Penyidik PBB Temukan Gas Sarin dalam Serangan ke Basis Oposisi Suriah

Kamis, 05 Oktober 2017 - 09:28 WIB
Penyidik PBB Temukan Gas Sarin dalam Serangan ke Basis Oposisi Suriah
Penyidik PBB Temukan Gas Sarin dalam Serangan ke Basis Oposisi Suriah
A A A
AMSTERDAM - Sebuah penyelidikan oleh badan pengawas senjata kimia global menemukan gas sarin digunakan dalam serangan di sebuah kota yang dikuasai oposisi Suriah pada Maret lalu. Serangan ini dilakukan beberapa sebelum serangan gas saraf yang dilarang membunuh puluhan orang dalam sebuah serangan terpisah di dekatnya.

Serangan udara pada tanggal 30 Maret di kota Latamneh, Suriah utara, melukai sekitar 70 orang dengan menderita mual, mulut berbusa dan kejang otot.

"Hasil analisis sampel menunjukkan kehadiran gas sarin dengan jelas," ujar seorang sumber mengenai temuan Organisasi Anti Senjata Kimia (OPCW) seperti dinukil dari Reuters, Kamis (5/10/2017).

Laporan oleh misi pencari fakta perang Suriah OPCW sendiri dijadlkan selesai dalam beberapa minggu.

Misi Pencari Fakta melaporkan pada bulan Juni bahwa gas sarin digunakan dalam serangan 4 April di kota Khan Sheikhoun yang menewaskan puluhan orang. Serangan ini mendorong Amerika Serikat (AS) untuk meluncurkan rudal terhadap sebuah pangkalan udara Suriah.

Suriah setuju untuk menghancurkan senjata kimia pada tahun 2013 di bawah kesepakatan yang ditengahi oleh Rusia dan AS. Pemerintah Suriah telah berulang kali membantah menggunakan senjata kimia selama perang saudara di negara tersebut yang telah berlangsung selama enam tahun.

Misi PencariFakta OPCW hanya bertanggung jawab untuk menentukan apakah senjata kimia digunakan dalam serangan di Suriah. Investigasi gabungan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan OPCW, yang ditetapkan oleh Dewan Keamanan PBB pada tahun 2015, menentukan siapa yang harus disalahkan.

Tim ini - yang dikenal sebagai Joint Investigative Mechanism (JIM) - telah menemukan bahwa pasukan pemerintah Suriah bertanggung jawab atas tiga serangan gas klorin pada tahun 2014 dan 2015. Mereka juga menyebut militan Islam menggunakan gas mustard.

Tim ini karena melapor ke Dewan Keamanan pada bulan ini tentang siapa yang harus disalahkan atas serangan Khan Sheikhoun 4 April lalu.

Dewan Keamanan beranggota 15 negara tersebut akan memperpanjang mandat JIM pada pertengahan November. Namun, Rusia secara terbuka mempertanyakan hasil penyelidikan tersebut dan beberapa diplomat mengatakan tidak yakin apakah Moskow akan mendukung perluasan mandat tersebut.

"Orang-orang Rusia tidak menyukai apa yang telah dilakukan JIM sejauh ini, jadi mereka bergumam untuk tidak membiarkan sebuah perpanjangan," kata seorang diplomat dewan, yang tidak bersedia disebut namanya.

Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, menolak untuk mengomentari masa depan penyelidikan tersebut.

"Memperbaharui Joint Investigative Mechanism PBB sekarang harus menjadi prioritas utama Dewan Keamanan," kata Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, dalam sebuah pernyataan.

"Kami berutang kepada orang-orang yang tidak bersalah - termasuk anak-anak - yang telah menderita dan meninggal di tangan rezim Suriah untuk terus mendorong pertanggungjawaban penuh atas kejahatan mengerikan ini," katanya.

Penyidik kejahatan perang PBB mengatakan dalam sebuah laporan bulan lalu bahwa pasukan Suriah telah menggunakan senjata kimia lebih dari 24 kali, termasuk dalam serangan sarin di kota Khan Sheikhoun pada bulan April yang menewaskan lebih dari 80 orang.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3266 seconds (0.1#10.140)