Indonesia Kutuk Keras Serangan Israel Terhadap RS Gaza Tewaskan 500 Orang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Indonesia mengutuk keras serangan udara Israel terhadap Rumah Sakit Baptis al-Ahli di Gaza, Palestina, pada Selasa malam. Serangan telah menewaskan 500 orang dan dikhawatirkan jumlahnya akan bertambah lagi.
"Indonesia mengutuk keras serangan Israel terhadap RS al-Ahli al-Arabi di Gaza yang menewaskan ratusan orang warga sipil," kata Kementerian Luar Negeri Indonesia dalam sebuah pernyataan di X, Rabu (18/10/2023).
"Serangan tersebut jelas melanggar hukum humaniter internasional," lanjut kementerian tersebut.
Lebih lanjut, Indonesia mendesak agar koridor aman bagi akses kemanusiaan dari dan ke Gaza segera dibuka.
Para petugas medis di Gaza menggambarkan serangan tersebut sebagai genosida, kejahatan perang, dan pembantaian.
“Ini adalah genosida. Ini adalah kejahatan perang,” kata Nebal Farsakh, petugas medis dari Bulan Sabit Merah Palestina kepada Al Jazeera.
Dia menjelaskan bahwa selain pasien yang berada di dalam, banyak warga sipil Palestina yang mencari perlindungan di kompleks rumah sakit, setelah Israel memerintahkan semua orang di utara Gaza untuk pergi.
“Mereka yang berada di depan rumah sakit terpaksa meninggalkan rumahnya atas perintah evakuasi. Mereka bahkan tidak mampu mengungsi ke selatan. Terjadi kehancuran total pada infrastruktur dan transportasi,” katanya.
“Apa yang terjadi sangat buruk karena orang-orang ini, semuanya adalah warga sipil. Mereka meninggalkan rumah mereka dan mencapai tempat yang mereka yakini aman—sebuah rumah sakit, yang menurut hukum internasional adalah tempat yang aman,” imbuh Ziad Shehadah, seorang dokter di Gaza, kepada Al Jazeera.
“Orang-orang meninggalkan rumah mereka karena berpikir bahwa rumah mereka lebih berbahaya dan mereka pindah ke sekolah dan rumah sakit agar aman. Dan dalam satu menit, mereka semua terbunuh di rumah sakit.”
Menurut Shehadah, jumlah korban tewas dikhawatirkan bisa mencapai lebih dari 1.000 orang. “Ini adalah pembantaian,” ujarnya.
Rumah Sakit Baptis Al-Ahli dijalankan oleh Keuskupan Episkopal Yerusalem, sebuah denominasi Kristen Anglikan.
Selain Indonesia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Mesir, Qatar, Turki, dan banyak negara serta komunitas lainnya juga mengecam keras serangan tersebut.
Namun Israel membantah menyerang RS Baptis al-Ahli di Gaza.
"Serangan roket musuh dilakukan terhadap Israel, yang melewati sekitar rumah sakit ketika diserang," kata juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari.
“Menurut informasi intelijen, dari beberapa sumber yang kami miliki, organisasi Jihad Islam bertanggung jawab atas kegagalan penembakan [roket-roket] yang menimpa rumah sakit tersebut,” ujar Hagari.
Jihad Islam menolak tuduhan Israel dan menegaskan bahwa rezim Zionis membuat tuduhan tidak berdasar atas kejahatan yang mereka lakukan sendiri.
"Indonesia mengutuk keras serangan Israel terhadap RS al-Ahli al-Arabi di Gaza yang menewaskan ratusan orang warga sipil," kata Kementerian Luar Negeri Indonesia dalam sebuah pernyataan di X, Rabu (18/10/2023).
"Serangan tersebut jelas melanggar hukum humaniter internasional," lanjut kementerian tersebut.
Lebih lanjut, Indonesia mendesak agar koridor aman bagi akses kemanusiaan dari dan ke Gaza segera dibuka.
Para petugas medis di Gaza menggambarkan serangan tersebut sebagai genosida, kejahatan perang, dan pembantaian.
“Ini adalah genosida. Ini adalah kejahatan perang,” kata Nebal Farsakh, petugas medis dari Bulan Sabit Merah Palestina kepada Al Jazeera.
Dia menjelaskan bahwa selain pasien yang berada di dalam, banyak warga sipil Palestina yang mencari perlindungan di kompleks rumah sakit, setelah Israel memerintahkan semua orang di utara Gaza untuk pergi.
“Mereka yang berada di depan rumah sakit terpaksa meninggalkan rumahnya atas perintah evakuasi. Mereka bahkan tidak mampu mengungsi ke selatan. Terjadi kehancuran total pada infrastruktur dan transportasi,” katanya.
“Apa yang terjadi sangat buruk karena orang-orang ini, semuanya adalah warga sipil. Mereka meninggalkan rumah mereka dan mencapai tempat yang mereka yakini aman—sebuah rumah sakit, yang menurut hukum internasional adalah tempat yang aman,” imbuh Ziad Shehadah, seorang dokter di Gaza, kepada Al Jazeera.
“Orang-orang meninggalkan rumah mereka karena berpikir bahwa rumah mereka lebih berbahaya dan mereka pindah ke sekolah dan rumah sakit agar aman. Dan dalam satu menit, mereka semua terbunuh di rumah sakit.”
Menurut Shehadah, jumlah korban tewas dikhawatirkan bisa mencapai lebih dari 1.000 orang. “Ini adalah pembantaian,” ujarnya.
Rumah Sakit Baptis Al-Ahli dijalankan oleh Keuskupan Episkopal Yerusalem, sebuah denominasi Kristen Anglikan.
Selain Indonesia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Mesir, Qatar, Turki, dan banyak negara serta komunitas lainnya juga mengecam keras serangan tersebut.
Namun Israel membantah menyerang RS Baptis al-Ahli di Gaza.
"Serangan roket musuh dilakukan terhadap Israel, yang melewati sekitar rumah sakit ketika diserang," kata juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari.
“Menurut informasi intelijen, dari beberapa sumber yang kami miliki, organisasi Jihad Islam bertanggung jawab atas kegagalan penembakan [roket-roket] yang menimpa rumah sakit tersebut,” ujar Hagari.
Jihad Islam menolak tuduhan Israel dan menegaskan bahwa rezim Zionis membuat tuduhan tidak berdasar atas kejahatan yang mereka lakukan sendiri.
(mas)