba sepanjang malam di rumah sakit Nasser yang kewalahan menampung pasien.
Seorang petugas medis keluar dari ambulans dengan membawa tubuh lemas seorang gadis kecil yang mengenakan pakaian olahraga berwarna merah muda.
Di dalam rumah sakit, anak-anak yang terluka meratap dan menggeliat di lantai keramik sementara perawat berlomba menghibur mereka. Di luar, mayat-mayat dibariskan dalam kain kafan putih.
(sya)