Kejam! Israel Tolak Bantuan Kemanusiaan untuk Jalur Gaza
loading...
A
A
A
JALUR GAZA - Israel mengatakan tidak ada bantuan kemanusiaan untuk Jalur Gaza hingga semua sandera dibebaskan. Keputusan itu dikelurkan setelah Palang Merah memohon agar bahan bakar diizinkan masuk untuk mencegah rumah sakit yang kewalahan menampung para korban berubah menjadi kamar mayat.
Israel telah mengepung daerah kantong itu sebagai respons atas serangan mendadak yang dilakukan kelompok perlawanan Palestina, Hamas. Negara Zionis itu juga meluncurkan kampanye pengeboman paling dahsyat dalam 75 tahun sejarah konflik Israel-Palestina, yang menghancurkan seluruh wilayah itu.
Menteri Energi Israel, Israel Katz mengatakan, tidak ada pengecualian terhadap pengepungan tanpa pembebasan sandera Israel.
"Bantuan kemanusiaan ke Gaza? Tidak ada saklar listrik yang akan dicabut, tidak ada hidran air yang akan dibuka dan tidak ada truk bahan bakar yang akan masuk sampai para sandera Israel dipulangkan," tulis Katz di platform media sosial X, dulu Twitter.
"Kemanusiaan untuk kemanusiaan. Dan tak seorang pun boleh mengajarkan moral kepada kami," tegasnya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (12/10/2023).
Pihak berwenag di Jalur Gaza mengatakan lebih dari 1.200 orang tewas dan lebih dari 5.000 orang terluka akibat kampanye serangan udara Israel. Satu-satunya pembangkit listrik telah dimatikan dan rumah sakit kehabisan bahan bakar untuk generator darurat.
“Penderitaan manusia yang disebabkan oleh eskalasi ini sangat menjijikkan, dan saya mohon kepada semua pihak untuk mengurangi penderitaan warga sipil,” kata Fabrizio Carboni, Direktur Regional Komite Palang Merah Internasional, dalam sebuah pernyataan.
“Ketika Gaza kehilangan aliran listrik, rumah sakit pun kehilangan pasokan listrik, sehingga bayi baru lahir yang berada di inkubator dan pasien lanjut usia yang membutuhkan oksigen berada dalam risiko. Dialisis ginjal berhenti, dan rontgen tidak dapat dilakukan. Tanpa listrik, rumah sakit berisiko berubah menjadi kamar mayat," tukasnya.
Ketika petugas penyelamat Palestina kewalahan, petugas penyelamat lainnya di jalur pantai yang padat mencari mayat di reruntuhan.
“Saya sedang tidur di sini ketika rumah itu roboh menimpa saya,” teriak seorang pria sambil menggunakan senter di tangga gedung yang terkena rudal untuk menemukan siapa pun yang terjebak.
Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB di wilayah kantong tersebut, sekitar 340.000 dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi akibat perang, dan sekitar 65% dari mereka mencari perlindungan di tempat penampungan atau sekolah.
Israel telah mengepung daerah kantong itu sebagai respons atas serangan mendadak yang dilakukan kelompok perlawanan Palestina, Hamas. Negara Zionis itu juga meluncurkan kampanye pengeboman paling dahsyat dalam 75 tahun sejarah konflik Israel-Palestina, yang menghancurkan seluruh wilayah itu.
Menteri Energi Israel, Israel Katz mengatakan, tidak ada pengecualian terhadap pengepungan tanpa pembebasan sandera Israel.
"Bantuan kemanusiaan ke Gaza? Tidak ada saklar listrik yang akan dicabut, tidak ada hidran air yang akan dibuka dan tidak ada truk bahan bakar yang akan masuk sampai para sandera Israel dipulangkan," tulis Katz di platform media sosial X, dulu Twitter.
"Kemanusiaan untuk kemanusiaan. Dan tak seorang pun boleh mengajarkan moral kepada kami," tegasnya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (12/10/2023).
Pihak berwenag di Jalur Gaza mengatakan lebih dari 1.200 orang tewas dan lebih dari 5.000 orang terluka akibat kampanye serangan udara Israel. Satu-satunya pembangkit listrik telah dimatikan dan rumah sakit kehabisan bahan bakar untuk generator darurat.
“Penderitaan manusia yang disebabkan oleh eskalasi ini sangat menjijikkan, dan saya mohon kepada semua pihak untuk mengurangi penderitaan warga sipil,” kata Fabrizio Carboni, Direktur Regional Komite Palang Merah Internasional, dalam sebuah pernyataan.
“Ketika Gaza kehilangan aliran listrik, rumah sakit pun kehilangan pasokan listrik, sehingga bayi baru lahir yang berada di inkubator dan pasien lanjut usia yang membutuhkan oksigen berada dalam risiko. Dialisis ginjal berhenti, dan rontgen tidak dapat dilakukan. Tanpa listrik, rumah sakit berisiko berubah menjadi kamar mayat," tukasnya.
Ketika petugas penyelamat Palestina kewalahan, petugas penyelamat lainnya di jalur pantai yang padat mencari mayat di reruntuhan.
“Saya sedang tidur di sini ketika rumah itu roboh menimpa saya,” teriak seorang pria sambil menggunakan senter di tangga gedung yang terkena rudal untuk menemukan siapa pun yang terjebak.
Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB di wilayah kantong tersebut, sekitar 340.000 dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi akibat perang, dan sekitar 65% dari mereka mencari perlindungan di tempat penampungan atau sekolah.
(ian)