Apa Itu Operasi Badai Al-Aqsa? Berikut 5 Faktanya
loading...
A
A
A
“Kami ingin masyarakat internasional menghentikan kekejaman di Gaza, terhadap rakyat Palestina, tempat suci kami seperti Al-Aqsa. Semua hal inilah yang menjadi alasan di balik dimulainya pertempuran ini,” katanya.
Foto/Reuters
Operasi Badai Al-Aqsa dipimpin komandan militer Hamas Mohammed Al-Deif. “Ini adalah hari pertempuran terbesar untuk mengakhiri pendudukan terakhir di bumi,” kata Mohammed Deif, komandan militer Hamas, seraya menambahkan bahwa 5.000 roket telah diluncurkan.
“Setiap orang yang mempunyai senjata harus mengeluarkannya. Waktunya telah tiba,” kata Deif.
Hamas menyerukan “pejuang perlawanan di Tepi Barat” serta “negara-negara Arab dan Islam” untuk bergabung dalam pertempuran tersebut, dalam sebuah pernyataan yang diposting di Telegram.
Foto/Reuters
Operasi Badai Al-Aqsa adalah kegagalan intelijen yang sangat besar bagi Israel. Negara ini memiliki salah satu jaringan intelijen terluas dan canggih di Timur Tengah, baik domestik maupun eksternal.
Mereka mempunyai informan yang tertanam dalam kelompok militan tidak hanya di wilayah Palestina tetapi juga di Lebanon, Suriah dan tempat lain. Di masa lalu, mereka mampu membunuh para pemimpin Palestina baik dengan serangan pesawat tak berawak atau bahkan ponsel yang dijadikan jebakan.
"Namun hari ini, di penghujung hari raya Yahudi, nampaknya mereka tertidur di belakang kemudi. Hamas telah mampu merencanakan dan melancarkan serangan yang terkoordinasi dengan hati-hati terhadap Israel yang tampaknya dilakukan secara sangat rahasia," ungkap Frank Gardner, jurnalis BBC.
Bahwa Israel akan membalas dengan kekuatan besar adalah hal yang wajar. Namun Israel kini akan bertanya-tanya mengapa mata-mata Israel tidak menyadari hal ini dan memberikan peringatan kepada negaranya.
Foto/Reuters
Serangan roket dan infiltrasi mendadak dari Hamas terhadap Israel terjadi pada peringatan 50 tahun Perang 1973, serangan mendadak oleh negara-negara Arab tetangga Israel yang dimulai pada 6 Oktober 1973.
3. Dipimpin Komandan Militer Hamas Mohammed Al-Deif
Foto/Reuters
Operasi Badai Al-Aqsa dipimpin komandan militer Hamas Mohammed Al-Deif. “Ini adalah hari pertempuran terbesar untuk mengakhiri pendudukan terakhir di bumi,” kata Mohammed Deif, komandan militer Hamas, seraya menambahkan bahwa 5.000 roket telah diluncurkan.
“Setiap orang yang mempunyai senjata harus mengeluarkannya. Waktunya telah tiba,” kata Deif.
Hamas menyerukan “pejuang perlawanan di Tepi Barat” serta “negara-negara Arab dan Islam” untuk bergabung dalam pertempuran tersebut, dalam sebuah pernyataan yang diposting di Telegram.
4. Tidak Mampu Diprediksi Israel
Foto/Reuters
Operasi Badai Al-Aqsa adalah kegagalan intelijen yang sangat besar bagi Israel. Negara ini memiliki salah satu jaringan intelijen terluas dan canggih di Timur Tengah, baik domestik maupun eksternal.
Mereka mempunyai informan yang tertanam dalam kelompok militan tidak hanya di wilayah Palestina tetapi juga di Lebanon, Suriah dan tempat lain. Di masa lalu, mereka mampu membunuh para pemimpin Palestina baik dengan serangan pesawat tak berawak atau bahkan ponsel yang dijadikan jebakan.
"Namun hari ini, di penghujung hari raya Yahudi, nampaknya mereka tertidur di belakang kemudi. Hamas telah mampu merencanakan dan melancarkan serangan yang terkoordinasi dengan hati-hati terhadap Israel yang tampaknya dilakukan secara sangat rahasia," ungkap Frank Gardner, jurnalis BBC.
Bahwa Israel akan membalas dengan kekuatan besar adalah hal yang wajar. Namun Israel kini akan bertanya-tanya mengapa mata-mata Israel tidak menyadari hal ini dan memberikan peringatan kepada negaranya.
5. Memperingati Perang 1973
Foto/Reuters
Serangan roket dan infiltrasi mendadak dari Hamas terhadap Israel terjadi pada peringatan 50 tahun Perang 1973, serangan mendadak oleh negara-negara Arab tetangga Israel yang dimulai pada 6 Oktober 1973.