Hamas Sumpah Jadikan Invasi Gaza Kutukan Sejarah bagi Israel
loading...
A
A
A
GAZA - Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, memperingatkan operasi darat Israel yang berkelanjutan di Jalur Gaza akan menimbulkan konsekuensi bencana bagi Israel.
Pertempuran antara Israel dan Hamas semakin memanas. Lebih dari 9.000 warga Palestina tewas dibunuh pasukan rezim Zionis.
“Gaza akan menjadi kutukan sejarah bagi Israel,” tegas juru bicara Hamas, Abu Obeida, dalam pidato audio pada Kamis (2/11/2023), menurut AFP.
Dia juga mengatakan kepada Israel bahwa akan ada banyak korban di antara pasukan Zionis. Dia menambahkan, “Lebih banyak tentara Israel akan kembali dalam tas hitam (kantong mayat).”
Sejauh ini, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengonfirmasi 17 tentaranya tewas dalam operasi yang sedang berlangsung.
Sebelumnya pada Kamis, juru bicara IDF Daniel Hagari, mengatakan pasukan Israel telah mengepung sepenuhnya kota Gaza di bagian utara.
“Tentara Israel telah menyelesaikan pengepungan kota Gaza, pusat organisasi teror Hamas,” ujar dia kepada wartawan.
Militer Israel juga mengesampingkan gagasan gencatan senjata dalam waktu dekat. “Konsep gencatan senjata saat ini sama sekali tidak dibahas,” papar Hagari ketika ditanya tentang masalah tersebut.
Israel telah menghadapi tekanan yang semakin besar dari PBB dan kelompok-kelompok kemanusiaan untuk melakukan gencatan senjata di tengah meningkatnya jumlah korban jiwa warga sipil Gaza dan ketakutan akan penyebaran konflik ke seluruh wilayah Timur Tengah.
Berbicara pada Rabu, Presiden AS Joe Biden tidak menyerukan penghentian permusuhan sepenuhnya, dan malah mendesak “jeda kemanusiaan”.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga mengklaim pekan ini bahwa Washington “bertekad mencegah eskalasi apa pun” dalam konflik yang sedang berlangsung.
Sementara itu, jumlah korban tewas di Gaza telah melampaui 9.000 orang sejak 7 Oktober, termasuk lebih dari 3.600 anak-anak, menurut PBB pada Kamis, mengutip otoritas kesehatan setempat. Sekitar 22.240 orang di daerah kantong Palestina terluka.
Badan internasional tersebut juga mengutuk serangan Israel pada Rabu yang menargetkan kamp pengungsi Jabalia yang padat penduduk di Gaza utara, dengan alasan tindakan seperti itu “dapat dianggap sebagai kejahatan perang.”
Israel bersikeras mereka menargetkan “infrastruktur” Hamas yang dibangun di dekat bangunan sipil dan bertindak “berdasarkan intelijen yang tepat.”
Hamas mengatakan tidak ada pemimpinnya yang ada di kamp Jabalia pada saat serangan terjadi.
Pertempuran antara Israel dan Hamas semakin memanas. Lebih dari 9.000 warga Palestina tewas dibunuh pasukan rezim Zionis.
“Gaza akan menjadi kutukan sejarah bagi Israel,” tegas juru bicara Hamas, Abu Obeida, dalam pidato audio pada Kamis (2/11/2023), menurut AFP.
Dia juga mengatakan kepada Israel bahwa akan ada banyak korban di antara pasukan Zionis. Dia menambahkan, “Lebih banyak tentara Israel akan kembali dalam tas hitam (kantong mayat).”
Sejauh ini, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengonfirmasi 17 tentaranya tewas dalam operasi yang sedang berlangsung.
Sebelumnya pada Kamis, juru bicara IDF Daniel Hagari, mengatakan pasukan Israel telah mengepung sepenuhnya kota Gaza di bagian utara.
“Tentara Israel telah menyelesaikan pengepungan kota Gaza, pusat organisasi teror Hamas,” ujar dia kepada wartawan.
Militer Israel juga mengesampingkan gagasan gencatan senjata dalam waktu dekat. “Konsep gencatan senjata saat ini sama sekali tidak dibahas,” papar Hagari ketika ditanya tentang masalah tersebut.
Israel telah menghadapi tekanan yang semakin besar dari PBB dan kelompok-kelompok kemanusiaan untuk melakukan gencatan senjata di tengah meningkatnya jumlah korban jiwa warga sipil Gaza dan ketakutan akan penyebaran konflik ke seluruh wilayah Timur Tengah.
Berbicara pada Rabu, Presiden AS Joe Biden tidak menyerukan penghentian permusuhan sepenuhnya, dan malah mendesak “jeda kemanusiaan”.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga mengklaim pekan ini bahwa Washington “bertekad mencegah eskalasi apa pun” dalam konflik yang sedang berlangsung.
Sementara itu, jumlah korban tewas di Gaza telah melampaui 9.000 orang sejak 7 Oktober, termasuk lebih dari 3.600 anak-anak, menurut PBB pada Kamis, mengutip otoritas kesehatan setempat. Sekitar 22.240 orang di daerah kantong Palestina terluka.
Badan internasional tersebut juga mengutuk serangan Israel pada Rabu yang menargetkan kamp pengungsi Jabalia yang padat penduduk di Gaza utara, dengan alasan tindakan seperti itu “dapat dianggap sebagai kejahatan perang.”
Israel bersikeras mereka menargetkan “infrastruktur” Hamas yang dibangun di dekat bangunan sipil dan bertindak “berdasarkan intelijen yang tepat.”
Hamas mengatakan tidak ada pemimpinnya yang ada di kamp Jabalia pada saat serangan terjadi.
(sya)