'Bat Woman' China: Klaim Covid-19 dari Lab Wuhan Tak Masuk Akal
loading...
A
A
A
WUHAN - Seorang virolog China yang dijuluki " Bat Woman " angkat bicara tentang klaim pandemi Covid-19 saat ini berasal dari laboratoriumnya di Wuhan.
Shi Zhengli memimpin sekelompok ilmuwan di Wuhan, kota China tempat virus cocona SARS-CoV-2 diperkirakan berasal. Timnya mempelajari virus pada kelelawar.
Pandemi global Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona SARS-CoV-2 telah membuatnya menjadi sorotan dunia. Bahkan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berspekulasi bahwa virus SARS-CoV-2 secara tidak sengaja melarikan diri dari laboratoriumnya di Institut Virologi Wuhan.
China telah menolak klaim tersebut sementara Shi selama ini memilih diam. Namun dalam menanggapi email majalah Science, Shi menjawab spekulasi itu.
Dia mengatakan timnya menemukan virus SARS-CoV-2 pada 2019, ketika pasien dengan pneumonia yang penasaran dan tidak diketahui menyediakan sampel.
"Sebelum itu, kami belum pernah berhubungan atau mempelajari virus ini, kami juga tidak tahu keberadaannya," ujarnya. (Baca: Ilmuwan China Lari ke AS: Covid-19 Dibuat di Lab Militer Partai Komunis )
Dia mengatakan klaim Trump tidak masuk akal. "Klaim Presiden AS Trump bahwa SARS-CoV-2 bocor dari lembaga kami benar-benar bertentangan dengan fakta," katanya, yang dilansir Mirror, Senin (3/8/2020).
"Itu membahayakan dan memengaruhi pekerjaan akademis dan kehidupan pribadi kami. Dia berutang permintaan maaf pada kami," imbuh Shi.
Selama 15 tahun, laboratorium tempat Shi bekerja telah mengisolasi tiga virus corona kelelawar yang berhubungan dengan apa yang menginfeksi manusia, agen virus corona yang menyebabkan pandemi SARS pada tahun 2003.
Dia mengklaim 2.000 virus corona kelelawar lainnya adalah sekuens genetik yang diambil dari swab dan feses dari kelelawar, dan salah satunya adalah 96,2 persen identik dengan SARS-CoV-2.
Menanggapi klaim bahwa salah satu staf laboratorium atau pun muridnya telah memicu pandemi, dia mengatakan mereka semua dites negatif baru-baru ini.
Shi mengecam keputusan oleh Institut Kesehatan Nasional AS karena membatalkan hibah kepada EcoHealth Alliance di New York yang mencakup penelitian virus kelelawar di laboratoriumnya.
"Kami tidak memahaminya dan merasa itu benar-benar tidak masuk akal," imbuh dia. (Baca juga: Ahli Virus China Melarikan diri ke AS, Klaim Beijing Menutup-nutupi Corona )
Dia tetap memperjelas bahwa virus corona berasal dari kelelawar. "Menurut temuan tim kami dan rekan internasional kami, SARS-CoV-2 sangat mungkin berasal dari kelelawar," katanya.
"Ini mungkin telah berevolusi dalam satu atau lebih inang perantara, menjadi beradaptasi dengan manusia, dan akhirnya menyebar di antara manusia," lanjut dia.
"Namun, masih belum jelas hewan mana yang merupakan inang perantara dan bagaimana ia tumpah ke manusia."
Komentar Shi menarik Daniel Lucey dari Universitas Georgetown untuk berkomentar. Dia mengatakan kepada Science; "Ada banyak fakta baru yang tidak saya sadari. Sangat menyenangkan mendengar ini langsung darinya."
Tetapi salah satu skeptis yang menyerukan penyelidikan apakah kecelakaan di laboratorium memicu pandemi, telah menimbulkan keraguan tentang jawaban Shi.
Richard Ebright, seorang ahli biologi molekuler di Universitas Rutgers, New Brunswick, mengatakan; "Sebagian besar dari jawaban ini adalah rumusan, hampir seperti robot, pernyataan ulang dari pernyataan yang sebelumnya dibuat oleh otoritas China dan media pemerintah."
Shi Zhengli memimpin sekelompok ilmuwan di Wuhan, kota China tempat virus cocona SARS-CoV-2 diperkirakan berasal. Timnya mempelajari virus pada kelelawar.
Pandemi global Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona SARS-CoV-2 telah membuatnya menjadi sorotan dunia. Bahkan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berspekulasi bahwa virus SARS-CoV-2 secara tidak sengaja melarikan diri dari laboratoriumnya di Institut Virologi Wuhan.
China telah menolak klaim tersebut sementara Shi selama ini memilih diam. Namun dalam menanggapi email majalah Science, Shi menjawab spekulasi itu.
Dia mengatakan timnya menemukan virus SARS-CoV-2 pada 2019, ketika pasien dengan pneumonia yang penasaran dan tidak diketahui menyediakan sampel.
"Sebelum itu, kami belum pernah berhubungan atau mempelajari virus ini, kami juga tidak tahu keberadaannya," ujarnya. (Baca: Ilmuwan China Lari ke AS: Covid-19 Dibuat di Lab Militer Partai Komunis )
Dia mengatakan klaim Trump tidak masuk akal. "Klaim Presiden AS Trump bahwa SARS-CoV-2 bocor dari lembaga kami benar-benar bertentangan dengan fakta," katanya, yang dilansir Mirror, Senin (3/8/2020).
"Itu membahayakan dan memengaruhi pekerjaan akademis dan kehidupan pribadi kami. Dia berutang permintaan maaf pada kami," imbuh Shi.
Selama 15 tahun, laboratorium tempat Shi bekerja telah mengisolasi tiga virus corona kelelawar yang berhubungan dengan apa yang menginfeksi manusia, agen virus corona yang menyebabkan pandemi SARS pada tahun 2003.
Dia mengklaim 2.000 virus corona kelelawar lainnya adalah sekuens genetik yang diambil dari swab dan feses dari kelelawar, dan salah satunya adalah 96,2 persen identik dengan SARS-CoV-2.
Menanggapi klaim bahwa salah satu staf laboratorium atau pun muridnya telah memicu pandemi, dia mengatakan mereka semua dites negatif baru-baru ini.
Shi mengecam keputusan oleh Institut Kesehatan Nasional AS karena membatalkan hibah kepada EcoHealth Alliance di New York yang mencakup penelitian virus kelelawar di laboratoriumnya.
"Kami tidak memahaminya dan merasa itu benar-benar tidak masuk akal," imbuh dia. (Baca juga: Ahli Virus China Melarikan diri ke AS, Klaim Beijing Menutup-nutupi Corona )
Dia tetap memperjelas bahwa virus corona berasal dari kelelawar. "Menurut temuan tim kami dan rekan internasional kami, SARS-CoV-2 sangat mungkin berasal dari kelelawar," katanya.
"Ini mungkin telah berevolusi dalam satu atau lebih inang perantara, menjadi beradaptasi dengan manusia, dan akhirnya menyebar di antara manusia," lanjut dia.
"Namun, masih belum jelas hewan mana yang merupakan inang perantara dan bagaimana ia tumpah ke manusia."
Komentar Shi menarik Daniel Lucey dari Universitas Georgetown untuk berkomentar. Dia mengatakan kepada Science; "Ada banyak fakta baru yang tidak saya sadari. Sangat menyenangkan mendengar ini langsung darinya."
Tetapi salah satu skeptis yang menyerukan penyelidikan apakah kecelakaan di laboratorium memicu pandemi, telah menimbulkan keraguan tentang jawaban Shi.
Richard Ebright, seorang ahli biologi molekuler di Universitas Rutgers, New Brunswick, mengatakan; "Sebagian besar dari jawaban ini adalah rumusan, hampir seperti robot, pernyataan ulang dari pernyataan yang sebelumnya dibuat oleh otoritas China dan media pemerintah."
(min)