Di Bawah Langit Merah: Perjuangan Ibu Palestina Berlindung dari Bom Israel
loading...
A
A
A
Meski perjalanannya sendiri hanya memakan waktu 15 menit, rasa takut yang tiada henti membuatnya terasa seperti perjalanan hari-hari yang menyiksa.
Mereka mencari perlindungan di apartemen kerabat mereka di Kota al-Zahra, di Gaza tengah, di mana intensitas pemboman lebih sedikit dibandingkan di wilayah lain.
Sejak Israel memutus aliran listrik, bahan bakar, air, dan bantuan kemanusiaan ke Gaza setelah serangan 7 Oktober, suami Tasneem, Ahmed (35) dan saudara laki-lakinya melakukan perjalanan berbahaya ke Gaza untuk membeli bahan bakar dari pompa bensin setempat. Mereka membutuhkan bahan bakar ini untuk menggerakkan generator, yang kemudian memungkinkan mereka mengambil air dari sumur terdekat.
Namun, tempat perlindungan mereka ternyata jauh dari aman.
Pada pagi hari tanggal 19 Oktober, kepanikan kembali mencengkeram mereka ketika Israel melancarkan serangan udara yang menargetkan dua menara di Kota al-Zahra.
“Ipar saya memperingatkan saya bahwa, jika Israel menargetkan satu menara di kota tersebut, kemungkinan besar Israel akan memperluas serangannya ke semua menara. Ini seperti kanker ganas, yang menyebar dengan cepat,” ungkap Tasneem (32).
Sekitar jam 7 malam, Israel mengeluarkan peringatan kepada seluruh penduduk di al-Zahra untuk mengungsi dari daerah tersebut sebelum melancarkan serangan terhadap 22 menara lainnya.
Dengan tergesa-gesa, mereka mengumpulkan barang-barang, pakaian, dan selimut mereka.
Perjuangan sebenarnya dimulai ketika mereka harus menggendong ibu mertua Tasneem yang cacat menuruni tangga.
Ribuan orang memadati jalanan, putus asa untuk menghindari bahaya yang akan datang.
Mereka mencari perlindungan di apartemen kerabat mereka di Kota al-Zahra, di Gaza tengah, di mana intensitas pemboman lebih sedikit dibandingkan di wilayah lain.
Sejak Israel memutus aliran listrik, bahan bakar, air, dan bantuan kemanusiaan ke Gaza setelah serangan 7 Oktober, suami Tasneem, Ahmed (35) dan saudara laki-lakinya melakukan perjalanan berbahaya ke Gaza untuk membeli bahan bakar dari pompa bensin setempat. Mereka membutuhkan bahan bakar ini untuk menggerakkan generator, yang kemudian memungkinkan mereka mengambil air dari sumur terdekat.
Namun, tempat perlindungan mereka ternyata jauh dari aman.
Pada pagi hari tanggal 19 Oktober, kepanikan kembali mencengkeram mereka ketika Israel melancarkan serangan udara yang menargetkan dua menara di Kota al-Zahra.
“Ipar saya memperingatkan saya bahwa, jika Israel menargetkan satu menara di kota tersebut, kemungkinan besar Israel akan memperluas serangannya ke semua menara. Ini seperti kanker ganas, yang menyebar dengan cepat,” ungkap Tasneem (32).
Sekitar jam 7 malam, Israel mengeluarkan peringatan kepada seluruh penduduk di al-Zahra untuk mengungsi dari daerah tersebut sebelum melancarkan serangan terhadap 22 menara lainnya.
Dengan tergesa-gesa, mereka mengumpulkan barang-barang, pakaian, dan selimut mereka.
Perjuangan sebenarnya dimulai ketika mereka harus menggendong ibu mertua Tasneem yang cacat menuruni tangga.
Ribuan orang memadati jalanan, putus asa untuk menghindari bahaya yang akan datang.