Para Dokter Dipaksa Tinggalkan RS Al-Shifa ke Gaza Selatan, Tempuh Perjalanan Mengerikan
loading...
A
A
A
Banyak dari ambulans tersebut telah dibom dan ambulans tambahan tidak dapat mencapai rumah sakit.
“Sebagian besar kasus yang saya operasi adalah anak-anak, yang kini tidak memiliki staf medis yang memadai, tidak ada peralatan medis, tidak ada listrik, dan tidak ada bahan bakar. Mereka benar-benar dibiarkan mati,” ujar Khalil.
Para pejabat kesehatan Palestina mengatakan ada tujuh pasien yang menggunakan alat bantu hidup telah meninggal sejak pengepungan di Al-Shifa dimulai pada Jumat, termasuk dua bayi.
Kematian mereka disebabkan tidak berfungsinya ventilator dan inkubator bayi karena kekurangan listrik akibat blokade Israel.
Pada Minggu pagi, direktur jenderal Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, Dr Munir al-Borsh, mengatakan kepada wartawan bahwa sekitar 40 pengungsi di rumah sakit berusaha keluar melalui gerbang utama tetapi ditembaki tank Israel yang ditempatkan di jalan yang berdekatan.
Mayat mereka tetap berserakan di jalan, karena ambulans dan staf, yang berjarak kurang dari 100 meter, tidak dapat menjangkau mereka karena pasukan Israel menembaki siapa pun yang bergerak.
Borsh mengatakan pasukan Israel juga mengebom sumur air di kompleks medis semalaman. Hanya satu sumur yang beroperasi pada Minggu, menyediakan setara dengan 12 gelas air per jam untuk 15.000 orang yang terjebak di dalamnya.
“Unit perawatan intensif kembali diserang setelah diserang 24 jam sebelumnya,” papar dia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Minggu pagi bahwa mereka telah kehilangan komunikasi dengan kontaknya di Rumah Sakit al-Shifa.
“WHO sangat prihatin terhadap keselamatan para petugas kesehatan, ratusan pasien yang sakit dan terluka, termasuk bayi yang membutuhkan alat bantu hidup, dan para pengungsi yang masih berada di rumah sakit,” papar organisasi tersebut.
“Sebagian besar kasus yang saya operasi adalah anak-anak, yang kini tidak memiliki staf medis yang memadai, tidak ada peralatan medis, tidak ada listrik, dan tidak ada bahan bakar. Mereka benar-benar dibiarkan mati,” ujar Khalil.
Para pejabat kesehatan Palestina mengatakan ada tujuh pasien yang menggunakan alat bantu hidup telah meninggal sejak pengepungan di Al-Shifa dimulai pada Jumat, termasuk dua bayi.
Kematian mereka disebabkan tidak berfungsinya ventilator dan inkubator bayi karena kekurangan listrik akibat blokade Israel.
Pada Minggu pagi, direktur jenderal Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, Dr Munir al-Borsh, mengatakan kepada wartawan bahwa sekitar 40 pengungsi di rumah sakit berusaha keluar melalui gerbang utama tetapi ditembaki tank Israel yang ditempatkan di jalan yang berdekatan.
Mayat mereka tetap berserakan di jalan, karena ambulans dan staf, yang berjarak kurang dari 100 meter, tidak dapat menjangkau mereka karena pasukan Israel menembaki siapa pun yang bergerak.
Borsh mengatakan pasukan Israel juga mengebom sumur air di kompleks medis semalaman. Hanya satu sumur yang beroperasi pada Minggu, menyediakan setara dengan 12 gelas air per jam untuk 15.000 orang yang terjebak di dalamnya.
“Unit perawatan intensif kembali diserang setelah diserang 24 jam sebelumnya,” papar dia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Minggu pagi bahwa mereka telah kehilangan komunikasi dengan kontaknya di Rumah Sakit al-Shifa.
“WHO sangat prihatin terhadap keselamatan para petugas kesehatan, ratusan pasien yang sakit dan terluka, termasuk bayi yang membutuhkan alat bantu hidup, dan para pengungsi yang masih berada di rumah sakit,” papar organisasi tersebut.