Erdogan Minta Mahkamah Internasional Tangkap dan Adili PM Netanyahu
loading...
A
A
A
GAZA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa ia mengharapkan Mahkamah Internasional (ICC) akan menjamin akuntabilitas bagi “penjagal Gaza”, khususnya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Itu menunjukkan Erdogan meminta ICC menangkap dan mengadili Netanyahu.
Berbicara kepada wartawan di pesawat kepresidenan saat kembali dari Dubai, tempat ia menghadiri KTT iklim COP28, Erdogan menekankan perlunya memberikan hukuman yang diperlukan bagi mereka yang tertangkap basah dalam insiden yang dilaporkan di Gaza.
Mereka akan mengikuti proses di Den Haag dengan cermat, kata Erdogan, seraya menyatakan harapan bahwa keputusan tersebut akan membawa rasa keadilan bagi mereka yang menunggu.
Mengutuk tindakan Israel di Gaza, ia berkata: "Ini adalah terorisme negara. Kita tidak bisa tinggal diam terhadap terorisme negara ini."
"Pembantaian yang dilakukan pemerintahan Netanyahu di Gaza tercatat dalam sejarah sebagai noda hitam,” kata Erdogan, dilansir Anadolu. Dia menambahkan bahwa negara-negara yang tanpa syarat mendukung hal ini juga “ternoda.”
Dunia tidak akan pernah melupakan ketidakpedulian yang ditunjukkan oleh negara-negara tersebut dan organisasi internasional, tambahnya.
“Pejabat Israel yang selama ini dikenal sebagai korban genosida kini berubah menjadi pembunuh nenek moyang mereka,” ujarnya.
Tentara Israel kembali mengebom Jalur Gaza pada Jumat pagi setelah menyatakan berakhirnya jeda kemanusiaan selama seminggu dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas.
Setidaknya 178 warga Palestina tewas dan 589 terluka pada hari Jumat akibat serangan udara Israel, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Jeda kemanusiaan dimulai pada 24 November sebagai bagian dari kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk menghentikan sementara pertempuran guna memungkinkan pertukaran sandera dan pengiriman bantuan.
Lebih dari 15.000 warga Palestina, sebagian besar anak-anak dan perempuan, telah tewas dalam serangan Israel sejak 7 Oktober menyusul serangan lintas batas oleh Hamas.
Sekitar 1.200 warga Israel juga telah terbunuh, menurut perkiraan resmi.
Berbicara kepada wartawan di pesawat kepresidenan saat kembali dari Dubai, tempat ia menghadiri KTT iklim COP28, Erdogan menekankan perlunya memberikan hukuman yang diperlukan bagi mereka yang tertangkap basah dalam insiden yang dilaporkan di Gaza.
Mereka akan mengikuti proses di Den Haag dengan cermat, kata Erdogan, seraya menyatakan harapan bahwa keputusan tersebut akan membawa rasa keadilan bagi mereka yang menunggu.
Mengutuk tindakan Israel di Gaza, ia berkata: "Ini adalah terorisme negara. Kita tidak bisa tinggal diam terhadap terorisme negara ini."
"Pembantaian yang dilakukan pemerintahan Netanyahu di Gaza tercatat dalam sejarah sebagai noda hitam,” kata Erdogan, dilansir Anadolu. Dia menambahkan bahwa negara-negara yang tanpa syarat mendukung hal ini juga “ternoda.”
Dunia tidak akan pernah melupakan ketidakpedulian yang ditunjukkan oleh negara-negara tersebut dan organisasi internasional, tambahnya.
“Pejabat Israel yang selama ini dikenal sebagai korban genosida kini berubah menjadi pembunuh nenek moyang mereka,” ujarnya.
Tentara Israel kembali mengebom Jalur Gaza pada Jumat pagi setelah menyatakan berakhirnya jeda kemanusiaan selama seminggu dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas.
Setidaknya 178 warga Palestina tewas dan 589 terluka pada hari Jumat akibat serangan udara Israel, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Jeda kemanusiaan dimulai pada 24 November sebagai bagian dari kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk menghentikan sementara pertempuran guna memungkinkan pertukaran sandera dan pengiriman bantuan.
Lebih dari 15.000 warga Palestina, sebagian besar anak-anak dan perempuan, telah tewas dalam serangan Israel sejak 7 Oktober menyusul serangan lintas batas oleh Hamas.
Sekitar 1.200 warga Israel juga telah terbunuh, menurut perkiraan resmi.
(ahm)