Rusia dan Iran Ejek Hadiah Tangkap Peratas Pengacau Pilpres AS
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengaku bertanggung jawab atas kampanye hadiah bagi mereka yang berhasil menangkap peretas yang ingin mengacaukan pemilu presiden pada November mendatang. Diketahui hal itu menjadi bahan ejekan di Rusia dan Iran .
Dalam sebuah email, juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan pesan teks yang mempromosikan hadiah jutaan dolar untuk informasi tentang ancaman dunia maya terhadap pemilu yang akan datang ditujukan untuk membangun kesadaran internasional. (Baca: Tangkap Peretas Pengacau Pilpres, AS Janjikan Hadiah Rp146 Miliar )
"Ini adalah kampanye di seluruh dunia dalam berbagai bahasa," bunyi email tersebut seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (8/8/2020).
Pernyataan itu muncul setelah sejumlah orang di Rusia dan Iran mulai menerima pesan teks dan memposting tangkapan layar ke media sosial.
Kampanye tersebut mungkin telah membantu pihak berwenang AS mengumumkan tentang hadiah mereka, tetapi Reuters berbicara kepada lima warga Iran menerima pesan itu dan menganggapnya sebagai hal yang membingungkan atau lucu.
Sadra Momeni, seorang pengembang yang bekerja di kota Qom di Iran, membandingkan teks tersebut dengan selebaran propaganda yang dibuang dari bagian belakang pesawat. Dia mengatakan awalnya dia mengira pesan itu adalah penipuan; hanya ketika dia membuka tautan itulah dia menyadari bahwa Amerika Serikat benar-benar meminta informasi tentang peretasan pemilu melalui pesan teks.
"Saya hanya tertawa," katanya.
Orang Rusia yang menerima pesan tersebut melaporkan reaksi serupa di media sosial. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova bercanda di Facebook bahwa situs web Departemen Luar Negeri AS akan kewalahan oleh kecaman.
Unsur-unsur pemerintah Amerika telah mengambil tindakan yang semakin agresif terhadap aktor yang didukung negara lain yang dicurigai mencoba mengganggu pemilihan umum AS. Menjelang pemilihan kongres paruh waktu 2018, misalnya, pasukan AS dilaporkan oleh The Washington Post telah melancarkan serangan siber terhadap propagandis digital Rusia dalam upaya untuk mencegah mereka ikut campur - sebuah operasi yang garis besarnya kemudian dikonfirmasi oleh Presiden Donald Trump. (Baca: Pakar: Korut Mungkin Lancarkan Serangan Cyber saat Pilpres AS )
Dalam sebuah email, juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan pesan teks yang mempromosikan hadiah jutaan dolar untuk informasi tentang ancaman dunia maya terhadap pemilu yang akan datang ditujukan untuk membangun kesadaran internasional. (Baca: Tangkap Peretas Pengacau Pilpres, AS Janjikan Hadiah Rp146 Miliar )
"Ini adalah kampanye di seluruh dunia dalam berbagai bahasa," bunyi email tersebut seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (8/8/2020).
Pernyataan itu muncul setelah sejumlah orang di Rusia dan Iran mulai menerima pesan teks dan memposting tangkapan layar ke media sosial.
Kampanye tersebut mungkin telah membantu pihak berwenang AS mengumumkan tentang hadiah mereka, tetapi Reuters berbicara kepada lima warga Iran menerima pesan itu dan menganggapnya sebagai hal yang membingungkan atau lucu.
Sadra Momeni, seorang pengembang yang bekerja di kota Qom di Iran, membandingkan teks tersebut dengan selebaran propaganda yang dibuang dari bagian belakang pesawat. Dia mengatakan awalnya dia mengira pesan itu adalah penipuan; hanya ketika dia membuka tautan itulah dia menyadari bahwa Amerika Serikat benar-benar meminta informasi tentang peretasan pemilu melalui pesan teks.
"Saya hanya tertawa," katanya.
Orang Rusia yang menerima pesan tersebut melaporkan reaksi serupa di media sosial. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova bercanda di Facebook bahwa situs web Departemen Luar Negeri AS akan kewalahan oleh kecaman.
Unsur-unsur pemerintah Amerika telah mengambil tindakan yang semakin agresif terhadap aktor yang didukung negara lain yang dicurigai mencoba mengganggu pemilihan umum AS. Menjelang pemilihan kongres paruh waktu 2018, misalnya, pasukan AS dilaporkan oleh The Washington Post telah melancarkan serangan siber terhadap propagandis digital Rusia dalam upaya untuk mencegah mereka ikut campur - sebuah operasi yang garis besarnya kemudian dikonfirmasi oleh Presiden Donald Trump. (Baca: Pakar: Korut Mungkin Lancarkan Serangan Cyber saat Pilpres AS )
(ber)