Somalia Akui Minta AS Lakukan Serangan Udara yang Tewaskan 100 Gerilyawan

Kamis, 23 November 2017 - 02:27 WIB
Somalia Akui Minta AS Lakukan Serangan Udara yang Tewaskan 100 Gerilyawan
Somalia Akui Minta AS Lakukan Serangan Udara yang Tewaskan 100 Gerilyawan
A A A
MOGADISHU - Pemerintah Somalia mengakui jika pihaknyalah yang meminta Amerika Serikat (AS) melakukan serangan yang menewaskan ratusan tersangka militan. Hal itu dilakukan untuk membuka jalan bagi serangan darat terhadap kelompok radikal al-Shabaab.

Komando Afrika AS di Afrika (Africom) mengatakan pada hari Selasa bahwa pihaknya telah membunuh lebih dari 100 gerilyawan yang terkait dengan Al Qaeda dalam serangan di sebuah 200 km barat laut Ibu Kota Mogadishu.

"Militan tersebut sedang mempersiapkan bahan peledak dan serangan. Operasi melawan al Shabaab telah ditingkatkan," ujar Menteri Informasi Somalia Abdirahman Omar Osman seperti disitir dari Reuters, Kamis (23/11/2017).

"Kami telah meminta AS untuk membantu kami dari udara agar serangan darat kami lebih berhasil," imbuhnya.

Sementara Juru bicara al-Shabaab, Abdiasis Abu Musab, membantah bahwa serangan udara telah terjadi. "Hanya propaganda saja," katanya kepada Reuters.

AS telah menggenjot operasi di Somalia tahun ini setelah Presiden Donald Trump mengendurkan peraturan pertempuran pada bulan Maret.

Africom melaporkan delapan serangan udara AS dari bulan Mei sampai Agustus, dibandingkan dengan 13 untuk keseluruhan tahun 2016. Termasuk serangan pada hari Selasa, telah dilaporkan lima serangan dalam bulan ini saja.

Pentagon mengatakan bahwa militer AS akan terus menargetkan militan dalam serangan berkoordinasi dengan pemerintah Somalia.

Al-Shabaab telah kehilangan kendali atas sebagian besar desa dan kota Somalia sejak pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika yang mendukung pasukan Somalia mendorong pemberontakan tersebut keluar dari ibukota Mogadishu pada tahun 2011. Namun, kelompok ini tetap memiliki kehadiran yang kuat di beberapa bagian di selatan dan tengah.

Presiden Somalia Mohamed Abdullahi Mohamed, seorang warga berkewarganegaraan ganda Somalia dan AS, telah mengambil garis keras daripada pendahulunya melawan pemberontakan sejak dia dilantik awal tahun ini.

Namun rencananya telah dirusak oleh keadaan buruk militer Somalia dan pertikaian politik.

Dia juga harus berusaha memperbaiki hubungan dengan klan Habar Gidir yang kuat, menyusul sebuah serangan yang melibatkan pasukan AS di kota Bariire pada bulan Agustus di mana 10 orang terbunuh termasuk tiga anak-anak.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4131 seconds (0.1#10.140)