Hamas: Perang Ini Pertarungan antara Kemanusiaan dan Neo-Nazi
loading...
A
A
A
GAZA - Kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, mengatakan perang yang dilancarkan Israel melawan Palestina di Jalur Gaza adalah “pertempuran yang menentukan” antara dua poros; orang-orang yang mencintai kebebasan dan keadilan, dan mereka yang menyukai rasisme dan fasisme.
“Ini adalah pertempuran yang menentukan antara mereka yang percaya pada toleransi, perdamaian dan hidup berdampingan secara budaya dengan neo-Nazi yang didukung kekuatan kolonial yang menginjak-injak semua nilai demi kepentingan mereka sendiri,” ujar mantan perdana menteri Palestina tersebut.
“Pada hari ke-26 perjuangan heroik ini, ketika rakyat kami berdiri teguh dalam menghadapi perang pemusnahan yang dilancarkan neo-Nazi, kami menegaskan bahwa kami mengagumi ketabahan yang legendaris meskipun banyak sekali yang menjadi martir dan terluka,” papar dia.
Haniyeh mencontohkan “pembantaian brutal” di kamp pengungsi Jabaliya, Nuseirat, Al-Shati dan Al-Fallujah. “Atau lebih tepatnya, pembantaian di seluruh Jalur Gaza yang tercinta,” tegas dia.
Dia menjelaskan sebelum perang, Hamas telah memperingatkan semua pihak bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pemerintahan “fasis”-nya akan terus menyerang Masjid Al-Aqsa dan tempat-tempat suci Islam dan Kristen; membangun pemukiman ilegal; dan membiarkan para pemukim membuat kekacauan, perusakan, dan pembunuhan di wilayah tersebut.
“Ledakan akan datang, hal itu tidak dapat dihindari. Kita harus berupaya mengekang penjahat ini (Netanyahu) dan kelompoknya. Sayangnya, tidak ada yang mendengarkan seruan kami, dan sekutu (Netanyahu) terus mendukung dan mendorong kebijakan rasisnya,” tegas dia.
Pejabat Hamas mengulangi peringatannya bahwa Netanyahu siap membakar seluruh wilayah dan sekitarnya untuk menyelamatkan dirinya sendiri dan para ekstremis di sekitarnya.
Hamas, menurut dia, telah mengatakan kepada mediator tentang perlunya mengakhiri “pembantaian dan genosida”.
Gerakan Hamas telah memberikan mereka visi komprehensif yang dimulai dengan menghentikan agresi kriminal dan membuka penyeberangan; membuat kesepakatan pertukaran tahanan; dan membuka jalur politik menuju pembentukan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya dan hak untuk menentukan nasib sendiri.
“Namun, Netanyahu menunda-nunda dan menipu para pendengarnya dengan janji-janji palsu yang kami tidak akan izinkan dia penuhi,” pungkas dia.
Lihat Juga: Mesir Sebut Arogansi Militer Zionis Tidak Akan Mewujudkan Stabilitas Keamanan bagi Israel
“Ini adalah pertempuran yang menentukan antara mereka yang percaya pada toleransi, perdamaian dan hidup berdampingan secara budaya dengan neo-Nazi yang didukung kekuatan kolonial yang menginjak-injak semua nilai demi kepentingan mereka sendiri,” ujar mantan perdana menteri Palestina tersebut.
“Pada hari ke-26 perjuangan heroik ini, ketika rakyat kami berdiri teguh dalam menghadapi perang pemusnahan yang dilancarkan neo-Nazi, kami menegaskan bahwa kami mengagumi ketabahan yang legendaris meskipun banyak sekali yang menjadi martir dan terluka,” papar dia.
Haniyeh mencontohkan “pembantaian brutal” di kamp pengungsi Jabaliya, Nuseirat, Al-Shati dan Al-Fallujah. “Atau lebih tepatnya, pembantaian di seluruh Jalur Gaza yang tercinta,” tegas dia.
Dia menjelaskan sebelum perang, Hamas telah memperingatkan semua pihak bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pemerintahan “fasis”-nya akan terus menyerang Masjid Al-Aqsa dan tempat-tempat suci Islam dan Kristen; membangun pemukiman ilegal; dan membiarkan para pemukim membuat kekacauan, perusakan, dan pembunuhan di wilayah tersebut.
“Ledakan akan datang, hal itu tidak dapat dihindari. Kita harus berupaya mengekang penjahat ini (Netanyahu) dan kelompoknya. Sayangnya, tidak ada yang mendengarkan seruan kami, dan sekutu (Netanyahu) terus mendukung dan mendorong kebijakan rasisnya,” tegas dia.
Pejabat Hamas mengulangi peringatannya bahwa Netanyahu siap membakar seluruh wilayah dan sekitarnya untuk menyelamatkan dirinya sendiri dan para ekstremis di sekitarnya.
Hamas, menurut dia, telah mengatakan kepada mediator tentang perlunya mengakhiri “pembantaian dan genosida”.
Gerakan Hamas telah memberikan mereka visi komprehensif yang dimulai dengan menghentikan agresi kriminal dan membuka penyeberangan; membuat kesepakatan pertukaran tahanan; dan membuka jalur politik menuju pembentukan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya dan hak untuk menentukan nasib sendiri.
“Namun, Netanyahu menunda-nunda dan menipu para pendengarnya dengan janji-janji palsu yang kami tidak akan izinkan dia penuhi,” pungkas dia.
Lihat Juga: Mesir Sebut Arogansi Militer Zionis Tidak Akan Mewujudkan Stabilitas Keamanan bagi Israel
(sya)