Netanyahu: Israel Pertimbangkan Jeda Kecil Pertempuran, Bukan Gencatan Senjata
loading...
![Netanyahu: Israel Pertimbangkan...](https://pict.sindonews.net/webp/732/pena/news/2023/11/07/43/1245177/netanyahu-israel-pertimbangkan-jeda-kecil-pertempuran-bukan-gencatan-senjata-nbf.webp)
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mempertimbangkan jeda kecil pertempuran dengan Hamas di Gaza, namun tetap menolak gencatan senjata. Foto/REUTERS
A
A
A
TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengatakan Israel akan mempertimbangkan “jeda kecil taktis” dalam pertempuran melawan Hamas di Gaza, Palestina.
Menurutnya, "jeda kecil" yang dimaksud untuk memfasilitasi masuknya bantuan atau keluarnya sandera.
Namun, Netanyahu sekali lagi menolak seruan gencatan senjata meskipun ada tekanan internasional yang meningkat.
Berbicara dalam sebuah wawancara stasiun televisi Amerika Serikat, Netanyahu, yang negaranya telah bersumpah untuk menghancurkan penguasa Hamas di Gaza, mengatakan Israel memerlukan tanggung jawab keamanan atas wilayah kantong Palestina untuk jangka waktu yang tidak terbatas setelah perang.
Ketika ditanya tentang potensi jeda kemanusiaan dalam pertempuran, sebuah gagasan yang didukung oleh sekutu utama Israel, Amerika Serikat, Netanyahu mengatakan gencatan senjata secara umum akan menghambat upaya perang negaranya.
“Sejauh jeda taktis—satu jam di sini, satu jam di sana—kita pernah mengalaminya sebelumnya. Saya kira kami akan memeriksa keadaan agar barang-barang kemanusiaan dapat masuk, atau sandera kami, sandera individu, dapat pergi,” kata Netanyahu kepada ABC News, yang dilansir Selasa (7/11/2023).
“Tetapi menurut saya tidak akan ada gencatan senjata secara umum," katanya lagi.
Israel mengatakan sandera yang ditawan Hamas saat kelompok itu menyerang Israel selatan pada 7 Oktober harus dibebaskan terlebih dahulu.
Sebaliknya, Hamas mengatakan mereka tidak akan membebaskan para sandera atau menghentikan pertempuran ketika Gaza sedang diserang.
Sejak serangan 7 Oktober, di mana Hamas menewaskan lebih dari 1.400 orang di Israel dan menyandera lebih dari 240 orang, Israel telah menyerang Gaza dari udara, memberlakukan pengepungan dan melancarkan serangan darat, yang memicu kekhawatiran global terhadap kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut.
Menurutnya, "jeda kecil" yang dimaksud untuk memfasilitasi masuknya bantuan atau keluarnya sandera.
Namun, Netanyahu sekali lagi menolak seruan gencatan senjata meskipun ada tekanan internasional yang meningkat.
Berbicara dalam sebuah wawancara stasiun televisi Amerika Serikat, Netanyahu, yang negaranya telah bersumpah untuk menghancurkan penguasa Hamas di Gaza, mengatakan Israel memerlukan tanggung jawab keamanan atas wilayah kantong Palestina untuk jangka waktu yang tidak terbatas setelah perang.
Ketika ditanya tentang potensi jeda kemanusiaan dalam pertempuran, sebuah gagasan yang didukung oleh sekutu utama Israel, Amerika Serikat, Netanyahu mengatakan gencatan senjata secara umum akan menghambat upaya perang negaranya.
“Sejauh jeda taktis—satu jam di sini, satu jam di sana—kita pernah mengalaminya sebelumnya. Saya kira kami akan memeriksa keadaan agar barang-barang kemanusiaan dapat masuk, atau sandera kami, sandera individu, dapat pergi,” kata Netanyahu kepada ABC News, yang dilansir Selasa (7/11/2023).
“Tetapi menurut saya tidak akan ada gencatan senjata secara umum," katanya lagi.
Israel mengatakan sandera yang ditawan Hamas saat kelompok itu menyerang Israel selatan pada 7 Oktober harus dibebaskan terlebih dahulu.
Sebaliknya, Hamas mengatakan mereka tidak akan membebaskan para sandera atau menghentikan pertempuran ketika Gaza sedang diserang.
Sejak serangan 7 Oktober, di mana Hamas menewaskan lebih dari 1.400 orang di Israel dan menyandera lebih dari 240 orang, Israel telah menyerang Gaza dari udara, memberlakukan pengepungan dan melancarkan serangan darat, yang memicu kekhawatiran global terhadap kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut.