Puluhan Ribu Demonstran London Tuntut Gencatan Senjata Segera di Gaza
loading...
A
A
A
LONDON - Puluhan ribu demonstran pro-Palestina turun ke jalan-jalan di pusat kota London pada Sabtu (28/10/2023) untuk menuntut Israel menghentikan kampanye pemboman dan pengepungan Jalur Gaza.
Unjuk rasa itu digelar setelah malam pemboman terberat yang pernah terjadi.
Pada unjuk rasa tersebut, yang diselenggarakan Kampanye Solidaritas Palestina (PSC) dan kelompok lainnya, demonstran terdengar meneriakkan "Bebaskan Palestina" dan "Akhiri genosida" ketika mereka bergerak dari Embankment menuju Westminster setelah lewat dekat kantor Perdana Menteri Rishi Sunak di Downing Street.
“Kami melakukan demonstrasi hari ini dalam situasi yang paling mengerikan,” tegas Ben Jamal, direktur PSC.
“Hingga kemarin, kami mengetahui lebih dari 8.000 warga Palestina telah terbunuh di Gaza, termasuk lebih dari 3.000 anak-anak,” papar dia.
Dia menjelaskan, “Tetapi tadi malam Israel melancarkan pemboman besar-besaran dan memutus semua komunikasi. Ini murni tindakan barbarisme.”
“Jadi kami melakukan aksi hari ini, tanpa mengetahui berapa banyak warga Palestina yang tewas, berapa banyak anak-anak yang kini terbaring di bawah reruntuhan,” ungkap dia.
Middle East Eye kehilangan semua kontak dengan semua jurnalisnya di Gaza pada Jumat, sehingga semakin sulit untuk mendokumentasikan berita dari lapangan.
Penyedia layanan telepon Palestina, Paltel, mengatakan dalam pernyataan bahwa pemboman Israel yang tiada henti telah menghancurkan “semua koneksi yang tersisa antara Gaza dan dunia luar”, yang menyebabkan gangguan total pada layanan komunikasi.
Pemadaman layanan komunikasi ini terjadi ketika warga Palestina bersiap menghadapi invasi darat Israel ke Gaza menyusul serangan pimpinan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menyebabkan lebih dari 1.400 orang tewas dan mengakibatkan sekitar 220 orang dibawa ke Gaza sebagai tahanan.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan kepada ABC News bahwa perluasan operasi darat bukanlah invasi darat resmi.
Sementara seorang pejabat Amerika Serikat (AS) yang tidak disebutkan namanya juga mengatakan kepada ABC News bahwa Israel melancarkan “serangan yang lebih terbatas”.
Namun, penasihat Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, Mark Regev, berbicara kepada beberapa media AS pada Jumat dan mengatakan, "Hamas akan merasakan kemarahan kami malam ini."
“Mereka akan terus menerima serangan militer kami sampai kami membongkar mesin militer mereka dan membubarkan struktur politik mereka di Gaza. Ketika ini selesai, Gaza akan menjadi sangat berbeda,” ungkap Regev di Fox News.
Pada Jumat malam, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak gencatan senjata, dan menyebutnya sebagai “momen kebenaran”.
“Saya mengulangi seruan saya untuk gencatan senjata kemanusiaan di Timur Tengah, pembebasan semua sandera tanpa syarat, dan pengiriman pasokan penyelamat jiwa dalam skala yang diperlukan,” tulis dia di X.
"Setiap orang harus memikul tanggung jawab mereka. Ini adalah momen yang tepat. Sejarah akan menilai kita semua," ujar dia.
Satu resolusi PBB yang disponsori bersama Yordania yang disahkan pada Jumat malam, didukung 120 anggota, menyerukan “gencatan senjata kemanusiaan segera, tahan lama dan berkelanjutan” dan menuntut semua pihak mematuhi hukum humaniter internasional dan penyediaan bantuan penting yang “terus menerus, cukup dan tanpa hambatan” untuk pasokan dan layanan ke Jalur Gaza.
Empat belas anggota PBB memberikan suara menentang resolusi tersebut, termasuk Israel dan Amerika Serikat.
Unjuk rasa itu digelar setelah malam pemboman terberat yang pernah terjadi.
Pada unjuk rasa tersebut, yang diselenggarakan Kampanye Solidaritas Palestina (PSC) dan kelompok lainnya, demonstran terdengar meneriakkan "Bebaskan Palestina" dan "Akhiri genosida" ketika mereka bergerak dari Embankment menuju Westminster setelah lewat dekat kantor Perdana Menteri Rishi Sunak di Downing Street.
“Kami melakukan demonstrasi hari ini dalam situasi yang paling mengerikan,” tegas Ben Jamal, direktur PSC.
“Hingga kemarin, kami mengetahui lebih dari 8.000 warga Palestina telah terbunuh di Gaza, termasuk lebih dari 3.000 anak-anak,” papar dia.
Dia menjelaskan, “Tetapi tadi malam Israel melancarkan pemboman besar-besaran dan memutus semua komunikasi. Ini murni tindakan barbarisme.”
“Jadi kami melakukan aksi hari ini, tanpa mengetahui berapa banyak warga Palestina yang tewas, berapa banyak anak-anak yang kini terbaring di bawah reruntuhan,” ungkap dia.
Middle East Eye kehilangan semua kontak dengan semua jurnalisnya di Gaza pada Jumat, sehingga semakin sulit untuk mendokumentasikan berita dari lapangan.
Penyedia layanan telepon Palestina, Paltel, mengatakan dalam pernyataan bahwa pemboman Israel yang tiada henti telah menghancurkan “semua koneksi yang tersisa antara Gaza dan dunia luar”, yang menyebabkan gangguan total pada layanan komunikasi.
Pemadaman layanan komunikasi ini terjadi ketika warga Palestina bersiap menghadapi invasi darat Israel ke Gaza menyusul serangan pimpinan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menyebabkan lebih dari 1.400 orang tewas dan mengakibatkan sekitar 220 orang dibawa ke Gaza sebagai tahanan.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan kepada ABC News bahwa perluasan operasi darat bukanlah invasi darat resmi.
Sementara seorang pejabat Amerika Serikat (AS) yang tidak disebutkan namanya juga mengatakan kepada ABC News bahwa Israel melancarkan “serangan yang lebih terbatas”.
Namun, penasihat Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, Mark Regev, berbicara kepada beberapa media AS pada Jumat dan mengatakan, "Hamas akan merasakan kemarahan kami malam ini."
“Mereka akan terus menerima serangan militer kami sampai kami membongkar mesin militer mereka dan membubarkan struktur politik mereka di Gaza. Ketika ini selesai, Gaza akan menjadi sangat berbeda,” ungkap Regev di Fox News.
Pada Jumat malam, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak gencatan senjata, dan menyebutnya sebagai “momen kebenaran”.
“Saya mengulangi seruan saya untuk gencatan senjata kemanusiaan di Timur Tengah, pembebasan semua sandera tanpa syarat, dan pengiriman pasokan penyelamat jiwa dalam skala yang diperlukan,” tulis dia di X.
"Setiap orang harus memikul tanggung jawab mereka. Ini adalah momen yang tepat. Sejarah akan menilai kita semua," ujar dia.
Satu resolusi PBB yang disponsori bersama Yordania yang disahkan pada Jumat malam, didukung 120 anggota, menyerukan “gencatan senjata kemanusiaan segera, tahan lama dan berkelanjutan” dan menuntut semua pihak mematuhi hukum humaniter internasional dan penyediaan bantuan penting yang “terus menerus, cukup dan tanpa hambatan” untuk pasokan dan layanan ke Jalur Gaza.
Empat belas anggota PBB memberikan suara menentang resolusi tersebut, termasuk Israel dan Amerika Serikat.
(sya)