Bawa Pereda Rasa Sakit, Turis Inggris Terancam Hukuman Mati

Sabtu, 04 November 2017 - 16:13 WIB
Bawa Pereda Rasa Sakit, Turis Inggris Terancam Hukuman Mati
Bawa Pereda Rasa Sakit, Turis Inggris Terancam Hukuman Mati
A A A
LONDON - Seorang wanita asal Inggris telah ditahan oleh pihak otoritas Mesir karena membawa obat penghilang rasa sakit. Laura Plummer dari Hull ditangkap saat petugas menemukan tramadol dan Naproxen di kopernya.

Media Inggris mengabarkan bahwa ia menandatangani sebuah pernyataan 38 halaman dalam bahasa Arab yang menurutnya akan mmembuatnya meninggalkan bandara. Namun, alih-alih meninggalkan bandara, ia malah ditahan di sel dengan 25 wanita lainnya selama hampir satu bulan.

Adiknya, James Plummer mengatakan bahwa keluarga tersebut telah diberitahu bahwa sang adik dapat menghadapi hukuman 25 tahun penjara, dengan satu pengacara bahkan menyebutkan hukuman mati.

James mengatakan bahwa saudara perempuannya telah ditangkap karena pihak berwenang di Mesir berpendapat Laura terlibat perdagangan obat. Namun, wanita berusia 33 tahun itu mengatakan bahwa ia hanya membawa sedikit obat untuk suaminya di Mesir yang ia kunjungi dua sampai empat kali dalam setahun.

Menurut media Inggris, The Sun, Laura membawa 29 strip tramadol, masing-masing berisi sepuluh tablet, ditambah beberapa Naproxen. The Sun melaporkan bahwa suami Laura menderita sakit punggung akibat kecelakaan.

"Ini telah keluar dari proporsi sebenarnya," kata James seperti dikutip dari Independent, Sabtu (4/11/2017).

James mengatakan kakaknya mengira ia telah berbuat baik dengan membawa obat-obatan tersebut kepada suaminya. Ia juga mengatakan bahwa kakanya benar-benar akan bebas dari penjara.

"Dia begitu gemar membaca buku, itu jadi rutinitasnya, dia hanya menyukai kenyamanan rumahnya sendiri, menonton Emmerdale setiap malam atau hal-hal seperti itu, tidur pada pukul sembilan setiap malam," katanya.

James mengatakan bahwa ibu dan saudaranya telah melakukan perjalanan ke Mesir untuk mengunjungi Laura menyusul penangkapannya pada tanggal 9 Oktober lalu.

"Mereka mengatakan bahwa dia tidak dapat dikenali. Ketika mereka melihatnya, dia seperti zombie, kata mereka," ungkap James.

Dia bilang rambutnya mulai rontok karena stres dan dia menyuarakan kekhawatiran tentang bagaimana dia akan mengatasinya.

"Saya tidak berpikir dia cukup tangguh untuk bisa bertahan," katanya.

"Dia memiliki fobia menggunakan toilet orang lain, jadi biarkan saja berbagi toilet dan lantai dengan orang lain. Itu akan sangat buruk baginya, itu akan menimbulkan trauma," kata James menambahkan.

James mengatakan bahwa keluarga tersebut merasa tidak berdaya karena berada di negara yang berbeda. "Mengerikan bagi Laura, dia sama sekali bukan orang yang tangguh. Dia sangat kecil," imbuhnya.

Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri mengatakan: "Kami memberikan pembelaan terhadap seorang wanita Inggris dan keluarganya setelah dia ditahan di Mesir."
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3876 seconds (0.1#10.140)