Bak Penjara, Pasukan Israel Kepung 750 Keluarga di Hebron Lebih dari Sebulan
loading...
A
A
A
“Jam malam benar-benar mengganggu kehidupan di H2. Warga tidak bisa bekerja dan bersekolah atau mengunjungi keluarga, dan semua bisnis tutup. Mereka hidup dalam ketidakpastian, tanpa mengetahui kapan mereka akan kembali normal,” ungkap kelompok hak asasi manusia tersebut.
“Sementara itu, pemukim (Zionis) di Hebron menikmati kebebasan bergerak penuh, yang mereka gunakan untuk mengganggu warga dan merusak properti mereka,” papar lembaga itu.
Dalam kesaksiannya kepada B'Tselem, Arij al-Ja'bari, ibu berusia 41 tahun dari lima anak dari lingkungan a-Ras di Hebron, mengatakan mereka dibangunkan pada tanggal 7 Oktober oleh megafon tentara yang mengumumkan jam malam di kota itu.
“Sejak jam malam dimulai, sesekali tentara naik ke atap kami pada malam hari, berteriak dan membangunkan kami. Mereka mencoba membuka paksa pintu beberapa kali,” ujar dia.
Dia mengaku kehabisan air dua hari setelah jam malam dimulai, memaksa mereka meminjam air dari tetangga selama lebih dari 10 hari.
"Hidup kami menjadi tak tertahankan. Kondisi mental saya sangat buruk. Kami makan satu atau dua kali sehari dan sangat hemat air. Rumah kami telah menjadi penjara. Kami tidak diperbolehkan membuka jendela dan pintu, pergi keluar ke halaman atau naik ke atap,” papar dia.
“Saya juga merindukan orang tua saya. Mereka tinggal di dekat permukiman Giv'at Ha'avot dan juga tidak diperbolehkan masuk atau keluar. Kami berbicara melalui telepon, tetapi ini tidak sama,” pungkas dia.
“Sementara itu, pemukim (Zionis) di Hebron menikmati kebebasan bergerak penuh, yang mereka gunakan untuk mengganggu warga dan merusak properti mereka,” papar lembaga itu.
Dalam kesaksiannya kepada B'Tselem, Arij al-Ja'bari, ibu berusia 41 tahun dari lima anak dari lingkungan a-Ras di Hebron, mengatakan mereka dibangunkan pada tanggal 7 Oktober oleh megafon tentara yang mengumumkan jam malam di kota itu.
“Sejak jam malam dimulai, sesekali tentara naik ke atap kami pada malam hari, berteriak dan membangunkan kami. Mereka mencoba membuka paksa pintu beberapa kali,” ujar dia.
Dia mengaku kehabisan air dua hari setelah jam malam dimulai, memaksa mereka meminjam air dari tetangga selama lebih dari 10 hari.
"Hidup kami menjadi tak tertahankan. Kondisi mental saya sangat buruk. Kami makan satu atau dua kali sehari dan sangat hemat air. Rumah kami telah menjadi penjara. Kami tidak diperbolehkan membuka jendela dan pintu, pergi keluar ke halaman atau naik ke atap,” papar dia.
“Saya juga merindukan orang tua saya. Mereka tinggal di dekat permukiman Giv'at Ha'avot dan juga tidak diperbolehkan masuk atau keluar. Kami berbicara melalui telepon, tetapi ini tidak sama,” pungkas dia.
(sya)