Profil Sheikh Sabri, Khatib Masjid al-Aqsa yang Rumahnya Diserbu Pasukan Israel
loading...
A
A
A
Profil Sheikh Sabri
Sheikh Ikrimah Sa'id Sabri lahir tahun 1939. Dia adalah Mufti Agung Yerusalem dan Palestina dari Oktober 1994 hingga Juli 2006. Dia menjabat posisi tersebut setelah diangkat oleh Yasser Arafat, pemimpin Palestina kala itu.
Namun Presiden Otoritas Palestina (PA) Mahmoud Abbas mencopot Sheikh Sabri sebagai Mufti Agung Yerusalem dan Palestina pada bulan Juli 2006.
Pencopotan itu diduga karena popularitasnya yang semakin meningkat dan ekspresi terbuka atas pandangan politik sepihak yang bermuatan rasial. Abbas telah menunjuk Muhammad Ahmad Hussein pada Juli 2006 sebagai penerus Sabri.
Kontroversi Sheikh Sabri
Dalam wawancara media tahun 1999 mengenai situasi politik di Kompleks Masjid al-Aqsa atau Temple Mount, Sabri menyatakan, "Jika orang Yahudi menginginkan perdamaian, mereka akan menjauh dari al- Aqsa. Ini adalah ketetapan Tuhan. Haram al-Sharif adalah milik umat Islam. Tapi ketahuilah bahwa orang Yahudi berencana menghancurkan Masjidil Haram. Orang Yahudi akan membuat orang Kristen melakukan pekerjaannya untuknya. Ini adalah cara orang Yahudi. Ini adalah cara Setan memanifestasikan dirinya. Mayoritas orang Yahudi ingin menghancurkan masjid. Mereka sedang mempersiapkan ini saat kita berbicara."
Dalam wawancara tahun 2000 dengan surat kabar Italia; la Repubblica, Sabri menanggapi pertanyaan tentang Holocaust dengan menyatakan, "Enam juta orang Yahudi mati? Tidak mungkin, jumlah mereka jauh lebih sedikit. Mari kita hentikan dongeng yang dieksploitasi oleh Israel untuk menangkap solidaritas internasional. Bukan salah saya jika Hitler membenci orang-orang Yahudi, bahkan mereka sedikit dibenci di mana-mana. Sebaliknya, penting untuk mengecam pendudukan tidak adil yang dialami oleh rakyat saya. Besok saya akan meminta Yohanes Paulus II untuk mendukung perjuangan kita."
Pada 20 Februari 2005, Sheikh Sabri muncul di stasiun televisi Arab Saudi; Al Majd, untuk mengomentari pembunuhan Rafic Hariri, mantan Perdana Menteri Lebanon.
"Siapa pun yang mempelajari Protokol Para Tetua Zion dan khususnya Talmud akan menemukan bahwa salah satu tujuan Protokol ini adalah untuk menimbulkan kebingungan di dunia dan melemahkan keamanan di seluruh dunia," kata Sabri kepada stasiun televisi tersebut.
(mas)