Putin: Upaya Sepihak AS untuk Selesaikan Konflik Gaza Gagal
loading...
A
A
A
MOSKOW - Eskalasi antara Israel dan Hamas yang telah menyebabkan “kematian ribuan orang” terjadi sebagai akibat dari keinginan Amerika Serikat (AS) memutuskan sendiri nasib kebuntuan antara Israel dan Palestina.
Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan penilaian itu dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) darurat online BRICS pada Selasa (21/11/2023).
“AS telah mengesampingkan anggota lain dari Kuartet Timur Tengah, kelompok yang berupaya mengarahkan proses perdamaian Israel-Palestina yang juga mencakup Rusia, PBB, dan Uni Eropa,” ungkap pemimpin Rusia tersebut.
“Sebaliknya, Washington berusaha memonopoli peran mediator sambil menghalangi upaya aktor internasional lainnya,” ujar dia.
“Sejarah telah dengan jelas menunjukkan upaya untuk memutuskan hubungan Palestina sendirian tidak dapat dilakukan dan kontraproduktif,” tegas Putin.
“Keputusan PBB yang menginginkan pembentukan dua negara berdaulat yang independen, Israel dan Palestina, akhirnya disabotase,” ungkap presiden Rusia pada konferensi tersebut.
Dia menambahkan, “Hal ini telah menyebabkan situasi di mana generasi-generasi warga Palestina dibesarkan dalam suasana… ketidakadilan, sementara Israel tidak dapat sepenuhnya menjamin keamanan negara mereka.”
“Konflik yang terjadi saat ini di Gaza telah menyebabkan kematian ribuan orang, eksodus besar-besaran warga sipil dari wilayah tersebut, dan bencana kemanusiaan,” papar Putin, seraya menyebut perkembangan ini sebagai penyebab “keprihatinan yang paling mendalam.”
“Rusia mendesak komunitas internasional bersatu dalam upaya mencapai deeskalasi dan gencatan senjata di Gaza, serta solusi politik terhadap konflik Israel-Palestina,” papar Putin.
Dia menjelaskan, “Negara-negara BRICS dan aktor-aktor regional dapat mengambil peran utama dalam proses ini.”
Pejuang Hamas melancarkan serangan ke wilayah Israel hingga menewaskan 1.200 warga, dan lebih dari 200 orang disandera.
Rezim apartheid Israel menanggapinya dengan kampanye pengeboman besar-besaran yang diikuti dengan operasi darat, yang telah merenggut nyawa lebih dari 13.000 warga Palestina di Gaza, menurut pihak berwenang setempat.
Moskow menyerukan gencatan senjata segera, mengkritik tindakan Israel di Gaza dengan mengatakan rezim Zionis tidak memiliki mandat yang sah untuk melakukan operasi di daerah kantong tersebut, karena mereka merupakan “kekuatan pendudukan.”
Awal pekan ini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan kepada RT bahwa satu-satunya cara mengakhiri kekerasan adalah melalui kerangka solusi dua negara yang didukung PBB dan memerlukan upaya sungguh-sungguh dari semua pihak untuk menerapkannya.
Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan penilaian itu dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) darurat online BRICS pada Selasa (21/11/2023).
“AS telah mengesampingkan anggota lain dari Kuartet Timur Tengah, kelompok yang berupaya mengarahkan proses perdamaian Israel-Palestina yang juga mencakup Rusia, PBB, dan Uni Eropa,” ungkap pemimpin Rusia tersebut.
“Sebaliknya, Washington berusaha memonopoli peran mediator sambil menghalangi upaya aktor internasional lainnya,” ujar dia.
“Sejarah telah dengan jelas menunjukkan upaya untuk memutuskan hubungan Palestina sendirian tidak dapat dilakukan dan kontraproduktif,” tegas Putin.
“Keputusan PBB yang menginginkan pembentukan dua negara berdaulat yang independen, Israel dan Palestina, akhirnya disabotase,” ungkap presiden Rusia pada konferensi tersebut.
Dia menambahkan, “Hal ini telah menyebabkan situasi di mana generasi-generasi warga Palestina dibesarkan dalam suasana… ketidakadilan, sementara Israel tidak dapat sepenuhnya menjamin keamanan negara mereka.”
“Konflik yang terjadi saat ini di Gaza telah menyebabkan kematian ribuan orang, eksodus besar-besaran warga sipil dari wilayah tersebut, dan bencana kemanusiaan,” papar Putin, seraya menyebut perkembangan ini sebagai penyebab “keprihatinan yang paling mendalam.”
“Rusia mendesak komunitas internasional bersatu dalam upaya mencapai deeskalasi dan gencatan senjata di Gaza, serta solusi politik terhadap konflik Israel-Palestina,” papar Putin.
Dia menjelaskan, “Negara-negara BRICS dan aktor-aktor regional dapat mengambil peran utama dalam proses ini.”
Pejuang Hamas melancarkan serangan ke wilayah Israel hingga menewaskan 1.200 warga, dan lebih dari 200 orang disandera.
Rezim apartheid Israel menanggapinya dengan kampanye pengeboman besar-besaran yang diikuti dengan operasi darat, yang telah merenggut nyawa lebih dari 13.000 warga Palestina di Gaza, menurut pihak berwenang setempat.
Moskow menyerukan gencatan senjata segera, mengkritik tindakan Israel di Gaza dengan mengatakan rezim Zionis tidak memiliki mandat yang sah untuk melakukan operasi di daerah kantong tersebut, karena mereka merupakan “kekuatan pendudukan.”
Awal pekan ini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan kepada RT bahwa satu-satunya cara mengakhiri kekerasan adalah melalui kerangka solusi dua negara yang didukung PBB dan memerlukan upaya sungguh-sungguh dari semua pihak untuk menerapkannya.
(sya)