PM Irak Ancam AS Agar Tidak Melakukan Serangan ke Baghdad
loading...
A
A
A
BAGHDAD - Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani pada Sabtu (2/2/2023) memperingatkan Washington agar tidak melakukan “serangan” apa pun di wilayah Irak. Ancaman itu setelah dimulainya kembali pertempuran dalam perang Israel-Hamas yang memperbaharui kekhawatiran akan konflik yang lebih luas.
Al-Sudani menyampaikan komentarnya selama panggilan telepon yang dilakukan kepadanya oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken.
Pada tanggal 22 November, jet tempur AS menyerang dua sasaran di Irak, menewaskan sembilan pejuang pro-Iran sebagai pembalasan atas serangan berulang kali terhadap pasukan Amerika, kata sumber AS dan Irak.
Beberapa jam sebelumnya, sebuah pesawat perang menyerang kendaraan para pejuang yang didukung Iran setelah mereka menembakkan rudal balistik jarak pendek ke personel AS dan sekutu.
Serangan itu terjadi setelah pasukan AS yang dikerahkan di Irak dan Suriah diserang setidaknya 74 kali, menurut pejabat Pentagon, peningkatan ini terkait dengan perang antara Israel dan Hamas.
Selama panggilan teleponnya dengan Blinken, al-Sudani menolak “serangan apa pun di wilayah Irak,” kata pernyataan dari kantornya.
Melansir Al Arabiya, Al-Sudani juga mengatakan pemerintah Irak berkomitmen “untuk memastikan keselamatan penasihat koalisi internasional yang hadir di Irak.”
Serangan AS menargetkan posisi Hashed al-Shaabi (Mobilisasi Populer), sebuah koalisi mantan pasukan paramiliter yang diintegrasikan ke dalam militer reguler Irak.
Serangan Washington menewaskan sembilan pejuang, menurut jumlah korban yang dilaporkan oleh Brigade Hizbullah, sebuah faksi penting dalam Hashed al-Shaabi.
Sebagian besar serangan yang menargetkan pasukan Amerika di Irak diklaim dilakukan oleh “perlawanan Islam di Irak,” sebuah formasi kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan Hashed.
Pada tanggal 25 November, kepala Brigade Hizbullah mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kelompok tersebut akan “mengurangi intensitas operasi” terhadap pasukan Amerika di Timur Tengah “sampai berakhirnya gencatan senjata” antara Israel dan Hamas.
Pentagon mengatakan pada hari Selasa bahwa tidak ada serangan terhadap pasukan AS di Irak dan Suriah setelah gencatan senjata dimulai.
Pada Jumat jeda tersebut berakhir, dan pertempuran antara Hamas dan Israel kembali terjadi.
Washington juga menargetkan kelompok-kelompok yang didukung Iran di Suriah setelah serangan terhadap pasukannya di sana.
Ada sekitar 2.500 tentara AS di Irak dan sekitar 900 di Suriah sebagai bagian dari upaya mencegah kebangkitan ISIS.
Al-Sudani menyampaikan komentarnya selama panggilan telepon yang dilakukan kepadanya oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken.
Pada tanggal 22 November, jet tempur AS menyerang dua sasaran di Irak, menewaskan sembilan pejuang pro-Iran sebagai pembalasan atas serangan berulang kali terhadap pasukan Amerika, kata sumber AS dan Irak.
Beberapa jam sebelumnya, sebuah pesawat perang menyerang kendaraan para pejuang yang didukung Iran setelah mereka menembakkan rudal balistik jarak pendek ke personel AS dan sekutu.
Serangan itu terjadi setelah pasukan AS yang dikerahkan di Irak dan Suriah diserang setidaknya 74 kali, menurut pejabat Pentagon, peningkatan ini terkait dengan perang antara Israel dan Hamas.
Selama panggilan teleponnya dengan Blinken, al-Sudani menolak “serangan apa pun di wilayah Irak,” kata pernyataan dari kantornya.
Melansir Al Arabiya, Al-Sudani juga mengatakan pemerintah Irak berkomitmen “untuk memastikan keselamatan penasihat koalisi internasional yang hadir di Irak.”
Serangan AS menargetkan posisi Hashed al-Shaabi (Mobilisasi Populer), sebuah koalisi mantan pasukan paramiliter yang diintegrasikan ke dalam militer reguler Irak.
Serangan Washington menewaskan sembilan pejuang, menurut jumlah korban yang dilaporkan oleh Brigade Hizbullah, sebuah faksi penting dalam Hashed al-Shaabi.
Sebagian besar serangan yang menargetkan pasukan Amerika di Irak diklaim dilakukan oleh “perlawanan Islam di Irak,” sebuah formasi kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan Hashed.
Pada tanggal 25 November, kepala Brigade Hizbullah mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kelompok tersebut akan “mengurangi intensitas operasi” terhadap pasukan Amerika di Timur Tengah “sampai berakhirnya gencatan senjata” antara Israel dan Hamas.
Pentagon mengatakan pada hari Selasa bahwa tidak ada serangan terhadap pasukan AS di Irak dan Suriah setelah gencatan senjata dimulai.
Pada Jumat jeda tersebut berakhir, dan pertempuran antara Hamas dan Israel kembali terjadi.
Washington juga menargetkan kelompok-kelompok yang didukung Iran di Suriah setelah serangan terhadap pasukannya di sana.
Ada sekitar 2.500 tentara AS di Irak dan sekitar 900 di Suriah sebagai bagian dari upaya mencegah kebangkitan ISIS.
(ahm)