Horor Covid-19 Ekuador: Kamar Mayat Penuh, Mayat-mayat Ditumpuk di Kamar Mandi

Kamis, 30 April 2020 - 06:05 WIB
loading...
Horor Covid-19 Ekuador: Kamar Mayat Penuh, Mayat-mayat Ditumpuk di Kamar Mandi
Karyawan rumah duka menunggu dengan peti mati di sebuah truk pick-up di luar rumah sakit Los Ceibos setelah Ekuador melaporkan kasus baru penyakit COVID-19, di Guayaquil, Ekuador. Foto/REUTERS / Vicente Gaibor del Pino
A A A
GUAYAQUIL - Para dokter garis depan di salah satu episentrum wabah virus corona baru (Covid-19) di Amerika Latin mengangkat "tutup"-nya atas kengerian harian yang mereka hadapi di sebuah kota Ekuador yang sistem kesehatannya telah runtuh.

Petugas kesehatan di sebuah rumah sakit di Guayaquil yang kewalahan oleh pasien Covid-19 mengatakan staf harus menumpuk mayat-mayat di kamar mandi karena kamar mayat sudah penuh.

Di tempat lain, seorang tenaga medis mengatakan bahwa para dokter telah dipaksa untuk membungkus dan menyimpan mayat agar tempat tidur rumah sakit dapat digunakan lagi untuk pasien lain.

Ekuador telah mencatat hampir 23.000 kasus Covid-19 dan hampir 600 kematian, dengan Guayaquil—yang oleh sebagian orang disebut sebagai "Wuhan-nya Amerika Latin"—sejauh ini merupakan kota yang paling parah terkena dampak pandemi Covid-19. Tetapi jumlah korban sebenarnya diperkirakan jauh lebih tinggi.

Gambar mengejutkan dari mayat yang tersisa di jalanan yang menjadi viral pada bulan Maret dan April membuktikan peringatan tentang kapasitas virus untuk menghancurkan sistem perawatan kesehatan yang rapuh dan sistem kamar mayat, terutama di negara-negara berkembang.

Seorang perawat berusia 35 tahun di rumah sakit pertama di Guayaquil yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan bahwa trauma yang dilihatnya telah memengaruhinya secara profesional dan pribadi.

Menurutnya, ketika darurat kesehatan pecah pada bulan Maret, setiap perawat beralih dari merawat 15 pasien menjadi 30 pasien dalam waktu hanya 24 jam.

"Begitu banyak orang yang datang...mereka hampir mati di tangan kita," kata perawat itu, seperti dikutip South China Morning Post, Kamis (30/4/2020).

"Pasien dipulangkan atau dirujuk ke fasilitas lain untuk membebaskan semua tempat tidur ini untuk pasien virus corona," ujarnya. “Mereka mengeluarkan mesin anestesi dari ruang operasi untuk menggantinya dengan ventilator."

“Orang-orang sendirian, sedih, pengobatan mendatangkan malapetaka pada saluran pencernaan, beberapa buang air besar; mereka merasa buruk dan berpikir mereka akan selalu merasa seperti itu, dan mereka melihat bahwa orang di sebelah mereka mulai mati lemas dan berteriak bahwa mereka membutuhkan oksigen," papar perawat tersebut.

Bukan hanya rumah sakit yang kewalahan, tetapi kamar mayat juga. "Staf kamar mayat tidak akan mengambil lagi, berkali-kali kami harus membungkus mayat dan menyimpannya di kamar mandi," katanya.

"Hanya ketika mayat-mayat itu ditumpuk enam atau tujuh, mereka datang untuk mengambilnya," paparnya.

Seorang kolega berusia 26 tahun, yang juga seorang perawat, membenarkan adegan kacau itu. "Ada banyak yang mati di kamar mandi, banyak berbaring di lantai, banyak yang mati di kursi," katanya.

Sistem kesehatan Guayaquil telah runtuh di bawah tekanan pandemi virus corona baru, dan terindikasi memiliki efek knock-on yang dahsyat.

Pada paruh pertama April, provinsi Guayas, yang ibukotanya adalah Guayaquil, mencatat 6.700 kematian, lebih dari tiga kali rata-rata bulanan.

Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa jumlah sebenarnya dari korban jiwa terkait Covid-19 jauh lebih besar daripada jumlah angka resmi nasional yang kurang dari 600 jiwa.

Presiden Lenin Moreno telah mengakui bahwa penghitungan resmi tentang korban jiwa terkait pandemi Covid-19 lebih kecil dari angka sebenarnya.

Seorang dokter berusia 28 tahun di rumah sakit kedua di Guayaquil, yang juga meminta tak ditulis namanya, mengungkap gambaran suram yang sama tentang layanan kesehatan ketika krisis terjadi.

"Mayat berada di koridor bangsal darurat karena kamar mayat penuh," kata petugas medis itu, yang menggambarkan 20 hingga 25 mayat menunggu untuk dibawa pergi.

"Terserah kita untuk mengumpulkan dan membungkus mayat dan menyimpannya sehingga kita bisa mendisinfeksi tempat tidur untuk pasien berikutnya," ujarnya.

Di rumah sakit pertama, kontainer berpendingin dibawa untuk menyimpan mayat, beberapa di antaranya bertahan hingga 10 hari. "Beberapa anggota keluarga hancurkan penutupnya… sehingga cairan keluar. Ini bencana sanitasi," kata perawat pria berusia 35 tahun itu.

Jumlah kematian setiap hari turun minggu lalu, tetapi itu adalah sedikit hiburan bagi perawat ini, yang mengatakan dia tersiksa oleh apa yang telah dia alami. Ketika dia pulang, setelah shift 24 jam, kakinya sakit, dan dia mencoba untuk beristirahat tetapi kemudian "mimpi buruk" menyerang.

Ekuador, dengan 17,6 juta penduduk, merupakan negara terpadat kedelapan di Amerika Latin. Namun negara ini berada di urutan kedua setelah Brasil dalam jumlah infeksi Covid-19 dan kematian terkait wabah itu di Amerika Latin.

Hampir 70 persen dari kasus infeksi Covid-19 di Ekuador berasal dari provinsi pesisir Guayas, termasuk Guayaquil. Perkiraan lokal tentang jumlah kematian akibat virus corona selama bulan Maret dan April menunjukkan bahwa kematian terkait virus ini telah mencapai 7.000 jiwa hanya di Guayaquil saja.

"Jumlahnya jauh lebih tinggi daripada yang ingin diakui pemerintah," kata Juan Jose Illingworth, seorang ahli matematika dan kolumnis koran Ekuador yang telah memeriksa data kuburan untuk menghitung berapa banyak orang yang meninggal daripada biasanya.

Dengan analisis Illingworth, Guayaquil menderita dengan 6.948 kematian yang rata-rata diduga terkait Covid-19 antara 21 Maret hingga 22 April, atau lebih dari 217 jiwa sehari.

Dalam keadaan normal dan non-pandemi, Illingworth mengatakan, 38 orang diperkirakan akan meninggal setiap hari di Guayaquil.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1749 seconds (0.1#10.140)