Tidak Gabung Militer, Putra Netanyahu Daftar ke Layanan Ini
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Putra Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan menjadi sukarelawan untuk layanan ambulans. Ia sempat dihujani kritik selama berminggu-minggu karena tidak bergabung dengan militer Israel dalam peperang di Jalur Gaza .
Yair Netanyahu mendaftar untuk layanan pengobatan darurat United Hatzalah, seperti dilaporkan media Israel The Jerusalem Post pada hari Selasa.
“Kami memiliki tautan bagi orang-orang untuk mendaftar menjadi sukarelawan… dan Yair mendaftar,” kata pendiri dan presiden organisasi tersebut, Eli Beer, kepada outlet berita Israel itu.
"Kami pikir itu adalah seseorang yang mengolok-olok kami. Namun ketika tim kembali menemukannya, itu adalah Yair, dan dia berkata bahwa dia akan dengan sukarela melakukan apa pun," imbuhnya seperti dikutip dari The New Arab, Kamis (30/11/2023).
Putra PM Israel itu menuai kritik karena tidak kembali ke Israel setelah pemerintahan ayahnya memulai perang di Jalur Gaza pada 7 Oktober.
Sekitar 15.000 orang di Gaza telah terbunuh sejak Israel mulai membombardir wilayah tersebut pada hari ketika kelompok Palestina Hamas melancarkan serangan besar-besaran terhadap Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang.
Warga Israel mempertanyakan mengapa pria berusia 32 tahun itu tidak termasuk di antara ratusan ribu warga Israel yang dipanggil untuk bertugas dalam perang atau bergabung dengan warga negara yang terbang ke Israel untuk mendaftar ke militer.
Yair telah berada di Amerika Serikat (AS) selama beberapa bulan dan dari sana ia melakukan penggalangan dana untuk badan amal yang bekerja dengan warga Israel yang terkena dampak serangan Hamas. Dia kembali ke Israel minggu lalu, menurut The Jerusalem Post.
Yair Netanyahu mendaftar untuk layanan pengobatan darurat United Hatzalah, seperti dilaporkan media Israel The Jerusalem Post pada hari Selasa.
“Kami memiliki tautan bagi orang-orang untuk mendaftar menjadi sukarelawan… dan Yair mendaftar,” kata pendiri dan presiden organisasi tersebut, Eli Beer, kepada outlet berita Israel itu.
"Kami pikir itu adalah seseorang yang mengolok-olok kami. Namun ketika tim kembali menemukannya, itu adalah Yair, dan dia berkata bahwa dia akan dengan sukarela melakukan apa pun," imbuhnya seperti dikutip dari The New Arab, Kamis (30/11/2023).
Putra PM Israel itu menuai kritik karena tidak kembali ke Israel setelah pemerintahan ayahnya memulai perang di Jalur Gaza pada 7 Oktober.
Sekitar 15.000 orang di Gaza telah terbunuh sejak Israel mulai membombardir wilayah tersebut pada hari ketika kelompok Palestina Hamas melancarkan serangan besar-besaran terhadap Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang.
Warga Israel mempertanyakan mengapa pria berusia 32 tahun itu tidak termasuk di antara ratusan ribu warga Israel yang dipanggil untuk bertugas dalam perang atau bergabung dengan warga negara yang terbang ke Israel untuk mendaftar ke militer.
Yair telah berada di Amerika Serikat (AS) selama beberapa bulan dan dari sana ia melakukan penggalangan dana untuk badan amal yang bekerja dengan warga Israel yang terkena dampak serangan Hamas. Dia kembali ke Israel minggu lalu, menurut The Jerusalem Post.