Rudal Korut Bikin Cemas Nelayan Jepang

Kamis, 19 Oktober 2017 - 15:29 WIB
Rudal Korut Bikin Cemas Nelayan Jepang
Rudal Korut Bikin Cemas Nelayan Jepang
A A A
ERIMO - Nelayan Jepang yang tinggal di wilayah Erimo dilanda kecemasan. Hal itu dipicu oleh aksi Korea Utara (Korut) meluncurkan dua rudal jauh di atas kota nelayan di pulau Hokkaido itu.

"Sekarang ketika saya mendengar suara keras, saya melihat ke luar, saya melihat ke laut. Saya merasa cemas, seperti saya tidak pernah tahu kapan akan datang lagi," ujar Mitsuyo Kawamura (68) seperti dikutip dari Reuters, Kamis (19/10/2017).

Ketika Jepang bersiap untuk memberikan suara dalam pemilihan nasional pada hari Minggu mendatang, Perdana Menteri Shinzo Abe menyatakan ancaman dari Korut telah meningkat. Pernyataan ini memicu sebuah "krisis nasional" yang hanya dengan kepemimpinannya Jepang dapat melewatinya.

Namun rudal yang terbang di atas Erimo pada 29 Agustus dan 15 September lalu menciptakan ancaman menakutkan: Tidak ada yang melihat atau mendengarnya. Mereka melesat beberapa ratus kilometer di atas daratan, terlalu tinggi untuk dilihat dengan mata telanjang, sebelum jatuh ke Pasifik lebih dari 1.000 kilometer ke timur.

Peringatan rudal menyebar melalui sirene dan dikeluarkan pemerintah "J-alert" pada jutaan ponsel di seluruh Jepang, menyentakkan beberapa orang dari tidur.

Kawamura sejak itu telah menimbun makanan tambahan dan terus menyalakan radio untuk mendengarkan lebih banyak peringatan. Seperti banyak penduduk di sini - dan di seluruh Jepang - dia merasa tidak berdaya, tidak yakin bagaimana melindungi dirinya sendiri.

"Ketika diluncurkan, itu bisa mendarat di sini beberapa saat kemudian. Tidak ada tempat untuk bersembunyi," katanya cemas.

Untuk melindungi dirinya sendiri, Jepang telah memasang 34 peluncur rudal Patriot PAC-3 di seluruh negeri, termasuk satu di Hokkaido, dan sistem pertahanan Aegis di beberapa kapal perusak. Pasukan AS di Jepang juga memiliki peralatan pertahanan rudal balistik yang bisa - jika semuanya berjalan dengan baik - menghancurkan rudal di tengah penerbangan.

Meski begitu, pejabat kota Erimo mengatakan bahwa mereka belum mengambil langkah-langkah pencegahan tertentu setelah peluncuran rudal baru-baru ini. Mereka juga tidak merencanakan latihan "duck and cover" seperti yang diadakan di tempat lain.

Kota ini memiliki speaker keras di 50 tiang tinggi untuk menyiarkan peringatan tsunami, topan - dan sekarang rudal. Dalam beberapa bulan terakhir, mereka telah memasang unit nirkabel di 1.500 dari 2.200 rumah sehingga orang dapat mendengarnya saat berada di dalam rumah.

"Erimo juga memiliki persediaan makanan, air dan persediaan darurat lainnya," kata Walikota Masaki Ohnishi. Itu sangat penting bagi Erimo karena ini terkait dengan wilayah Hokkaido yang hanya memiliki satu jalan mencapai pantai, yang akan ditutup beberapa kali dalam setahun karena hujan lebat atau ombak besar.

Nelayan lokal merasa cemas dengan peringatan Korut agar melakukan uji coba bom hidrogen di Pasifik. Mereka khawatir hal itu akan mencemari air seperti bencana nuklir Fukushima pada tahun 2011 lalu.

"Radiasi akan membuat semua ikan tidak bisa dimakan. Seperti di Fukushima, kita tidak bisa melakukan pekerjaan kita," Satoru Narita, seorang nelayan berusia 72 tahun.

Industri perikanan yang semakin berkurang di kota ini telah terpukul oleh penurunan tangkapan ikan salmon dan juga langkanya anak muda untuk mengambil alih perdagangan.

Penduduk setempat mengatakan ketika anak muda pindah ke kota-kota seperti Sapporo, ibu kota Hokkaido, terkadang orang tua mereka mengikutinya. Populasi Erimo, yang mencapai puncak di atas 9.000 di tahun 1960an, telah turun hampir setengah tingkat.

"Kami adalah kota nelayan. Jadi kalau kita tidak bisa menangkap ikan lagi, kita sudah selesai," kata seorang penduduk, Yoshihiro Naito.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3195 seconds (0.1#10.140)