Iran Berusaha Beli Teknologi Nuklir Militer Sebanyak 32 Kali

Selasa, 10 Oktober 2017 - 11:32 WIB
Iran Berusaha Beli Teknologi Nuklir Militer Sebanyak 32 Kali
Iran Berusaha Beli Teknologi Nuklir Militer Sebanyak 32 Kali
A A A
WASHINGTON - Tiga laporan badan intelijen Jerman mengungkap bahwa Iran berusaha membeli teknologi nuklir dan balistik militer secara ilegal sebanyak tiga kali. Laporan intelijen ini berpotensi “memvonis” Teheran melanggar kesepakatan nuklir tahun 2015.

Tiga laporan mata-mata Jerman itu diperoleh Fox News dan dilansir Selasa (10/10/2017). Laporan secara rinci dibuat mulai September hingga Oktober.

Menurut dokumen yang sensitif tersebut, 32 usaha Teheran salah satunya dilakukan di negara bagian North Rhine-Westphalia, Jerman. Laporan tersebut mencantumkan Iran sebagai negara yang terlibat dalam proliferasi, yang didefinisikan sebagai ”penyebar senjata atom, biologi atau kimia pemusnah massal”.

Badan intelijen di North Rhine-Westphalia menuduh Iran menggunakan perusahaan di Uni Emirat Arab, Turki dan China untuk menghindari pembatasan internasional terhadap program nuklir dan misilnya.

Kesepakatan nuklir antara Iran dan enam kekuatan dunia (Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Jerman, Prancis dan China) terjadi tahun 2015. Perjanjian itu secara resmi diimplementasikan per 16 Januari 2016. Dalam perjanjian itu, Iran bersedia mengekang program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi atau embargo yang puluhan tahun menyengsarakan Teheran.

Mayoritas upaya ilegal Iran itu terjadi tahun 2016 di North Rhine-Westphalia. Pada tahun sebelumnya, badan intelijen di Jerman tersebut mencatat 141 upaya Iran untuk mengamankan barang-barang terlarang guna tujuan proliferasi.

Laporan kedua dari badan intelijen negara bagian Hesse, Jerman. Disebutkan bahwa Iran, Pakistan, Korea Utara dan Sudan menggunakan ”tamu akademisi” untuk kegiatan ilegal yang berkaitan dengan program senjata nuklir dan lainnya. ”Contoh untuk jenis aktivitas ini terjadi di sektor teknologi elektronik sehubungan dengan penerapan pengayaan uranium,” bunyi dokumen tersebut.

Pejabat intelijen juga mengutip contoh dinas intelijen asing yang menggunakan ”pertukaran penelitian di universitas-universitas di bidang prosedur biologis dan kimia”. Ketika ditanya apakah Iran terlibat dalam kasus akademis dan penelitian, pihak badan intelijen Hesse menolak berkomentar.

Pada bulan April, Senator Florida Marco Rubio mengatakan kepada Fox News bahwa dia sangat prihatin tentang peran Iran dalam membantu Suriah mengembangkan program senjata kimia. Rubio, yang seorang Republikan, mengatakan bahwa dia terganggu oleh laporan bahwa baik Iran maupun Rusia terlibat dalam program senjata kimia Presiden Suriah Bashar al-Assad.

”Kongres dan Gedung Putih harus bekerja sama untuk menahan rezim Assad bertanggung jawab atas kejahatan perangnya dan menjatuhkan sanksi keras terhadap para pengikutnya,” kata Rubio kepada Fox News.

Laporan intelijen ketiga berasal dari negara bagian Sachsen-Anhalt. Disebutkan bahwa Iran bekerja ”tanpa henti” dalam program rudalnya.

”Dengan rudal balistik dan roket jarak jauh, Iran akan berada dalam posisi untuk tidak hanya bisa mengancam Eropa,” bunyi laporan intelijen tersebut.

Pemerintah Jerman secara resmi belum mengomentari bocoran laporan intelijen dari tiga negara bagiannya. Pemerintah Iran yang berkali-kali menegaskan tidak mengembangkan senjata nuklir juga belum mengomentari laporan ini.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5172 seconds (0.1#10.140)