5 Fakta Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh yang Selalu Jadi Target Pembunuhan Israel
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ismail Haniyeh merupakan Ketua Biro Politik Hamas. Sebagai pemimpin tertinggi dalam struktur faksi Hamas, Haniyeh selalu masuk daftar pembunuhan oleh intelijen dan militer Israel.
Keberadaannya tidak diketahui, meski ada laporan yang menyebut bahwa dia berpindah-pindah antara Turki dan Qatar.
Haniyeh menggantikan posisi Khaled Meshaal sejak 2017.
5 Fakta tentang Ismail Haniyeh
Haniyeh lahir pada 29 Januari 1962. Sejak kecil, dia tumbuh di kamp pengungsi Shati di Jalur Gaza.
Mengutip Economic Times, Kamis (23/11/2023), Haniyeh menjalani masa kecilnya dengan kesulitan di kamp pengungsi. Sebagaimana anak-anak lain, dia juga menghabiskan pendidikan dasarnya di sekolah yang dijalankan PBB.
Setelah beranjak dewasa, Haniyeh masuk Universitas Islam Gaza. Selama kuliah, dia cukup aktif dalam berbagai kegiatan, termasuk bergabung dengan asosiasi mahasiswa Islam yang terafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin.
Awal mula keterlibatan Haniyeh dengan Hamas terjadi selama intifada pertama. Setelah itu, dia sempat mendekam di penjara Israel sebelum akhirnya diasingkan ke Lebanon.
Saat kembali ke Palestina, Haniyeh mendapat sambutan hangat dari Hamas. Selama periode tertentu, dia bahkan sempat menjadi asisten pendiri Hamas; Sheikh Ahmed Yassin.
Pasca-kematian pemimpin Hamas sebelumnya, Haniyeh ditunjuk menjadi bagian kepemimpinan kolektif rahasia. Sebagai hasilnya, dia sukses membawa Hamas menang pada pemilihan legislatif tahun 2006 dan menjadi Perdana Menteri Otoritas Palestina.
Keberadaannya tidak diketahui, meski ada laporan yang menyebut bahwa dia berpindah-pindah antara Turki dan Qatar.
Haniyeh menggantikan posisi Khaled Meshaal sejak 2017.
5 Fakta tentang Ismail Haniyeh
1. Tumbuh di Kamp Pengungsi Jalur Gaza
Haniyeh lahir pada 29 Januari 1962. Sejak kecil, dia tumbuh di kamp pengungsi Shati di Jalur Gaza.
Mengutip Economic Times, Kamis (23/11/2023), Haniyeh menjalani masa kecilnya dengan kesulitan di kamp pengungsi. Sebagaimana anak-anak lain, dia juga menghabiskan pendidikan dasarnya di sekolah yang dijalankan PBB.
Setelah beranjak dewasa, Haniyeh masuk Universitas Islam Gaza. Selama kuliah, dia cukup aktif dalam berbagai kegiatan, termasuk bergabung dengan asosiasi mahasiswa Islam yang terafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin.
2. Bergabung dengan Hamas selama Intifada Pertama
Awal mula keterlibatan Haniyeh dengan Hamas terjadi selama intifada pertama. Setelah itu, dia sempat mendekam di penjara Israel sebelum akhirnya diasingkan ke Lebanon.
Saat kembali ke Palestina, Haniyeh mendapat sambutan hangat dari Hamas. Selama periode tertentu, dia bahkan sempat menjadi asisten pendiri Hamas; Sheikh Ahmed Yassin.
Pasca-kematian pemimpin Hamas sebelumnya, Haniyeh ditunjuk menjadi bagian kepemimpinan kolektif rahasia. Sebagai hasilnya, dia sukses membawa Hamas menang pada pemilihan legislatif tahun 2006 dan menjadi Perdana Menteri Otoritas Palestina.